Pulang Kampung

Mudik atau pulang kampung sudah menjadi budaya tahunan. Terutama bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar dan berstatus perantauan. Lebih khusus lagi bagi kaum muslim yang merayakan Idul Fitri, dibarengi libur panjang di penghujung Bulan Ramadhan. Beberapa hari sebelum libur lebaran tiba, mereka sudah mempersiapkan perbekalan dan segala yang diperlukan. Terutama oleh-oleh buat sanak-saudara di hari bahagia saat kumpul bersama keluarga di kampung halaman nanti.

Oleh: H.Dadah Prihatin,Pengurus Dewan Masjid Indonesia(DMI) Bantargebang, Bekasi

Namun, tak jarang pula yang enggan mudik lebaran lantaran tak memiliki cukup perbekalan. Rasa rindu dan bimbang menyelimuti hati orang-orang yang menghadapi keadaan seperti ini. Perasaan malu karena tak dapat mempersembahkan yang terbaik buat keluarga, juga terkadang menjadi alasan penahan mereka tetap bertahan di perantauan. Ada pula yang memaksakan diri tetap pulang walau dengan perasaan keberatan menanggung beban karena minimnya perbekalan.

Mudik Kampung Akhirat

Begitulah suasana dan dinamika mudik dunia, ternyata mudik akhirat pun akan seperti itu pula dinamikanya. Maka muncul satu pertanyaan besar dalam hati kita, bagaimana dengan mudik kita?

“Akan kah mudik kita bahagia atau berujung kecewa ? Akankah kelak saat kita mudik ke kampung akhirat kita bisa berkumpul bersama penuh suka cita dengan kedua orangtua dan sanak saudara kita semuanya?,”

"Ataukah mudik kita akan berujung nestapa karena kita tak menjumpai mereka atau mereka tak menjumpai kita?" “Mungkin kita sudah sampai di kampung surga dengan segala kenikmatannya, namun salah satu dari keluarga kita tak bersama kita. Atau sebaliknya keluarga kita sudah berkumpul dalam kenikmatan surga, sementara kita terpisah dalam nestapa neraka… Yaa Allah.. na’udzu billah tsumma na’udzu billah,”

Di dalam QS Al Insyiqoq : 7-13, Allah berkisah tentang dua jenis manusia dengan dua kondisi yang berbeda.

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا (9) وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا (11) وَيَصْلَى سَعِيرًا (12) إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا (13)

Orang yang pertama : Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan dihisab dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan penuh suka cita,” paparnya.

Namun ada orang yang mengalami hal sebaliknya : “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: (“Celakalah aku” Dan dia akan masuk ke dalam neraka yang menyala-nyala, karena Sesungguhnya dia dahulu di dunia bersuka cita dengan keluarganya dalam keingkaran kepada Allah SWT (tanpa mempersiapkan kepulangannya ke akhirat)”. Wallahu'alam bisshowab(*)