Tujuh Musuh Prabowo Subianto

Prabowo agar tetap fokus pada kepentingan bangsa dan negara di tengah ancaman dari berbagai pihak. Pemimpin yang tegas adalah kunci untuk mengatasi tantangan-tantangan ini serta sanggup membangun Indonesia yang lebih kuat dan bersatu.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

GUSDUR bisa menebak Prabowo Subianto akan jadi Presiden di masa tuanya, dan bahkan juga memberitahu lawan atau penghalangnya yang akan menggangu saat menjabat sebagai presiden. Sangat mungkin itu terjadi dan benar karena karomah yang ada pada Gusdur (sering disebut wali kasyaf/ahlussir).

Gusdur (KH Abdurrahman Wahid) memprediksi musuh dan tantangan utama yang akan dihadapi Prabowo dalam pemerintahannya, bukan hanya datang dari luar, tetapi juga berasal dari orang-orang terdekat yang memiliki agenda sendiri dan bisa berpotensi mengganggu stabilitas dalam pemerintahan serta menghambat kinerja Prabowo sebagai pemimpin.

Tujuh tantangan yang akan di hadapi Prabowo Subianto:

Satu; Orang terdekat dari kalangan keluarga yang berbeda prinsip. Tantangan pertama yang mungkin dihadapi Prabowo adalah adanya perbedaan prinsip di dalam lingkaran keluarganya sendiri. Berbeda dalam hal politik atau kepemimpinan, yang bisa menjadi tantangan tersendiri.

Dua; Tokoh-tokoh kuat yang menyimpan agenda pribadi. Mungkin akan ada tokoh-tokoh yang berpengaruh yang di permukaan terlihat mendukung, namun sebenarnya menyimpan agenda tersendiri.

Tiga; Mantan rekan yang kini menjadi musuh dalam selimut. Mungkin bersikap mendua dan bisa berpotensi menggerogoti wibawa Prabowo dengan berbagai manuver politik, yang kini menjadi lawan tersembunyi. Mencoba melemahkan atau menghalangi Prabowo di belakang layar.

Empat; Penyebar kebohongan dan fitnah. Tantangan ini datang dari pihak yang menyebarkan hoaks dan fitnah. Pihak-pihak ini sangat mungkin akan menyerang Prabowo secara tidak langsung dengan menyebarkan kebohongan yang merusak reputasi serta kredibilitasnya.

Lima; Pejabat korup yang mencoba menyalahgunakan jabatan. Prediksi ini adalah pejabat atau bawahan yang korup. Pejabat-pejabat tersebut akan menyalahgunakan jabatan mereka untuk kepentingan pribadi, yang bukan hanya merugikan negara, tetapi juga melemahkan wibawa pemerintahan Prabowo.

Enam; Perusak hubungan keluarga Prabowo. Musuh yang ini akan berusaha memecah hubungan antara Prabowo dengan keluarganya, khususnya dengan anak-anaknya. Dengan cara provokasi atau fitnah, pihak ini akan mencoba menciptakan konflik internal keluarga untuk menghancurkan hubungan kekeluargaan Prabowo pribadi, yang bisa berujung pada merosotnya kehormatan dan wibawanya di mata publik (perhatikan kasus Fufufafa).

Tujuh; Para pemecah belah Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Musuh terakhir yang diprediksi adalah orang yang memiliki kepentingan sendiri dan mengabaikan kepentingan bangsa. Mereka mungkin datang dari kalangan dengan agenda yang bertolak belakang (perhatikan peran Joko Widodo).

Seperti kelompok yang ingin mempertahankan atau merebut kekuasaan, serta kelompok dengan tujuan merusak kerukunan berbangsa. Keberadaan mereka merupakan ancaman serius karena berpotensi menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa (perhatikan peran Taipan Oligarki).

Saran Gusdur agar Prabowo bisa menjaga integritas, bersikap tegas, dan tidak terpengaruh oleh pihak-pihak yang berusaha menghancurkan persatuan bangsa. Menjaga pondasi pemerintahan agar tetap kokoh.

Menurut Gusdur, dengan hati yang ikhlas dan niat tulus dalam membangun bangsa, Prabowo akan mampu menghadapi segala cobaan yang datang, baik dari luar maupun dari dalam lingkungannya sendiri.

Prabowo agar tetap fokus pada kepentingan bangsa dan negara di tengah ancaman dari berbagai pihak. Pemimpin yang tegas adalah kunci untuk mengatasi tantangan-tantangan ini serta sanggup membangun Indonesia yang lebih kuat dan bersatu.

Bisa jadi analisa di atas bukan semata ramalan, tetapi karena kecerdasan dan pengalaman politik Gusdur sebagai negarawan, berupa nasehat supaya Prabowo waspada dan bisa hati-hati dalam memegang amanah sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. (*)