Dosen Psikologi Politik UMS: Orasi Anies Saat Apel Siaga Perubahan NasDem Lengkap Secara Konten dan Strategi

Yogyakarta, FreedomNews – Stadion Gelora Bung Karno (GBK) mengharu-biru sepanjang Ahad, 16 Juli 2023. Hal tersebut karena Partai NasDem menggelar Apel Siaga Perubahan untuk semakin menegaskan bahwa kader dan simpatisan telah siap untuk merestorasi Indonesia dan bertekad memenangkan Bakal Calon Presiden Anies Baswedan yang dideklarasikan pada Senin, 3 Oktober 2022 lalu.

Selain identik dengan seragam biru navy para kader, simpatisan, dan relawan yang menyemut di tribun stadion, pidato politik Bacapres Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh juga mengharu-biru yang membuat bola mata kedua tokoh penting itu berkaca-kaca. Ada harapan dan cita-cita yang perlu dituntaskan sebagai misi besar perubahan dan perbaikan untuk Indonesia.

“Alhamdulillah, kita sungguh merasakan sebuah gelora perubahan yang luar biasa sore hari ini. Ratusan ribu berkumpul di tempat ini, menyatakan dan mengirimkan pesan kepada seluruh penjuru negeri. Kami berkumpul di tempat ini dari seluruh lokasi di Indonesia untuk menyatakan bahwa kami ingin perubahan dan perbaikan untuk Indonesia,” kata Anies yang mengenakan topi baret NasDem dalam orasinya dari balik podium berlogo NasDem di GBK pada Ahad, 16 Juli 2023.

Dosen Psikologi Politik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Aad Satria Permadi, SPsi, MA, PhD (Cand.), Ahad, 16 Juli 2023, membagi pidato politik Anies Baswedan dalam tiga bagian, yakni konsep, visi konkret, dan aksi.

Sarjana lulusan psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang mendapatkan predikat cumlaude itu mengawali eksposurnya dengan gimmick politik Anies Baswedan saat menuju podium Apel Siaga Perubahan Partai NasDem dengan berlari kecil dan menggunakan rompi dan baret biru bak pasukan khusus.

“Anies Baswedan ingin memberi kesan bahwa beliau adalah sosok pejuang yang penuh semangat dan dapat diandalkan dalam melakukan perubahan. Selain memperkuat tema pidato beliau tentang perubahan dan keadilan, gimmick politik tersebut cukup menarik perhatian kelompok masyarakat yang kecewa dengan kondisi Indonesia hari ini. Artinya, gimmick politik Anies cukup bagus untuk menarik simpati kelompok masyarakat yang kecewa dengan kondisi Indonesia dan menginginkan perubahan,” terangnya.

Peraih gelar internasional Master of Arts (M. A.) di Master Psikologi UGM Yogyakarta itu kemudian membedah konten pidato Bacapres yang diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Aad membaginya menjadi tiga bagian, yaitu konsep, visi konkret, dan aksi.

“di awal pidato (konsep), Anies Baswedan menunjukkan kelas intelektualitasnya dengan berbicara mengenai konsep perubahan dan keadilan. Bagi kalangan berpendidikan, pidato beliau pada bagian ini tidak ada masalah, alias dapat dipahami. Namun, Anies sadar, bahwa konsep perubahan dan keadilan adalah konsep yang abstrak. Konsep yang sulit dipahami oleh mayoritas masyarakat Indonesia yang berpendidikan rendah. Oleh karenanya, Anies melanjutkan pidato konsepnya dengan visi konkret,” ulasnya seperti dilansir KBA News, Ahad, 16 Juli 2023.

Aad menambahkan, visi konkret adalah gambaran perubahan dan keadilan jika konsep yang beliau bicarakan terwujud. Menariknya, lanjut Aad, Anies Baswedan menggambarkan visi tersebut dalam doa. Cara ini menarik, karena dalam situasi spiritual (dengan berdoa itu), audiens akan lebih fokus mendengarkan perkataan si pemimpin doa. Dalam hal ini Anies Baswedan sendiri.

