Mestinya Pemerintah Bisikkan, “Berhenti Sejenak Saat Adzan Maghrib”
Oleh: Mochamad Toha, Wartawan Freedom News
SEBENARNYA sangatlah mudah bagi Pemerintah (melalui Kemenlu) untuk menyampaikan pesan ke Kedubes Vatikan di Jakarta terkait Adzan Maghrib, jika waktunya bersamaan dengan Misa yang dipimpin Paus Fransiskus di Stadion GBK, Jakarta, 5 September 2024, pukul 17.00 – 19.00 WIB.
Sebelumnya, Kemenlu bisa mengirim surat pemberitahuan saat berkumandang adzan pukul 17.52 WIB, dimohon dengan hormat agar Yang Mulia Paus berhenti sejenak. Dapat dipastikan, Paus tidak akan keberatan jika ada permintaan seperti itu. Toh, lamanya waktu adzan tak sampai 2 menit.
Itulah wujud toleransi yang sebenarnya. Menghormati muadzin ketika adzan dari Masjid Istiqlal yang berseberangan dengan Gereja Katedral. Waktu dua menit ini bisa dimanfaatkan Paus untuk istirahat sejenak dan minum air putih di sela misanya selama 2 jam itu.
Tidak ada yang dirugikan sama sekali, baik umat Katolik maupun Islam. Apalagi, stasiun TV yang selama ini menyiarkan adzan. Namanya juga adzan, tidak mungkin pakai running text yang tak ada suaranya. Padahal, adzan itu panggilan, tentunya harus bersuara nyaring.
Apalagi, sudah menjadi kebiasaan di manapun, tidak hanya di Jakarta saja, setiap kali mendengar suara adzan, dalam event seminar atau rapat, bisa dipastikan moderator atau pimpinan rapat akan menghentikan sejenak aktivitasnya hingga selesainya kumandang adzan. Inilah toleransi, bukan sebaliknya: melarang suara adzan!
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengeluarkan permohonan penyiaran Adzan Maghrib dan Misa bersama Paus Fransiskus Senin, 2 September 2024.
Surat yang ditandatangani Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Wayan Toni Supriyanto itu berisi 3 poin yang ditujukan untuk para direktur utama Lembaga Penyiaran dan Ketua Asosiasi dan Persatuan Lembaga Penyiaran.
Toni mengatakan, Misa yang akan dipimpin Paus Fransiskus di Stadion GBK, Jakarta, 5 September 2024 pukul 17.00 sampai 19.00 WIB itu akan disiarkan langsung tanpa putus di seluruh TV nasional.
Selama berlangsungnya proses penyiaran, sekitar pukul 17.52 WIB, biasanya televisi nasional akan menampilkan Adzan Magrib bagi wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Maka, ketika berlangsungnya Misa, Toni mengimbau agar tayangan Adzan Maghrib ditiadakan, dan diganti dengan running text.
“Sehubungan dengan hal tersebut, mohon kiranya penyiaran Adzan Maghrib bisa dilakukan dengan running text,” kata Toni dalam keterangan resminya, Selasa, 3 September 2024.
Surat tersebut disampaikan kepada 38 direktur utama Lembaga Penyiaran dan ketua Asosiasi dan Persatuan Lembaga Penyiaran, termasuk Menteri Komunikasi dan Informatika.
Pernyataan tersebut menyulut amarah sejumlah ormas Islam. Terlebih, Kominfo meminta supaya siaran adzan Maghrib dikumandangkan serentak melalui televisi diganti melalui running text (tulisan bergerak).
Ketua DPP Front Persaudaraan Islam (FPI), Aziz Yanuar menyebut bahwa pihak FPI, GNPFU dan Persada 212 langsung menyatakan sikap protes keras atas Surat Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informasi.
Menurut Aziz, pernyataan sikap ormas Islam ini terkait beredarnya surat dari Direktur Jenderal Penyelenggaran Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informasi Nomor: B-2026/DJPPI/HM.05.08/09/2024, tertanggal 2 September 2024, yang ditandatangani oleh Wayan Toni Supriyanto selaku Dirjen Penyelenggaran Pos dan Informatika.
Isi surat, sambungnya, pada intinya menginstruksikan kepada seluruh Direktur Utama Lembaga Penyiaran dan Ketua Asosiasi dan Persatuan Lembaga Penyiaran agar acara misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus pada tanggal 5 September 2024 mulai pukul 17.00 s/d pkl.19.00 disiarkan secara langsung dan tidak terputus di seluruh televisi nasional.
"Adzan Maghrib yang biasa disiarkan melalui televisi nasional pada sekitar pukul 17.56 s.d selesai pada hari dan tanggal yang sama pada intinya ditiadakan, dan diganti dengan running text," kata Aziz kepada VOI, Rabu, 4 September 2024.
Ormas Islam yang tergabung dalam Front Persaudaraan Islam, GNPF Ulama, Persaudaraan Alumni 212 menyatakan sikap bahwa umat Islam Indonesia tidak mempermasalahkan kegiatan agama dari pihak lain selama kegiatan tersebut tidak mencampuradukkan ajaran agama atau menegasikan kegiatan agama lain pada saat yang bersamaan.
"Surat dari Dirjen PPI soal adzan Maghrib justru sangat mengganggu keberagaman dan toleransi yang sudah terjalin sejak lama di NKRI ini. Surat Dirjen PPI tersebut membuktikan bahwa rezim saat ini sudah terjangkit virus islamphobia dan intoleran terhadap keberadaan adzan Magrib dan ajaran Islam," ujarnya.
