Politisasi Agama Dipersoalkan Jokowi, Ada Apa?
Oleh: Ustadz M. Ismail Yusanto, Cendekiawan Muslim Universitas Islam Yogyakarta
UNTUK beribadah kepada Allah SWT di seluruh aspek kehidupan, maka politik itu harus berdasarkan Islam.
Tidak bisa tidak, jikalau kita (umat Islam) ingin betul-betul mewujudkan hidup untuk beribadah kepada Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalam aspek politik, maka politik itu harus berdasarkan Islam.
Dalam program “Fokus To The Point: Politisasi Agama Dipersoalkan Jokowi, Ada Apa?” di kanal YouTube UIY Official, Kamis (15/6/2023), sudah saya sampaikan.
Politik sebagai ibadah artinya adalah politik yang berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan Allah SWT. Hidup itu untuk beribadah kepada Allah SWT. Karena itu, umat Islam mestinya melakukan politik Islam dan mengislamisasikan politik.
Islamisasi politik itu artinya politik yang berdasarkan Islam. Baik dalam visi misinya, aspirasinya, maupun langkah-langkah dan perjuangannya. Jadi, UIY menegaskan, bahwa umat Islam harus mendukung Islamisasi politik, yaitu politik yang harus berdasarkan Islam.
Begitu juga halnya dengan Islamisasi ekonomi, Islamisasi budaya, Islamisasi pendidikan dan sebagainya itu. Di saat yang sama, umat juga harus keras menolak politisasi Islam. Sama juga dengan Islamisasi ekonomi, Islamisasi budaya, Islamisasi pendidikan dan sebagainya itu.
Politisasi Islam itu menjadikan Islam sebagai sekadar alat politik. Nah, yang sekarang terjadi ini adalah penolakan terhadap Islamisasi politik, tapi malah membiarkan terjadinya politisasi Islam.
Contohnya, aktivitas-aktivitas politisasi Islam yang dibiarkan oleh penguasa. Diantaranya yaitu yang menggunakan simbol-simbol Islam keluar masuk pesantren bukan untuk belajar agama. Datang kepada Kiai bukan untuk mendengar nasehat, tapi sekadar menarik simpati Kiai dan penghuni pesantren untuk mendukungnya.
Sementara, dia sendiri sebagai calon juga partai yang mendukungnya, sama sekali tidak berurusan dengan Islam. Tampak dari asasnya bukan Islam, bahkan sekuler. Tampak dari tujuan narasi-narasi yang dibangunnya, tidak pernah bersentuhan dengan Islam bahkan tidak jarang bertentangan dan memusuhi Islam. (*)