Kementerian Keuangan Sebut Ekonomi Syariah RI Nomor 3 per 2022, Kalahkan Uni Emirat Arab
Jakarta, FreedomNews - Kementerian Keuangan melaporkan ekonomi syariah Indonesia naik satu peringkat dari 2021 dan kini menduduki posisi ketiga dunia pada 2022 di mana Uni Emirat Arab (UEA) berada di bawah Indonesia. Staf Ahli Menteri Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan Arief Wibisono mengatakan ekonomi syariah RI semakin berkembang dan memiliki potensi yang besar di tingkat dunia, bahkan diakui dalam Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 2023 yang dirilis oleh DinarStandard di Dubai akhir tahun lalu.
“Indonesia menjadi peringkat ketiga, setelah Malaysia dan Arab Saudi,” ujarnya, Senin, 26 Februari 2024. Hal tersebut tercermin dari market share industri keuangan syariah terhadap industri nasional semakin besar. Di mana pasar keuangan syariah berkontribusi sebesar 20,52%, perbankan syariah menyumbang 7,27%, serta Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) syariah yang mencapai 5% terhadap industri keuangan nasional.
Bahkan, per 23 September 2023, Arief melaporkan total aset keuangan syariah Indonesia yang termasuk saham syariah mencapai Rp2.452,57 triliun atau tumbuh 6,75%. Meski demikian, dengan sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam, porsi aset keuangan syariah terhadap keuangan nasional masih sangat rendah, yakni 10,81%. Arief menekankan bahwa ekonomi syariah menjadi salah satu modal bagi Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim untuk mewujudkan Indonesia Maju 2045.
“Sektor industri halal memiliki potensi yang sangat besar sebagai alternatif penggerak ekonomi dunia. State of Global Islamic Economic report, halal lifestyle market tumbuh dari US$1,62 triliun mencapi US$2,21 triliun pada 2022,” jelasnya. Mengutip laporan yang dirilis DinarStandard, belanja konsumen di sektor ekonomi syariah global tumbuh 9,5% secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada 2022 tersebut. Di mana Malaysia mempertahankan posisi teratas.
Meski berada di posisi ketiga, Indonesia tercatat meduduki posisi pertama untuk negara dengan lebih dari 10 transaksi investasi pada periode 2022/2023 dengan total 48 investasi. Sementara Malaysia hanya 17 investasi. Adapun, Arief menyampaikan dengan capaian ini, Indonesia perlu untuk meraih potensi sebagai pusat produk hala dunia. Indonesia tak boleh hanya menjadi konsumen, namun juga sebagai produsen.
Masih dalam laporan yang sama, Indonesia tercatat sebagai top 5 OIC importers bersama UEA, Saudi Arabia, Turkiye, dan Malaysia. Sementara eksportir barang-barang halal justru berasal dari China, India, Brasil, Amerika Serikat, dan Turkiye. Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Indonesia Juda Agung juga menyoroti hal tersebut. Menjadi satu tantangan bagi Indonesia untuk menyediakan pasokan produk halal dalam negeri.
“Di Global kita mungkin masih jauh tertinggal dari konteks penyediaan produk halal. Mendorong tumbuhnya inovasi keuangan syariah ini juga masih menjadi PR utama. Pak Arief tadi katakan share-nya masih 10%,” ujarnya. Untuk itu, Juga menekakan perlu adanya invoasi-inovasi yang telah ditopang dengan keberadaan Undang-Undang (UU) No. 4/2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK). . (dtf /syh)