Dirjen PPI Kemenkominfo disebut sudah mengganti syariat adzan dari suara menjadi pengumuman dalam bentuk tulisan.
"Adzan merupakan suara yang dikumandangkan, bukan merupakan bentuk pengumuman dalam bentuk tulisan. Ini mengubah syariat Islam apalagi dilakukan oleh orang dari kalangan di luar Islam, merupakan bentuk penghinaan dan penistaan terhadap syariat Islam," tegasnya.
Kritik serupa juga disampaikan oleh Forum Alumni Kampus Seluruh Indonesia (AKSI). Forum AKSI mengkritik kebijakan Kemenkominfo yang menyurati lembaga penyiaran di Indonesia untuk tidak menayangkan siaran adzan Maghrib selama gelaran misa yang dipimpin oleh Paus pada hari ini.
Presidium Forum AKSI Juju Purwantoro mengatakan bahwa kumandang adzan Maghrib di stasiun televisi adalah adalah bentuk siaran langsung panggilan waktu salat wajib (Maghrib) bagi kaum muslimin, dari berbagai stasiun televisi baik nasional maupun swasta, yang sudah berlangsung secara rutin sejak lama.
"Selama ini kumandang suara adzan Maghrib tersebut dipancarkan secara terus menerus selama bertahun-tahun dan tidak pernah terputus (interupsi), dengan alasan adanya program acara televisi lain yang lebih penting dalam bentuk apapun," kata Juju melalui keterangan tertulisnya.
Menurut Juju, kumandang adzan tersebut sesuai syariat Islam, selama ini disiarkan dalam bentuk suara dan gambar, yang tidak bisa diganti secara sepihak dalam bentuk pengumuman atau bentuk tulisan atau running text sesuai instruksi isi Surat dari Dirjen PPI Kemenkominfo.
"Adanya Surat Dirjen PPI Kemenkominfo tersebut membuktikan rezim saat ini justru merupakan bentuk intervensi atau Islamphobia atas toleransi beragama yang sudah harmonis di Indonesia sejak lama," kata Juju.
Juju berharap para direksi lembaga penyiaran baik radio maupun televisi nasional untuk menolak dan mengabaikan instruksi tentang isi surat Dirjen PPI Kemenkominfo tersebut.
"Dalam waktu 1x24 jam, Dirjen PPI Kemenkominfo harus segera mencabut surat tersebut, dan kepada umat Islam untuk selalu waspada terhadap oknum rezim penyusup yang selalu berusaha mengaburkan ajaran dan syariat Islam dengan alasan apapun," demikian Juju.
Dihadiri Oligarki
Sehari sebelumnya, Rabu (4/9/2024), seperti dilansir Bisnis, para taipan atau orang terkaya di Indonesia berkumpul untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus di Istana Negara, Jakarta. Anthoni Salim, Prajogo Pangestu, hingga Franky Widjaja sambut kehadiran Paus Fransiskus.
Sejak pukul 08.53 WIB, banyak tokoh-tokoh masyarakat, mulai dari duta besar hingga pejabat mulai tiba di dalam lingkungan Istana Negara.
Bahkan, terlihat sejumlah pengusaha besar atau para taipan turut hadir untuk menantikan kehadiran petinggi gereja katolik di dunia itu. Mulai dari Anthoni Salim alias Liem Hong Sien CEO Group Salim (generasi kedua).
Kemudian, ada mantan petinggi Sinarmas Gandhi Sulistyo, pendiri Barito Pacific Prajogo Pangestu, Direktur utama Golden Agri-Resources Franky Oesman Widjaja, hingga Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Arsjad Rasjid.
Gandhi mengatakan bahwa dirinya sangat terkesima dengan pidato yang disampaikan oleh Paus Fransiskus. Menurutnya, pesan perdamaian dari Sri Paus tidak hanya perlu disampaikan, tapi juga direalisasikan di kehidupan bernegara.
“Sangat adem dan damai. Dunianya harus damai. Kami harap itu stabil, damai, rukun jadi kita bisa maju,” ujarnya kepada Bisnis di kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (4/9/2024).
Senada dengan Gandhi, Franky Oesman Widjaja juga mengaku tersentuh dengan pidato yang diyakininya sangat menginsiprasi semua orang. Sebab, semua nilai-nilai luhur di Indonesia ini, terutama keberagaman terus menjadi poin yang diperhatikan oleh Paus Fransiskus.
“Sangat bagus sekali. [Keberagaman] itulah ciri khas kita yang harus terus dilestarikan, dan beliau senang sekali bahwa hidup ini harus saling menghormati. Poin ini saya rasa inti dari beliau punya kunjungan ini,” kata Franky.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa semua agama tentunya mengajari yang terbaik mengenai hubungan antarmanusia dan dengan tuhan agar terus menjadi lebih baik.
Dia pun sedikit bercerita mengenai pengalaman melihat Paus secara langsung. Menurutnya, Paus Fransiskus memiliki aura yang begitu sejuk dan membawa harmoni bagi Negeri.
“Semoga dia datang ke sini bisa indonesia bisa lebih sejuk harmonis. Ini juga ada pergantian presiden mudah-mudahanan ada keberlanjutan yang baik, menuju Indonesia Emas 2045 menjadi lebih baik lagi,” pungkas Franky. (*)