“Saat penting tersebut digunakan oleh Anies untuk mendeskripsikan gambaran perubahan dan keadilan yang konkret. Efek psikologisnya adalah, gambaran-gambaran tersebut akan tertanam dalam memori jangka panjang (long term memory) audiens. Hal ini terjadi karena dalam situasi spiritual, audiens akan memasukkan informasi ke dalam memorinya bersamaan dengan letupan emosi. Letupan emosi ini muncul dari situasi spiritual, yaitu situasi pengharapan kepada Tuhan. Paling tidak, begitu nalar teoretik dalam ilmu psikologi,” jelas kandidat doktor di Universiti Kebangsaan Malaysia.

Lebih jauh Aad berpendapat, jika visi konkret tersebut masuk ke memori jangka panjang audiens, maka mereka akan mengingat visi tersebut dalam jangka waktu yang lama. Artinya, audiens akan mengingat visi mantan Gubernur DKI Jakarta itu dalam jangka waktu yang lama. Mengingat visi Anies sama dengan mengingat Anies itu sendiri. Artinya, imbuh Aad, bagian visi konkret ini pada dasarnya adalah usaha politik Anies Baswedan untuk membentuk calon pemilih yang loyal dari kalangan masyarakat bawah.

Dosen Psikologi Politik Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah mengabdi sejak 2009 itu kemudian memaparkan tentang bagian aksi yang merupakan segmen pamungkas dari pidato Anies Baswedan usai mengajak ratusan ribu kader, simpatisan, dan relawan turut mengaminkan doa-doanya yang menyentuh hati.

“Anies Baswedan mengajak seluruh audiens yang hadir untuk “menjangkau” orang lain. Ini maksudnya adalah mengajak orang lain untuk memenangkan Anies dan NasDem. Mengapa Anies perlu mengajak demikian? Pendiri Indonesia Mengajar itu sadar, bahwa ada penghalang (barriers) psikologis antara dirinya dengan sebagian masyarakat Indonesia. Penghalang paling besar adalah kesan Anies yang kurang merakyat. Kurang merakyat dalam arti perseptual, bukan faktual. Secara faktual, Anies justru dikenal sangat merakyat, terutama oleh warga DKI Jakarta yang pernah merasakan kepemimpinannya. Namun, secara perseptual, wajahnya, gaya bicaranya, dianggap kurang pribumi dan kurang membumi,” paparnya.

Akademisi yang ahli di bidang Psikologi Umum, Psikologi Sosial, Psikologi Politik, dan Psikologi Islam itu memaparkan bahwa di sebagian kelompok masyarakat, Anies Baswedan masih dianggap orang Arab, bukan pribumi. Dengan persepsi demikian, ujarnya, masyarakat akan sulit memilih Anies pada Pemilu 2024.

“Anies Baswedan adalah intelektual, sehingga kosa kata komunikasinya sering sulit dipahami sebagian masyarakat Indonesia karena kurang membumi. Bukan karena Anies tidak dapat berbicara yang “receh-receh”, namun karena topik pembicaraannya hal-hal besar. Hal-hal besar membutuhkan kosakata-kosakata yang kompleks untuk dijabarkan. Nah, ini yang justru secara elektoral, menjadi penghalang Anies dengan calon pemilih beliau,” kata Aad.

Aad lalu menarik sebuah simpulan, bahwa dua hal tersebut di atas yang mendorong Anies Baswedan menyelipkan pesan aksi di bagian terakhir pidatonya.

“Anies sadar, beliau memerlukan bantuan semua pihak. Terutama yang bersentuhan langsung dengan masyarakat bawah, untuk dapat meluruskan mis-persepsi dan mis-komunikasi. Para pendukungnya diajak untuk meluruskan kesalahpahaman terkait isu “pribumi” dan “membumi” di atas,” ujar peraih Juara 1 Lomba Esai Tingkat Nasional yang diadakan KMAN UGM.

Aad menilai, orasi politik yang disampaikan Bacapres Anies Baswedan dalam acara Apel Siaga Perubahan Partai NasDem adalah ajakan politik lengkap secara konten dan strategi.

“Secara keseluruhan, pidato Anies Baswedan adalah ajakan politik lengkap secara konten dan strategi. Walaupun begitu, Anies sadar betul, bahwa kekuatan politik yang paling utama bukan dalam sosok Anies sendiri. Anies menyiratkan bahwa kekuatan politik yang dapat memenangkan Pemilu 2024 merupakan gabungan dari sosok politisi (Anies Baswedan), konsep filosofis, visi konkret, dan kerjasama semua pihak,” pungkasnya. (mth/kba)