Terbukti “Go Green”, Hydro Oxide System Berhasil Turunkan: CO 16 Persen dan HC 40 Persen

HIDROCARBON (HC) merupakan salah satu parameter yang diukur dalam uji emisi kendaraan bermotor. Hidrokarbon merupakan sisa bahan bakar yang tidak terbakar sempurna dan terbuang melalui knalpot.

“Kandungan HC yang tinggi dalam emisi gas buang menunjukkan bahwa proses pembakaran di dalam mesin tidak berjalan dengan efisien dan sempurna,” ungkap Wilianto Ali Rahardjo kepada Freedom News.

Menurut penemu Hydro Oxide System itu, apabila kadar HC melebihi batas yang ditentukan, ini bisa menjadi indikasi bahwa sistem pengapian atau kompresi mesin perlu diperbaiki. Uji emisi ini penting untuk memastikan kendaraan tidak mencemari lingkungan dengan gas buang yang berbahaya.

Pelaksanaan uji coba kadar emisi pada mobil Suzuki APV tahun 2008 ini dilakukan di parkiran Fakultas Teknik Lingkungan ITS pada Kamis pekan lalu sekitar 14:00, setelah ada kunjungan dari beberapa anggota Disbek Lantamal 5 Surabaya.

Kunjungan dimaksudkan adanya keinginan berkolaborasi dengan pihak Fakultas Teknik Lingkungan ITS untuk uji emisi di lingkungan Lantamal 5 Surabaya.

“Tujuannya agar bisa membantu program Go Green sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto yang ingin Indonesia bersih dari polusi. Atau, setidaknya mengurangi polusi udara,” jelas Letkol Sujianto, Kadisbek Lantamal 5 Surabaya saat menjawan wartawan.

Tercatat, pada awalnya kadar CO: 0.66, setelah mesinnya digurah menjadi: 0.55. HC yang awalnya 136 kemudian menjadi 81. “Kesimpulannya, setelah digurah, ada carbon deposit yang berkurang. Kalau dari hitungan persentasi. CO turun 16%, HC turun 40%,” kata Wili.

Carbon monoksida atau CO adalah salah satu gas yang diukur dalam uji emisi pada kendaraan bermotor. “Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna di dalam mesin,” lanjutnya.

Tingginya kadar CO dalam emisi gas buang menunjukkan bahwa mesin tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses pembakaran. Hal ini bisa juga disebabkan oleh beberapa faktor, seperti filter udara yang kotor atau masalah pada sistem bahan bakar.

Menurut Wili, awal bertemu dengan Letkol Sujianto ketika ia dimintai tolong untuk pemasangan alat temuan lain yang sempat viral. “Kemudian kami menyodorkan alat temuan kami yang Hydro Oxide System ini,” ungkapnya.

Maka, saat itu juga, Letkol Sujianto meminta Wili untuk mencoba dan membuktikannya secara fisik. “Beliau ingin bukti berupa parameter yang valid. Akhirnya kami minta bantuan akademisi Fakultas Teknik Lingkungan ITS,” ujar Wili.

Kemudian, “Saya menghubungi Kepala Departemen FT Lingkungan Bapak Arie P. minta ijin untuk meminjam alat uji emisi, dan akhirnya, alhamdulillah diijinkan, dan kami menghadap bagian Laborat Udara Bapak Affan Samudro menyampaikan maksud dan tujuan agar dibantu secara laboratorium.”

Menurut Wili, teknologi ini untuk menyiasati pembersihan karbon di ruang bakar agar mesin kembali sehat tanpa harus membongkar mesin. Ada dua cara untuk membersihkan karbon di ruang bakar. Pertama, dengan pemasangan alat HOS (Hydro Oxide System) atau H2O.

Kedua, dengan gurah karbon yang sistemnya tanpa membongkar, sangat sederhana, yang hasilnya juga bisa dirasakan. “Ini jelas bisa menghemat waktu, tenaga, dan biaya yang ringan,” ungkap Wili.

Jadi, kalau hanya untuk mengejar Zero Emission, Pemerintah bisa menggunakan teknologi temuan Wili. Setelah sukses dengan temuan Tabung Hemat BBM-nya, Hydro Speed-27, Wili menciptakan sebuah alat carbon clean atau gurah untuk membersihkan karbon di ruang bakar mesin.

Cara kerja alat ini, gas hidrogen yang dihasilkan dalam tabung reaksi pertama (penghasil gas hidrogen tanpa pemakaian daya DC/AC) dimasukan ke tabung reaksi kedua yang berisi cairan hidrogen, disuplai ke filter udara atau intake manipol (mana yang lebih mudah untuk instalasinya).

Kemudian, gas hidrogen yang masuk ke dalam ruang bakar akan bercampur dengan bahan bakar, sehingga pembakarannya menjadi sempurna, karena sifat hidrogen mengikat CO, maka karbon di ruang bakar akan terikat dan dibuang ke ekhaust atau knalpot.

“Proses carbon clean ini memerlukan waktu efektif sekitar 15-30 menit,” kata Wili. Karbon akan keluar melalui knalpot berupa asap hitam, sampai tidak tampak asap hitam lagi, sehingga ruang bakar, termasuk klep, masuk dan buang akan bersih sekitar 80 persen. (*)

Mochamad Toha