Industri Kecil dan Menengah Makin Kreatif, Ekspor Tembus US$17,4 Miliar

Jakarta, FreedomNews - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap potensi besar industri kreatif yang dapat dikembangkan, khususnya di sektor industri kecil dan menengah (IKM) dengan kontribusi ekspor mencapai US$17,4 miliar. Adapun, kinerja yang tercatat pada triwulan III/2023 tersebut ditopang oleh pertumbuhan industri fesyen yang menyumbang hingga US$9,88 miliar dan subsektor kriya menyumbang US$6,26 miliar. Dalam catatan Kemenperin, realisasi nilai tambah industri kreatif yang mencapai Rp1,05 triliun pada triwulan III/2023 atau mencapai 82,1% dari target tahun 2023 sebesar Rp1,28 triliun.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita mengatakan kreativitas IKM masih dapat dioptimalkan sehingga mampu menghasilkan berbagai produk yang unik dan inovatif. Untuk itu, pihaknya tengah gencar dalam program pengembangan bagi para anak muda yang menjadi pelaku IKM, khususnya yang berbasis sektor kreatif. Langkah ini dijalankan melalui program Creative Business Incubator (CBI) yang dilaksanakan di Bali Creative Industry Center (BCIC). “Program CBI sendiri merupakan salah satu upaya dalam membina pelaku IKM kreatif, khususnya bidang fesyen dan kriya, dalam mengembangkan bisnisnya agar bisa naik kelas,” kata Reni, Selasa (12/12/2023).

Program CBI meliputi pembinaan strategi bisnis, strategi pemasaran, manajemen keuangan, manajemen operasi, manajemen tim, layanan standardisasi dari unit Balai di Kementerian Perindustrian, Prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance). Reni berharap para peserta CBI yang telah mendapatkan ilmu dan wawasan kelak juga dapat membagi pengalamannya kepada rekan-rekan pelaku industri kreatif lainnya yang sama-sama sedang menjalankan bisnis. "Ini menunjukkan bahwa prospek industri kreatif di Indonesia semakin besar, dan kami harap pembinaan yang kami berikan melalui program ini dapat menggugah peserta agar dapat menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh, menjaga jaringan informasi dan komunikasi antar peserta dan narasumber, serta menjadi penggerak ekonomi di tengah masyarakat dan menjadi contoh bagi pelaku industri fesyen dan kriya,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Reni memaparkan bahwa di masa-masa yang penuh dengan tantangan isu global seperti ancaman resesi, krisis energi, serta ketegangan geopolitik, Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif di angka 4,94% pada kuartal ketiga 2023. Optimisme ini pun tercermin dari kinerja sektor industri manufaktur, yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,20% pada periode yang sama. “Sementara itu, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada November 2023 berada pada angka 52,43%, yang berarti bahwa industri berada dalam posisi ekspansif," pungkasnya. Reni menambahkan, posisi IKI saat ini menunjukkan bahwa kondisi usaha di Indonesia cenderung stabil dan meningkat, dengan pelaku industri yang semakin optimis dengan kondisi usaha pada enam bulan ke depan.(dtf/mik)