Fir'aun Kalap dan Nanar

Seperti kaumnya Fir'aun yang selama ini ditindas, mereka bisa bangkit dengan gagah benani untuk mendeklarasikan keimanannya di hadapan Fir’aun. Bahkan secara heroik mereka menyatakan tidak masalah dengan ancaman teror Fir’aun.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

KISAH mukjizat yang direkam secara jelas dalam Al-Qur’an, adalah petunjuk yang hak sebagai kaca benggala bagi orang mukmin.

Kisah Raja Fir'aun bukan sekadar sejarah masa lalu, tapi menjadi ibrah, kondisi saat ini ketika harus berhadapan dengan rezim “Fir'aun Kecil” nyaris akan sama.

Sebab, sejarah itu bukan cuma bercerita tentang peristiwa, nama, tempat, atau tanggal kejadian. Di sana ada telaga jernih, tempat setiap insan beriman berkaca akan perjalanan keimanannya.

Raja mengaku dirinya sebagai Tuhan, Dialah Fir'aun sang diktator dari Mesir pada jamannya. Nabi Musa As sesuai tugas kenabiannya tetap saja mengajak Fir'aun sebagai makhluk yang lemah untuk berhenti mengaku sebagai Tuhan. Karena sifat angkuh, sombong merasa memiliki apapun yang ia kehendaki termasuk harta benda yang melimpah menolak ajakan Nabi Musa As.

Merasa memiliki tukang sihir yang hebat dan kuat, Fir’aun ingin Musa As harus dimusnahkan. Maka terjadilah adu kekuatan dan berakhir saat mukjizat tongkat Musa As itu berubah menjadi ular besar yang menelan puluhan hingga ratusan ular-ular ciptaan tukang sihir Fir’aun.

Sontak Fir'aun menjadi gagap, nanar, frustasi, galau dan kalap, ketika menyaksikan para tukang sihir yang selama ini menjadi orang kepercayaannya, mendadak sujud didepan N. Musa As.

Mereka mengakui mukjizat Nabi Musa As. dan menyadari ada kekuatan Tuhan yang Maha Kuasa seraya serempak mengucapkan baiat "sesungguhnya kami menyatakan beriman kepada Rabb semesta alam.Tuhan yang disembah Musa dan Harun".

Emosi Fir’aun langsung mendidih. Seraya berkata : "tak ada yang bisa berbuat apapun kecuali atas seizinku". dengan sombong dan angkuhnya .

Dengan kalap dan murka langsung mengancam : “Sungguh kalian harus bersiap menanggung semua akibat perbuatanmu"_ . Ia mengancam akan membunuh bahkan akan memotong tangan dan kakinya, siapapun yang tak sepaham dengannya.

Ibrah dari rekaman sejarah dalam Al Qur'an, akan terus terjadi para penguasa Fir'aun kecil yang salim dan otoriter akan selalu mengancam akan menyiksa dan membunuh siapapun yang menentang atau tidak sejalan dengan keinginannya.

Fir’aun, adalah kehidupannya dilimpahi materi dunia. Dan dengan harta bisa membeli dan menaklukkan manusia siapapun harus tunduk kepadanya.

Banyak manusia biasa atau yang suka mengaku sebagai ilmuan terpaksa limbung karena silau dengan imbalan harta, tidak peduli dengan menjual aqidahnya. Itulah hakikat kehidupan manusia. Ketika benteng keimanannya lemah mengira kesenangan hidup di dunia, kehidupannya menjadi nihil.

Mereka menyeret dan menggemakan hanya yang bersekutu dengan rezim yang akan mendapatkan kemudahan, kekayaan dan kesenangan. Rezim tidak segan-segan menyuarakan suara Iblis bahwa mengharapkan kenikmatan setelah mati adalah konyol dan fatamorgana.

Lupa bahwa seluruh kemegahan, kemewahan dunia sesungguhnya hanya semu dan metaforgana, ilusi dan menipu.

Demikianlah Fir'aun, harus kalap dan frustasi ketika berhadapan dengan manusia yang Allah SWT, telah membenamkan keimanan dalam jiwa dan hatinya. Tukang sihir seketika berubah, memancar kan keimanan hanya Allah SWT pemilik alam dan nyawa manusia.

Jangan takut menghadapi rezim yang angkara murka dan bahkan sudah membabi-buta asal tetap kuasa. Ketika sudah tiba waktunya berhadapan dengan manusia jiwanya sudah tercoleh hidayah iman, seketika itu iman akan menjadi motor yang menggerakkan dan pasti akan menghancurkan mereka yang zalim dan otoriter.

Seperti kaumnya Fir'aun yang selama ini ditindas, mereka bisa bangkit dengan gagah benani untuk mendeklarasikan keimanannya di hadapan Fir’aun. Bahkan secara heroik mereka menyatakan tidak masalah dengan ancaman teror Fir’aun.

Bahkan dengan pertolongan Allah SWT, akhirnya Fir'an dan pasukannya harus tenggelam di sungai Nil dengan mukjizat Nabi Musa As. Penguasa yang kalap, nanar, frustasi, dan membabi buta, harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. (*)