Ibu Peradaban
Oleh: Yudi Latif, Cendekiawan Muslim, Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
TAHUKAH Anda kelahiran seluruh peradaban itu awalnya muncul di pinggiran lempengan teknonik? Peradaban Mahenjo Daro-Harappa, Mesopotamia, Asiria-Persia, Mesir, Phoenisia, Minoan-Yunani-Romawi, Maya-Aztek, juga Sundaland-Nusantara, semua tumbuh di tepian lempengan teknonik (Dartnell, 2019).
Di manakah awal peradaban bermula? Terdapat tanda, Nusantara salah satu ibu peradaban dunia. Penjelasannya bisa ditemukan pada buku "Empire of the Winds: The Global Role of Asia's Great Archipelago" karya Philip Bowring.
Pada zaman es terakhir, yang memuncak sekitar 21 ribu tahun yang lalu, pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera dan sebagian laut China Selatan merupakan kesatuan daratan yang menyatu dengan Asia – disebut Sundaland.
Sejak 20 ribu tahun lalu, es di kutub ambruk mencair genangi dataran rendah sehingga jadi selat, mengaramkan cikal bakal peradaban di sana. Karena ruang hidupnya terancam karam, orang-orang di dataran rendah Sundaland selamatkan diri dengan mulai membangun teknologi perahu. Di sanalah sejarah peradaban maritim bermula.
Terjadilah eksodus besar-besaran orang-orang dari Sundaland, sejak 7000 tahun lalu, menjangkau lebih separuh bumi (Madagascar di Afrika hingga Easter Island di Pacific). Inilah yang disebut diaspora Austronesia dengan membawa bahasa, budaya, dan peradaban dari tempat asal.
Sejak 4500 SM, diaspora Austronesia telah menjangkau pantai tenggara India, tempat orang-orang dari Harappa (lembah Indus) ada yang tinggal di Gujarat (4500-3900 SM). Buktinya, saat itu, ada barang kerajinan di India selatan berasal dari Nusantara. Orang-orang dari Harappa ini lalu membawa elemen budaya Austronesia itu ke Harrapa, dan ke Babilonia.
Teks Mesir dari sekitar 1500 SM menyebut adanya ekspedisi ke Tanah Punt (Horn of Africa) yang menemukan berbagai produk eksotik, termasuk kayu gaharu dari Nusantara. Teks Ibrani abad ke-7 SM, juga teks Yunani abad ke-4 SM menyebut keberadaan kayu manis dari Timur.
Teks Ibrani masa Nabi Sulaeman (±950 SM) merujuk keberadaan kayu cendana, yang termashur dari Timor. Sejarawan Yahudi dari abad pertama masehi menyebut ekspedisi ke Timur dari Laut Merah, yang memakan waktu 3 tahun untuk sampai tujuan.
Demikianlah, kita adalah anak-anak imperium angin yang menembus segala penjuru dunia. (*)