Cinta Negeri
Oleh: Yudi Latif, Cendekiawan Muslim, Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pengurus Aliansi Kebangsaan
YANG mengalir dalam jeda antar-waktu adalah rindu. Yang terkenang dalam rindu adalah tanah airku. Yang terbayang dalam tanah airku adalah cinta dan bahagia.
Negeri inilah tempat bermula dan kembali. Tempat air menjadi ibu dan tanah menjadi bapak. Saat lidah ombak mencium bibir pantai, cinta pun bersemi, tumbuh-indahkan alam terkembang.
Dalam perjalanan menuruni lembah terkembang, aku hanyut dalam aliran sungai. Sungai kenangan yang mengalir dari masa lalu. Dalam mendaki bukit terkembang, aku luruh dalam gelombang cahaya. Cahaya impian yang memancar ke masa depan
Di sepanjang negeri untaian zamrut katulistiwa, kudambakan anak-anak negeri hidup damai, saling mengasihi, bersatu dan berbagi; tiada kebiadaban dan keserakahan yang mengusir dan menghisap sesama.
Tiada saling menunggu, saling menyalahkan; semua giat berjuang kembangkan potensi diri hingga batas terjauh. Gotong-royong olah sumberdaya dengan kreativitas inovasi demi mencapai versi terbaik dari kemakmuran, kebahagiaan dan kehormatan bangsanya.
Dalam selaras pelangi hidup bersama, semua warga sadar tekad. Indonesia adalah darah dan tulang bersama. Pancasila adalah debar jantung dan getar nadi bangsa.
Kita harus menjaga warna-raga Indonesia agar darah dan tulang kita tetap merah-putih. Kita harus mengolah rasa-jiwa Pancasila agar jantung dan nadi kita terus berdebar hidupkan persatuan dan keadilan. (*)