Selamat Datang di "Freedom News"

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh,

Memasuki tahun baru 2023 ini, kami sengaja membuka lembaran baru untuk menyosong Indonesia yang lebih baik dan berkeadilan. Sesuai dengan latar belakang dan pengalaman kami di dunia pers, maka pada awal tahun 2023 ini kami membentuk wadah baru bernama “Freedom News

AsyariUsman1
AsyariUsman1

Wadah baru ini dibentuk untuk mewarnai dan memberi kontribusi pada proses perubahan di negeri ini. Apalagi tahun depan akan ada kontestasi dan suksesi kepemimpinan nasional. Sebagaimana halnya kehidupan, kami yang bergerak di dunia jurnalistik juga senantiasa terus melakukan perubahan.

Perubahan adalah sunnatullah. Yang lain menyebutnya hukum alam. Orang-orang bijak sepakat bahwa kehidupan adalah perubahan yang konstan. Tidak ada yang permanen. Kecuali perubahan itu sendiri. Semua berubah. Baik itu dilakukan dengan sukarela atau tidak, diminta atau tidak, disukai atau tidak, disadari atau tidak.

John F Kennedy, mantan presiden Amerika Serikat, mengatakan: “Perubahan adalah hukum kehidupan. Mereka yang hanya melihat masa lalu atau masa sekarang saja pasti akan kehilangan masa depan.” (Change is the law of life. Those who look only the past or the present are certain to miss the future). Tentu kita semua, tanpa kecuali, ingin melihat masa depan yang terbaik. Wadah baru yang kami beri nama “Freedom News” adalah bukti bahwa hukum tentang perubahan itu berlaku. Perubahan yang kami lakukan tidak terlepas dari munculnya berbagai gagasan baru. Dan gagasan baru itulah yang akhirnya mendorong kelahiran Freedom News.

Dengan adanya Freedom News, akan semakin banyaklah pilihan masyarakat dalam mengakses informasi dan analisis. Freedom News lahir dengan tujuan menjadi portal web yang berada di lingkup “freedom of choice” (kebebasan memilih) bagi publik.

Bagi sebagian orang, perubahan akan memunculkan suasana tak nyaman. Bahkan mungkin dibayangkan sebagai sesuatu yang menakutkan. Padahal, sangat mungkin perasaan atau bayangan seperti itu melintas karena belum sempat berkontemplasi dengan mutiara-mutiara filosofis tentang perubahan. Yang dirumuskan oleh para pemikir cemerlang puluhan atau ratusan tahun yang lalu.

Banyak filosof dan pemikir yang mendefinisikan perubahan. Bukan hanya John Kennedy. Kaisar Heraklius, penguasa Romawi di awal abad ke-7 Masehi, malah lebih fundamental lagi merumuskan perubahan. Dalam kalimat yang pendek, dia mengatakan: “Tidak ada yang tetap kecuali perubahan.” There is nothing permanent except change.

Dari definisi Heraklius ini, kita semua menjadi paham bahwa perubahan sama seperti sistem persneling yang tidak punya gigi mundur. Perubahan akan berjalan terus sepanjang masa, tanpa jeda. Banyak rumusan tentang perubahan yang “lucu-lucu” tetapi bermakna dalam. Sebagai contoh, Lev Nikolayevich Tolstoy, penulis Rusia yang lahir pada 1828, menyindir orang-orang yang mendambakan perubahan tetapi mereka sendiri tidak mau berubah. Berkata Tolstoy (terjemahannya lebih kurang begini): “Semua orang berpikir tentang mengubah dunia, tetapi tak seorang pun yang berpikir tentang mengubah dirinya sendiri.” (Everyone thinks of changing the world, but no one thinks of changing himself).

Penulis memoar terkenal Amerika, Maya Angelou, ingin menyadarkan orang yang tidak mau berubah. Dia berkata, “Kalau Anda tak suka sesuatu, ubahlah itu. Kalau Anda tak sanggup mengubahnya, maka ubahlah sikap Anda.” (If you don’t like something, change it. If you can’t change it, change your attitude).

Jadi, perubahan memerlukan introspeksi. Perlu berkaca, dalam istilah pasaran. Tetapi, ada pula pemikir yang menawarkan nasihat yang sangat halus dalam menghadapi sesiapa yang tidak mau berubah. Danis Waitley, seorang motivator kawakan di Amerika kelahiran 1933, menemukan mutiara katanya sendiri. Dia mengatakan, “Ubahlah yang bisa berubah, terimalah yang tak bisa berubah, dan jauhkan dirimu dari hal-hal yang tak bisa diterima.” (Change the changeable, accept the unchangeable, and remove yourself from the unacceptable).

Dahsyat! Tidak mudah memahami makna yang tersirat di dalam nasihat Waitley ini. Dia menganjurkan agar menerima yang tak bisa berubah. Tetapi, Waitley sebenarnya tidak mengatakan “terimalah yang tak bisa berubah” ketika dia mengatakan “jauhkanlah dirimu dari yang tak bisa diterima”. Anak kalimat ini menyiratkan pesan agar orang meninggalkan hal-hal yang tak bisa berubah. Inilah inti petuah Waitley itu.

Maya Angleou merangkai banyak mutiara kata, termasuk yang berkenaan dengan kemarahan. Dia menyimpulkan, “Kedongkolan itu seperti kanker. Ia menggerogoti si penyandang saja. Tetapi, kemarahan seperti api. Ia membakar habis semuanya.” (Bitterness is like cancer. It eats upon the host. But anger is like fire. It burns it all clean). Selamat Datang di “Freedom News”. Semoga bermanfaat bagi Anda.

Salam hormat. Asyari Usman (Pemimpin Umum)