The Body Shop Alami Kebangkrutan, Efek Inflasi Hingga Kalah Saing
Jakarta, FreedomNews - The Body Shop telah mengumumkan kebangkrutan anak perusahaannya di Amerika Serikat (AS). Perusahaan kosmetik ternama itu juga menutup puluhan tokonya di Kanada. Menyusul penutupan yang lebih dahulu dilakukan di Inggris. Tercatat dari 198 toko di Inggris, The Body Shop telah menutup hampir setengah tokonya.
Dalam pernyataan perusahaan pada awal Maret 2024, The Body Shop mengumumkan bahwa anak perusahaannya di AS tidak beroperasi efektif pada 1 Maret 2024. Kemudian, 33 dari 105 toko di Kanada juga akan dilikuidasi. Selanjutnya penjualan online lewat e-commerce Kanada akan berhenti. Meski demikian, sisa toko di Kanada sejauh ini akan tetap buka. Dikutip dari USA Today, Selasa, 12 Maret 2024, perusahaan kosmetik ini memiliki jangkauan global dengan titik penjualan lebih dari 2.500 lokasi di 80 negara. Penjualan juga ditopang melalui online yang kuat.
Persoalan menurunnya penjualan menjadi penyebab awal kebangkrutan di Amerika Serikat dan tekanan di sejumlah wilayah utama. Inflasi yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir telah memukul penjualan. Kondisi yang juga dialami para pengecer tradisional yang sebagian besar beroperasi di luar mal. Dalam laporan kinerja yang dirilis pada awal 2023 lalu, sepanjang 2022, perusahaan mengalami penurunan penjualan tahunan sebesar 13,5%.
Dalam perjalanannya, The Body Shop beberapa kali berganti pemilik. Setelah L'Oréal yang menjadi pemegang saham pada 2006, Brasil Natura masuk pada 2017. Selanjutnya pada 2023, The Body Shop dijual ke grup manajemen aset Aurelius dengan harga sekitar US$266 juta atau sekitar Rp4,1 triliun. Di bawah manajemen baru, tantangan penjualan belum berkurang. Pada natal tahun lalu misalnya, penjualan di Inggris jauh di bawah target yang diharapkan. Demikian juga operasi di Amerika Utara yang kemudian diajukan kebangkrutan.
Keunikan The Body Shop
The Body Shop pada 2024 ini telah memasuki usia 48 tahun. Perusahaan didirikan oleh Anita Roddick pada 1976 itu, mempromosikan kosmetik yang ramah lingkungan dan mendorong berakhirnya pengujian pada hewan.
“Pada tahun 1980an, The Body Shop adalah tempat yang dituju bagi pembeli muda untuk menikmati produk-produk beraroma segar dan rangkaian produk kecantikan, dengan kesadaran lingkungan yang mendalam dan fokus pada keadilan sosial dan pelestarian alam,” jelas kepala keuangan dan pasar di Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter dikutip dari Channel News Asia.
Sebelum perusahaan melaporkan kebangkrutannya, para analis keuangan mengatakan bahwa kegagalan perusahaan dalam menarik pelanggan baru di pasar yang padat menjadi penyebab utama. Streeter juga berpendapat bahwa para pesaing telah mencuri perhatian atas apa yang dulunya merupakan keunggulan The Body Shop yang unik.
Di Indonesia, PT Monica Hijau Lestari menjadi pemegang franchise The Body Shop sejak 1992. Perusahaan ini dimiliki oleh Suzy Hutomo, putri sulung pendiri Matahari Department Store mendiang Hari Darmawan. Di Indonesia, The Body Shop pertama kali beroperasi di Pondok Indah Mal. (dtf/keu)