Makna Ayat “Tangan Allah di Atas Tangan Mereka”

Oleh: Ferry Is Mirza DM, Wartawan Utama Sekwan Dewan Kehormatan Pengurus PWI Jatim

ALLAH Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Nabi Muhammad), (pada hakikatnya) mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.” (QS. Al-Fath: 10)

Ayat ini adalah salah satu dalil yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala memiliki sifat tangan. Namun, tangan Allah adalah tangan yang layak bagi-Nya, tidak sama dengan tangan makhluk. Dan tidak boleh mendeskripsikan atau membayangkan bagaimana bentuk tangan Allah.

Sifat Tangan Allah Wa Ta’ala

Dalil-dalil Al Qur’an serta hadits yang menunjukkannya sangat banyak sekali. Dalil-dalil Al-Qur’an yang menunjukkan sifat tangan bagi Allah di antaranya adalah firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. Padahal kedua tangan Allah terbuka lebar, Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki.” (QS. Al-Maidah: 64)

Allah Ta’ala berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan tanganKu (yaitu Adam). Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?” (QS. Shad: 75)

Allah Ta’ala berfirman, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman tanganNya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kananNya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar: 67)

Allah Ta’ala berfirman, “Mahasuci Allah yang di tanganNya lah (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk: 1)

Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, “Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan segala sesuatu. Dia melindungi, dan tidak ada yang dapat dilindungi dari (azabNya), jika kamu mengetahui?” (QS. Al-Mukminun:88)

Allah Ta’ala berfirman, “Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan tangan-tangan Kami, lalu mereka menguasainya?” (QS. Yasin: 71)

Adapun dalil-dalil dari hadits lebih banyak lagi. Di antaranya, hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, bahwa Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, “Tangan kanan Ar-Rahman penuh dengan karunia yang tak akan pernah berkurang karena siang maupun malam. Tahukah kalian, apa saja yang telah diberikanNya sejak diciptakannya langit dan bumi? Sesungguhnya dengan semua itu, karunia yang ada di tangan kananNya tidak berkurang. Dan ‘ArsyNya berada di atas air. Dan tanganNya yang lain terdapat timbangan yang terkadang naik dan terkadang turun.” (HR. Bukhari 4684, Muslim 993)

Hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ’anhu, bahwa Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, “Pada hari kiamat, bumi bagaikan sekeping roti. Kemudian Allah Al-Jabbar membolak-baliknya dengan tangan-Nya sebagaimana salah seorang di antara kalian bisa memutar-mutar rotinya dalam perjalanan safar. Untuk diberikan kepada para penghuni surga (di padang mahsyar).” (HR. Bukhari no. 6520, Muslim no. 2793)

Hadits dari Abu Musa radhiyallahu ’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh, Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima tobat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima tobat dari hamba yang bermaksiat di malam hari. Sampai matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim no. 2759)

Dan ini adalah akidah para sahabat Nabi, akidah para salaf, dan imam Ahlussunnah, tidak ada khilaf di antara mereka.

Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullah mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa Allah ‘azza wa jalla mendengar dan melihat. Dan Allah Ta’ala memiliki dua tangan yang terbuka lebar.” (Risalah ila Ahlits Tsughur, hal. 225)

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Allah Maha Mendengar, dan Allah memiliki dua tangan berdasarkan ayat (yang artinya), “Bahkan kedua tanganNya terbuka lebar.” (QS. Al-Maidah: 64) Dan kedua tangan Allah adalah kanan, berdasarkan firmanNya (yang artinya), “Dan langit- langit dilipat oleh Allah dengan tangan kananNya.” (QS. Az-Zumar: 67) (Thabaqat Al-Hanabilah, 1: 282) Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah mengatakan, “Hati manusia ada di antara jari-jemari Allah, Allah menciptakan Nabi Adam dengan tanganNya. Setiap hadis yang menyebutkan semisal ini, maka itulah akidahku.” (Ibthalut Ta’wilat, karya Abu Ya’la hal. 45)

