Hakekat Harta

Oleh: Ferry Is Mirza DM, Wartawan Utama Sekwan Dewan Kehormatan Pengurus PWI Jatim

“DARI Mutharrif dari Bapaknya “Aku pernah menemui Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika sedang membaca surat alhakumutakasur, beliau bersabda: “Anak manusia mengucapkan: “Hartaku, hartaku”, kemudian beliau bersabda: “Wahai anak manusia, Apakah kamu memiliki dari hartamu melainkan yang kamu telah makan lalu habis, atau yang kamu telah pakai lalu rusak, atau yang telah kamu sedekahkan maka itu yang tersisa”. (HR. Muslim 211)

Dalam riwayat Muslim yang lain ada tambahan sebagai penjelas, setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan tiga fungsi harta tadi, beliau bersabda “Dan selain itu maka dia akan sirna dan dia tinggalkan untuk manusia.” (HR. Muslim)

Beberapa pelajaran yang terdapat dalam Hadits, Harta menjadi milik abadi Ketika di infakkan dalam kebaikan dengan motif mencari ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Nah bila demikian halnya kita patut berbangga, dengan harta yang dimiliki.

Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan harta yang bermanfaat jika tidak digunakan dalam kebaikan. Semua yang digunakan selain untuk jalan kebaikan, tentu akan sirna dan sia-sia.

Seharusnya yang kita banggakan adalah bagaimana iman yang diterjemahkan dalam aksi nyata. bagaimana ketakwaan kita di sisi Allah, bagaimana kita bisa amanat dalam menggunakan harta titipan ilahi.

Masing masing orang mempunyai amalan special ada yang masuk surga lewat pintu sholat. Ada pula yang melalui pintu puasa, dzikir, wirid dan yang lebih spesial melalui pintu Sedekah. Harta yang disedekahkan itulah yang bisa menyelamatkan orang dari siksa kubur dan azab neraka.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang berkaitan dengan tema hadits tersebut adalah "Berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7)

"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Al-Munafiqun : 10)

Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Tahu yang sebenarnya. Allaahumma innii a'uudzu bika an usyrika bika wa anaa a'lam, wa astagh-firuka limaa laa a'lam. Subhanaka Allahuma wabihamdika ashadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik...

“Maha suci Engkau yaa Allah, dan segala puji bagiMu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu”.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi Shalallahu Alayhi Wasallam bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shalallahu Alayhi Wasallam bersabda,

"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (HR. Muslim)

Dakwah di jalan Allâh Azza Wa Jalla merupakan amal yang sangat mulia, ketaatan yang besar dan ibadah yang tinggi kedudukannya di sisi Allâh Subhanahu Wa Ta’ala.

Allâh Azza wa Jalla berfirman: "Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS.Ali-Imran :104) (*)