Menyelisih Hari Arafah (Wukuf)
Oleh: Ferry Is Mirza DM, Wartawan Utama, Sekertaris DKP PWI Jawa Timur (Nonaktif)
MUSLIM di Indonesia termasuk seluruh dunia sejak dahulu kala memahami hari Iedul Adha (10 Dzulhijjah) ditandai dengan Wukuf di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Wukuf atau yang dikenal dengan hari Arafah penetapannya oleh pemerintah KSA (Kerajaan Saudi Arabia) penjaga dua kota suci, Makkah tempat Ka'bah sebagai kiblat ummat muslim dan Medinah – masjid Nabawi – tempat makam Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam dan Khalifaurasyidin Abubakar Asshidiq RA, Umar Ibnu Chattab RA, sebagai panutan ummat Islam sedunia.
Wukuf dilakukan sejak matahari sudah tergelincir atau bergeser dari tengah hari (pukul 12 siang). Hari pelaksanaan wukuf disebut dengan hari Arafah. Hari Arafah adalah hari istimewa sebab pada hari tersebut Allah Subhanahu Wa Ta'ala beserta para malaikat menyaksikan hambaNya yang berkumpul di padang Arafah.
Muslim yang tidak menjalankan haji pada hari Arafah biasanya akan menjalankan puasa sunnah Arafah untuk mendapat keberkahannya.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Nabi Muhammad Shalallahu Alayhi Wasallam, "Tidak ada satu hari yang lebih banyak Allah memerdekakan hamba dari neraka pada hari itu daripada hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah mendekat, kemudian Dia membanggakan mereka (para hambaNya yang sedang berkumpul di Arafah) kepada para malaikat. Dia berfirman: 'Apa yang dikehendaki oleh mereka ini?’” (HR Muslim)
Pelaksanaan ibadah wukuf seringkali disebut sebagai simulasi berkumpulnya manusia di Padang Mahsyar. Keduanya mempunyai kesamaan mengumpulkan umat manusia dalam satu tempat. Pelaksanaan wukuf secara tidak langsung juga menjadi pengingat para jemaah haji untuk mengingat kematian dan kehidupan akhirat.
Padang Arafah yang menjadi tempat melaksanakan Wukuf merupakan tempat dimulainya fase kehidupan baru bagi Nabiullah Adam AS, manusia pertama yang diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Fase baru kehidupan Nabi Adam dimulai setelah taubatnya diterima.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempertemukan Nabi Adam dengan istrinya, Siti Hawa, yang terpisah ratusan tahun karena melanggar larangan Allah.
Arafah juga sebagai tempat merajut nilai kemanusiaan. Arafah adalah simbol mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Wukuf adalah berdiam diri sambil merenungi segala perbuatan yang telah dilakukan para jemaah haji dengan tujuan menghilangkan sifat buruk dan menggantikannya dengan sifat baik.
Saat menjalankan Wukuf, para jemaah haji memohon ampunan Allah serta berserah untuk meraih kesempurnaan. Wukuf mengembalikan kesucian dari setiap manusia dari segala noda dan dosa.
Jadi, bagaimana dengan mereka yang berani menyelisih hari Arafah/Wukuf? (*)