Ibnu Khuzaimah rahimahullah mengatakan, “Bab penyebutan dalil-dalil yang menetapkan sifat tangan bagi Allah jalla wa ‘ala, dan penjelasan bahwa Allah punya dua tangan sebagaimana telah diriwayatkan kepada kami (dari para salaf) dalam dalil-dalil yang muhkam (jelas).” (Kitabut Tauhid, 1: 118)

Ibnu Bathah rahimahullah mengatakan, “Bab mengimani bahwa Allah ‘azza wa jalla memiliki dua tangan, dan kedua tangan Allah itu kanan.” (Al-Ibanah Al-Kubra, 7: 295)

Ibnu Rusyd rahimahullah mengatakan, “Tidak ada ikhtilaf di antara ulama tentang bolehnya mengatakan secara mutlak bahwa Allah Ta’ala punya dua tangan, punya wajah, dan punya dua mata. Karena memang Allah Ta’ala sebutkan demikian tentang diriNya di dalam Al Qur’an.” (Al-Bayan wat Tahshil, 16: 401)

Akidah Ahlussunnah itu sederhana. Apa yang ada dalam Al Qur’an dan hadis yang sahih, kita yakini apa adanya tanpa menambah dan mengurangi.

Menyamakan Allah dengan makhluk tentu terlarang. Namun, meyakini sebagaimana yang telah disebutkan Al Qur’an dan As-Sunnah dan pemahaman salafus shalih bukanlah menyamakan Allah dengan makhluk. Nu’aim bin Hammad rahimahullah mengatakan, “Siapa saja yang menyamakan Allah dengan makhlukNya, maka ia kufur. Siapa saja yang menolak menetapkan sifat yang Allah tetapkan untuk diriNya, maka dia kufur. Namun, menetapkan sifat yang Allah tetapkan untuk diriNya atau ditetapkan oleh RasulNya, bukanlah menyamakan Allah dengan makhluk.” (Syarah Ushul I’tiqad Ahlissunnah, karya Al-Lalikai, 3: 532)

Adapun makna ayat di atas, adalah tentang Bai’atur Ridhwan. Allah memuji para sahabat yang berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Namun, bukan berarti tangan Allah menempel di atas tangan para sahabat. Allah Ta’ala istiwa di atas Arsy, di atas seluruh makhluk-Nya. Maka tentu tangan Allah di atas tangan mereka. Namun Allah sebutkan demikian sebagai bentuk pujian dan dukungan kepada mereka.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Firman Allah Ta’ala (yang artinya), “tangan Allah di atas tangan mereka”, ayat ini juga tetap dipahami secara zahir dan secara hakiki. Karena tangan Allah Ta’ala tentu di atas tangan para sahabat yang berbai’at. Karena tangan Allah adalah sifat Allah, dan Allah ada di atas ‘Arsy, di atas orang-orang yang berbai’at. Sehingga tentu tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Qawa’idul Mutsla, hal. 74)

Ath-Thabari rahimahullah menjelaskan makna ayat ini, “Tangan Allah di atas tangan mereka ketika bai’at. Karena dengan berbai’at kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka sama saja berbai’at kepada Allah.” (Tafsir Ath Thabari, 22: 209)

Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, “Maksudnya, Allah hadir bersama mereka (para sahabat), mendengar perkataan mereka, dan melihat kedudukan mereka. Dan Allah mengetahui isi hati mereka dan perbuatan badan mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3: 199)

Kesimpulannya, ayat ini merupakan salah satu dalil yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala memiliki sifat tangan. Namun, tangan Allah adalah tangan yang layak bagiNya, tidak sama dengan tangan makhluk. Dan ayat ini sekaligus menunjukkan pujian dan dukungan kepada para sahabat yang berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam Bai’atur Ridhwan. (*)