Sofjan Wanandi Mulai Melawan Jokowi

Pernyataan Sofjan Wanandi juga menandai perpecahan dan pertempuran sesama konglomerat dalam menyikapi Pilpres 2024 ini: pertempuran konglomerat pendukung 02 melawan konglomerat pendukung 03.

Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)

MENARIK!

Setelah Boy Thohir sesumbar menyatakan bahwa penguasa satu per tiga ekonomi Indonesia akan memenangkan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka satu putaran beberapa waktu yang lalu, kini keluar pernyataan tandingan dari konglomerat lainnya, Sofjan Wanandi, yang mendukung pasangan calon presiden Ganjar Pranowo – Mahfud MD.

https://www.idntimes.com/news/indonesia/amp/sunariyah/sofjan-wanandi-dukung-paslon-nomor-3-ganjar-mahfud-di-pilpres-2024

Pernyataan Sofjan Wanandi dapat dimaknai sebagai sangkalan keras terhadap pernyataan Boy Thohir bahwa penguasa satu per tiga ekonomi Indonesia mendukung Prabowo – Gibran.

Bahkan sebelumnya, beberapa kelompok konglomerat yang disebut Boy Thohir, antara lain Djarum Group, Sampoerna Group, Adaro Group, juga menyangkal pernyataan Boy Thohir terkait dukungan kepada Prabowo – Gibran. Mereka mengatakan bahwa upaya pemenangan satu putaran Prabowo – Gibran adalah pendapat Boy Thohir pribadi. Tidak mewakilkan kelompok group manapun.

Pernyataan Sofjan Wanandi tersebut juga tidak bisa dianggap remeh. Sofjan Wanandi adalah sosok konglomerat yang sudah lama malang-melintang di dalam perekonomian Indonesia.

Sofjan Wanandi dikenal sebagai “juru bicara” para konglomerat di era Soeharto, yang juga dikenal dengan kelompok Prasetya Mulya, atau kelompok Jimbaran. Mereka adalah para konglomerat kelas kakap yang diminta Presiden Soeharto mendirikan universitas Prasetiya Mulya.

Oleh karena itu, pernyataan Sofjan Wanandi yang mendukung Ganjar dapat juga dimaknai sebagai pernyataan sikap, bahwa sebagian konglomerat menolak dan melawan Joko Widodo.

Sebagai catatan, Sofjan Wanandi juga pernah menolak permintaan dari Soeharto terkait pengalihan sebagian saham konglomerat kepada koperasi milik rakyat.

Pernyataan Sofjan Wanandi juga menandai perpecahan dan pertempuran sesama konglomerat dalam menyikapi Pilpres 2024 ini: pertempuran konglomerat pendukung 02 melawan konglomerat pendukung 03.

Lalu bagaimana posisi 01 AMIN, Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar alias Cak Imin?

Apakah AMIN akan menjadi pelanduk, yang akan mati di antara pertarungan dua gajah: Dua gajah bertarung, pelanduk mati di tengah-tengah?

Melihat popularitas Anies – Imin, dan antusiasme masyarakat yang hadir pada setiap kesempatan kampanye, atau pada setiap pertemuan Anies – Imin dengan masyarakat, terlihat jelas Anies – Imin didukung oleh kekuatan massa riil yang sangat besar, massa militan yang menginginkan perubahan, massa militan yang melawan Joko Widodo dan dinasti politik, yang bersumpah, Joko Widodo sudah cukup.

Melihat popularitas Anies – Imin tersebut, tidak terlepas kemungkinan bahwa ada konglomerat poros ketiga, the silent majority, yang juga merapat ke 01.

Kontestasi pilpres 2024 semakin seru. Perlawanan masyarakat dan pengusaha pada Joko Widodo semakin terbuka. Jokowi semakin terpojok dan melemah. Dinasti politik Joko Widodo akan menjadi bagian sejarah kelam bangsa Indonesia. (*)