Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini saat Harbolnas 12.12

Jakarta, FreedomNews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini, Selasa (12/12/2023), berisiko melemah saat Harbolnas 12.12 digelar. Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.622 di hadapan dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (11/12/2023). Rupiah melemah di tengah penurunan ekspektasi pasar terhadap kebijakan dovish The Fed. Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah ditutup melemah 0,68% atau 105 poin per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau naik 0,14% ke posisi 103,777.

Mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi pada perdagangan hari ini. Beberapa ikut melemah bersama rupiah, seperti yen Jepang turun 0,95%, dolar Singapura melemah 0,12%, dolar Taiwan melemah 0,40%, won Korea anjlok 0,74%, peso Filipina turun 0,46%, yuan China jatuh 0,13%, ringgit Malaysia turun 0,41% dan bath Thailand melemah 0,45%. Hanya rupee India dan dolar Hong Kong yang menguat 0,01%. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan pada perdagangan besok, Selasa (12/12/2023), rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.610- Rp15.670 per dolar AS.

Berdasarkan data nonfarm payrolls yang lebih kuat dari perkiraan membuat para pedagang mengurangi spekulasi bahwa The Fed dapat menurunkan suku bunga pada awal tahun 2024. “Harga berjangka Dana Fed menunjukkan peluang 43% penurunan 25 basis poin di bulan Maret, turun dari ekspektasi sebelumnya yang lebih dari 60%,” katanya dalam riset harian, dikutip Senin (11/12/2023). Bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada akhir pertemuan Rabu mendatang. Namun, data tenaga kerja yang kuat menandakan adanya ketahanan dalam perekonomian AS, dan menandai potensi terjadinya soft landing. Selain The Fed, data inflasi AS juga akan dirilis pekan ini. Selain The Fed, keputusan suku bunga dari Bank Sentral Inggris (BoE), Bank Sentral Eropa (ECB), dan Bank Nasional Swiss (Swiss National Bank) akan diumumkan pada minggu ini, dengan ketiga bank tersebut kemungkinan akan memberikan sinyal suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Di Asia, rilis data pada akhir pekan menunjukkan inflasi indeks harga konsumen Tiongkok mengalami kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut di bulan November, sementara kontraksi inflasi indeks harga produsen semakin dalam selama empat belas bulan berturut-turut. Ibrahim mengatakan data tersebut menunjukkan bahwa Tiongkok yang merupakan ekonomi terbesar kedua didunia kemungkinan akan mengalami pelemahan ekonomi yang berkelanjutan dalam beberapa bulan mendatang, karena belanja gagal meningkat meskipun ada upaya likuiditas dari Beijing. Sementara itu, Bank Indonesia melaporkan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) November 2023 tercatat masing-masing sebesar 113,0 dan 134,2. Pada November 2023, keyakinan konsumen terpantau tetap optimis pada seluruh kategori pengeluaran. Peningkatan optimisme terutama tercatat pada responden dengan pengeluaran Rp2,1-Rp3 juta.

Kemudian, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini tetap kuat, tercermin dari IKE November 2023 yang berada pada area optimis sebesar 113,0 meskipun lebih rendah dibandingkan dengan 114,4 pada Oktober 2023. Tetap kuatnya IKE November 2023 terutama didorong oleh Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) yang tercatat sebesar 110,2 meningkat 1,0 poin dari Oktober 2023. Sementara itu, Indeks Ketersediaan Lapangan (dtf/keu)