Segarkan Medan, Dokter Ridha Dharmajaya Walikotanya
Sebagai seorang akademisi dan memiliki basis spiritual dan finansial yang kuat, saya memberikan kesaksian bahwa Prof Ridha tidak punya minat untuk memperkaya diri lewat permainan keuangan negara maupun lewat kekuasaan yang akan dipegangnya sebagai walikota kelak.
Oleh: Asyari Usman, Jurnalis Senior Freedom News
WARGA Kota Medan lelah. Sudah suntuk kali pun dibuat Bobby Nasution selama hampir lima tahun ini. Entah apa-apa saja yang dikerjakannya.
Lampu poconglah, itulah, inilah. Semua bermasalah. Banjir tambah gawat. Kegilaan jalan satu arah malah membuat warga harus mutar-mutar buang waktu dan BBM.
Belakangan ini perparkiran juga menjadi masalah baru. Dia bikin parkir berlangganan satu tahun. Pemilik kendaraan membeli semacam QR-code pertanda sudah bayar satu tahun sebesar Rp 130,000.
Harga ini memang terasa jauh lebih murah dibandingkan bayar setiap kali parkir. Cuma saja Bobby tidak memikirkan dampak parkir QR-code itu. Konsekuensi yang cukup menusuk perasaan adalah kehilangan pekerjaan di kalangan tukang parkir.
Pemko Medan mengatakan juruparkir akan tetap bekerja. Mereka dikatakan akan mendapat gaji per bulan sebesar Rp 1,500,000. Tapi, para tukang parkir mengatakan jumlah itu tidak memadai. Dan, untuk mendapatkan gaji sejuta setengah itu pun ada syaratnya. Setiap juruparkir harus menjual QR-code itu. Penghasilan mereka tergantung penjualan.
Inilah salah satu contoh sok-sok terobosan Bobby. Tak memikirkan kesusahan yang ditimbulkannya.
Sekarang, kita akan hadirkan Walikota Medan yang memiliki visi, misi, dan risih (sensitivitas) sosial. Kita tidak ingin Medan dipimpin oleh figur yang hari-hari hanya memikirkan kepentingan pribadinya saja. Cukuplah Bobby mengacak-acak Kota Medan.
Mari kita benahi ulang tata kelola pemerintahan kota ini. Kita beri kesempatan kepada tokoh muda intelektual yang mengerti tentang pentingnya pemberdayaan setiap warga Medan. Yaitu, tokoh yang selama bertahun-tahun belakangan ini melakukan interaksi berupa kerja-kerja sosial secara maraton di segenap pelosok kota.
Dia adalah Dokter Ridha Dharmajaya. Beliau adalah guru besar (profesor) bedah syaraf di Fakultas Kedokteran USU. Program masif yang dilakukan Prof Ridha di Medan jarang diberitakan. Dan berita memang bukan tujuannya.
Figur muda yang sangat produktif ini tahu persis apa-apa yang menjadi kebutuhan warga Medan. Dari, sisi kesehatan tak diragukan. Bahkan, Dokter Ridha keluar-masuk kampung di kota ini untuk memberikan edukasi kepada para orang dan anak remaja tentang bahaya penggunaan alat-alat komunikasi dan digital yang berlebihan.
Banyak orang Medan yang tersadarkan mengenai dampak buruk pemakaian gadgets yang keliru. Dokter Ridha dan timnya tanpa kenal lelah melakukan kampanye keliling di wilayah Medan untuk menjelaskan cara ber-gadget yang sehat.
Jadi, Prof Ridha sudah paham kota Medan dan warganya. Tidak perlu sanksi soal kesehatan dan pendidikan. Beliau sudah langsung merekam semua masalah di kedua bidang ini.
Bagaimana dengan pembangunan fisik? Tentu saja misi keluar masuk kampung, gang dan lorong yang beliau kerja selama ini juga mencatat banyak masalah. Termasuk gedung sekolah, kualitas jalan besar dan jalan kecil, persoalan akut sistem pembuangan limbah dan banjir (sewage system), lampu jalan, dan lain sebagainya.
Sebagai seorang akademisi dan memiliki basis spiritual dan finansial yang kuat, saya memberikan kesaksian bahwa Prof Ridha tidak punya minat untuk memperkaya diri lewat permainan keuangan negara maupun lewat kekuasaan yang akan dipegangnya sebagai walikota kelak.
Prof Ridha hanya ingin mengembalikan hak-hak rakyat dan menegakkan keadilan bagi semua. Untuk menyegarkan kembali kehidupan warga Medan.
Jadi, mari kita bahu-membahu menyegarkan kembali Kota Medan dengan Bung Ridha Dharmajaya walikotanya. (*)