BKF Beri Bukti Ekonomi RI Tetap Tangguh Hadapi Tantangan Global sepanjang 2023
Jakarta, FreedomNews - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia tetap tangguh atau resilien dalam menghadapi berbagai tantangan global pada 2023. Menurutnya, tahun 2023 merupakan tahun yang tidak mudah, terutama dengan meningkatnya tensi geopolitik dan pengetatan likuiditas global membayangi aktivitas ekonomi global sepanjang tahun 2023. Selain itu, El Nino yang berkepanjangan telah menyebabkan naiknya harga komoditas pangan global. Meski inflasi mulai melandai pada 2023, suku bunga acuan di berbagai negara bertahan di level tinggi hingga akhir tahun (high for longer).
Situasi ini menyebabkan pasar keuangan global, khususnya negara berkembang mengalami banyak guncangan sepanjang 2023 dan menekan nilai tukar mata uang banyak negara. Hal ini memberikan tekanan berat di sisi fiskal dengan meningkatnya beban utang pemerintah di banyak negara. Febrio menuturkan bahwa indikator PMI manufaktur juga mengkonfirmasi tren pelemahan ekonomi global. Sebagian besar negara mengalami kontraksi, termasuk di antaranya Amerika Serikat, kawasan Eropa, dan Jepang, hanya sedikit negara yang berada di zona ekspansi, termasuk diantaranya Indonesia, Filipina, dan China.
Tercatat, PMI manufaktur Indonesia sebesar 52,2 pada Desember 2023, meningkat dari posisi 51,7 pada November 2023.Peningkatan ini kata Febrio mencerminkan resiliensi pada aktivitas manufaktur yang ditopang oleh permintaan domestik yang masih kuat. “Di tengah tantangan global yang masih tinggi, kita bersyukur bahwa Indonesia berhasil menavigasi perekonomian dengan cukup baik. Tidak banyak negara-negara di dunia yang mampu tumbuh di atas 5%, dan Indonesia menjadi salah satu negara yang mampu tumbuh kuat,” katanya dalam siaran pers, dikutip Kamis, 4 Januari 2024.
Febrio pun optimistis perekonomian Indonesia akan tumbuh kuat, di atas 5% pada akhir 2023. “Ini menjadi capaian yang perlu diapresiasi dan dipertahankan, namun tidak mengurangi kewaspadaan kita untuk tahun 2024 yang masih akan penuh tantangan,” jelasnya. Dia menyampaikan, laju inflasi terkendali pada rentang target pemerintah, yang tercatat sebesar 2,61% secara tahunan pada akhir 2023, turun signifikan dibanding 2022 sebesar 5,51%. Koordinasi yang kuat dari Tim Pengendalian Inflasi, baik di level pusat maupun daerah, serta efektivitas peran APBN sebagai instrumen shock absorber dinilai menjadi faktor kunci terkendalinya inflasi, khususnya inflasi pangan yang terdampak oleh fenomena El Nino.
Selanjutnya, ketahanan eksternal Indonesia tetap kuat, tercermin dari neraca perdagangan Indonesia yang konsisten surplus selama 43 bulan beruntun. Secara kumulatif Januari-November 2023, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus US$33,63 miliar. Febrio menambahkan, realisasi sementara APBN pada 2023 menunjukan kinerja yang solid dan kredibel. Pendapatan negara tercatat mencapai Rp2.774,3 triliun atau 12,6% di atas target awal APBN 2023. Belanja negara pun terserap optimal mencapai Rp3.121,9 triliun atau 102% dari pagu APBN sehingga mampu menopang aktivitas ekonomi, melindungi daya beli dan mendukung berbagai agenda pembangunan. Dengan perkembangan tersebut, keseimbangan primer mencatatkan surplus sebesar Rp92,2 triliun dan defisit fiskal tercatat sebesar 1,65% PDB, jauh lebih rendah dari target APBN sebesar 2,84%.
“Headwind ekonomi global pada 2024 masih akan besar. Fragmentasi global, dekarbonisasi, dan digitalisasi masih akan tetap menjadi faktor utama yang akan membentuk dinamika ekonomi global dalam jangka pendek sampai menengah. Akan tetapi, dengan pondasi yang cukup baik pada awal 2024, pemerintah masih akan terus mengusahakan menjaga kondisi fiskal agar tetap sehat, sehingga akan mampu menjadi bantalan untuk mempertahankan shock absorber dan mendukung pertumbuhan ekonomi,” tutur Febrio.(dtf/keu)