Surabaya Kota Humanis, Satu Rumah Satu Sarjana

Surabaya, FreedomNews – Surabaya yang dilabeli Kota Pahlawan yang tak hanya bersejarah, kini memancarkan cahaya humanismenya melalui komitmen memajukan pendidikan dan peningkatan kualitas SDM.

Dengan dana 138 miliar rupiah selama tiga tahun terakhir yang sudah digelontorkan untuk program beasiswa “satu rumah satu sarjana” bagi para mahasiswa yang masuk dalam kategori keluarga miskin. Sebuah langkah nyata yang mencerminkan kepedulian dan ketulusan Pemkot Surabaya dalam membuka gerbang masa depan bagi generasi muda yang kurang beruntung.

Bayangkan, di tengah gemerlap kemajuan kota, masih ada anak-anak muda berbakat yang ternyata terhalang melanjutkan pendidikan karena terbelenggu keterbatasan ekonomi. Beasiswa ini menjadi angin segar, membuka cakrawala harapan baru bagi mereka untuk meraih mimpi dan cita-cita.

Lebih dari sekadar bantuan finansial, program ini adalah wujud nyata investasi masa depan bangsa. Dengan menaruh perhatian pada pendidikan generasi muda, Kota Surabaya menanam benih-benih kemajuan yang akan membawa perubahan positif bagi kota ini.

Berdasar informasi yang ada melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, sampai tahun ini tak kurang dari 10.000 pemohon yang mengajukan. Pemkot sudah mampu mengintervensi 3.100 mahasiswa dan akan menjadi 3.500 di akhir tahun 2024 ini. Tentu dibutuhkan lagi effort agar semua anak dan generasi muda Surabaya terlayani dan terfasilitasi kebutuhan peningkatan kualitas SDM nya.

Tantangan untuk maju bagi generasi muda, seperti Gen Z disampaikan oleh Eri Cahyadi, Walikota Surabaya agar tetap merawat mimpinya, mengupayakan dan mewujudkan apa yang ingin dicapai.

Dalam pesannya, pada acara kelas inspirasi yang diadakan di Graha Unesa, Sabtu lalu 4 Juni 2024, dengan tema Gen Z Suroboyo Beraksi dan Menginsprasi tahun 2024, Eri mengatakan meski dalam proses meraih dan mewujudkan mimpi itu saat menghadapi rintangan dan halangan, kita tetap perlu berusaha untuk menghadapinya, jangan pernah malas dan mager.

“Raihlah sebuah mimpi, Gen Z jangan mager atau malas, Gen Z tidak boleh menunggu saja, tapi bagaimana punya mimpi dan mengejar mimpi,” ujar Eri. Bagi Eri, Generasi muda itu harus punya mental petarung, tidak boleh menyerah. Ketika mencoba mewujudkan mimpinya, lalu gagal, tidak boleh berhenti, harus mencoba kembali sampai meraih keberhasilannya.

Lalu apa makna di balik program “satu rumah satu sarjana” tersebut? Mari kita resapi makna di balik program beasiswa ini:

Pertama; Keadilan dan Kesempatan Setara: Beasiswa ini membuka akses pendidikan bagi semua, tanpa terkecuali. Talenta dan potensi tak boleh terkubur karena keterbatasan finansial.

Kedua; Membangun Generasi Unggul: Generasi muda adalah aset penting bangsa. Dengan membekali mereka ilmu pengetahuan, kita membangun fondasi kokoh untuk masa depan yang gemilang.

Ketiga; Surabaya yang Peduli: Program ini menunjukkan bahwa Surabaya bukan hanya kota yang maju, tapi juga kota yang berhati nurani. Kepedulian terhadap sesama menjadi nilai luhur yang dijunjung tinggi.

Langkah inspiratif ini tak hanya patut diapresiasi, tapi juga perlu ditiru oleh kota-kota lain di seluruh Indonesia. Mari bersama-sama membangun bangsa dengan menebarkan benih-benih humanisme dan membuka jalan bagi generasi muda untuk meraih masa depan yang lebih cerah.

Pengamat pendidikan dan pemerhati pendidikan anak, Isa Ansori dari Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur, mengapresiasi langkah Pemkot Surabaya dengan gerakan dan program “Satu Rumah Satu Sarjana” tersebut.

“Ini menandakan keseriusan Pemkot untuk membantu peningkatan kualitas SDM masyarakat kota Surabaya, utamanya mereka yang berada dalam kategori keluarga kurang mampu, langkah tepat ini tentu harus menjadi gerakan bersama masyarakat, terutama kawan kawan di dunia industri dan usaha, karena merekalah yang kelak menikmati peningkatan kualitas SDM tersebut. Gerakan gotong royong bersama, mewujudkan program tersebut adalah wujud kolaborasi dan sinergisitas yang merupakan karakter masyarakat Surabaya,” tegas Isa.

“Bukankah pendidikan dan peningkatan kualitas SDM merupakan upaya memotong mata rantai kemiskinan?” tanya Isa, menutup percakapan dan nada harap.

Surabaya telah menunjukkan teladannya. Sekarang ini giliran kita untuk menyebarkan semangat humanisme dan membangun Indonesia yang lebih adil dan sejahtera. (mth/IA)