Generalis-Spesialis
Oleh: Yudi Latif, Cendekiawan Muslim, Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
SAUDARAKU, mengapa memiliki wawasan generalis dengan keahlian spesifik itu penting?
Pertama, hal itu telah teruji sebagai salah satu faktor yang membuat manusia modern (homo sapiens) memiliki daya adaptif dan daya survival tinggi dalam mengarungi berbagai tantangan.
Sebagai generalis, mereka mampu memanfaatkan aneka sumber daya alam dan menghuni ragam habitat hidup. Sebagai spesialis, mereka juga bisa beradaptasi dengan kondisi spesifik menyangkut keterbatasan sumber makanan dan keterbatasan habitat tertentu.
Selain itu, kehidupan manusia juga kompleks; hanya bisa dipahami keutuhannya dengan perspektif multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin. Hal itu tergambar dalam buku "Behave: The Biology of Humans at Our Best and Worst", karya Robert Sapolsky (2017).
Tatkala mendapati seseorang baru saja bertindak, bagaimana cara kita menjelaskan perilaku tersebut? Pertama karena apa yang terjadi pada otak orang itu sedetik sebelumnya. Mengapa otak orang itu bekerja? Karena beberapa saat sebelumnya memperoleh rangsangan dari penglihatan, pendengaran dan penciuman.
Mengapa alat indera itu bekerja? Karena pengaruh pergerakan hormonal beberapa jam atau hari sebelumnya. Pada tahap ini kita mulai bicara neurobiologi dan dunia penginderaan dari lingkungan kita serta endocrinology jangka pendek untuk menjelaskan mengapa orang itu bertindak.
Selanjutnya, lingkungan seperti apa beberapa minggu, bahkan tahun sebelumnya yang dapat mengubah struktur dan fungsi otak orang tersebut, sehingga mengubah caranya berespon terhadap hormon dan stimuli lingkungan? Kita akan melihat lebih jauh pada masa kanak-kanak orang tersebut bagaimana lingkungan suasana janin serta susunan genetiknya.
Kita juga bisa memeriksa lingkungan budaya seperti apa yang membentuk perilaku sekelompok individu, dan lingkungan ekologis seperti apa yang membetuk budaya tersebut.
Akhirnya, mengapa susunan genetiknya seperti itu? Karena faktor-faktor ribuan/jutaan tahun yang membentuk evolusi gen tersebut. Di sini kita bicara biologi molekuler, psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagai.
Alhasil, bahkan satu tindakan hanya bisa dipahami sepenuhnya dgn penjelasan multidisiplin secara simultan. Makin banyak belajar, kian merasa kurang tahu, kian sadar untuk tak tergesa memberikan judgment; kian mau menerima asupan multiperspektif. (*)