Relasi Bali – Sunda
Oleh: Yudi Latif, Cendekiawan Muslim, Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
DARI dulu saya bertanya-tanya, mengapa di Bali dikenal (dan dirayakan) hari raya Kuningan, sementara di tanah Parahyangan ada daerah yang dinamakan Kuningan... Tepatnya Kabupaten Kuningan… (perihal ini sesungguhnya merupakan "PR" yang diberikan oleh Rama Pangeran Djatikoesoemah, tokoh Sunda Wiwitan di Cigugur).
Ada satu hal lagi, konon antara Bali dan Banten (dua tokoh – bersaudara yang berpisah), kalau di Bali membuat sesajen penyebutannya membuat Banten. Sedangkan di Banten membuat sesajen penyebutannya membuat Bebali.
Intelektual Bali, I Gusti Bagus Sugriwa (yang sekarang namanya diabadikan menjadi nama Universitas Hindu Negeri di Bali) mengatakan bahwa Bali itu memang artinya Banten. Maka dulu ada raja termasyur Bali yang sangat dihormati rakyatnya (sebelum "invasi" Majapahit ke Bali), leluhur orang Bali diberi gelar Sri Arkaja Lancana Ratna Bumi Banten.
"Ratna Bumi Banten" yang berarti "Permata Mutu Manikam Jagat Bali" – yang menunjukkan suatu penghormatan dan kecintaan rakyat Bali kepada rajanya.
Selain itu, lebih banyak kata-kata yang ada di Bali sama atau mirip dengan kata-kata yang ada di tanah Sunda – jika kita membandingkan dengan Bali – Jawa. Demikian juga dengan Tembang/ kidung Sunda yang ada ditemukan Bali...
Ikat (kepala) Sunda juga mirip sekali dengan udeng (destar) di Bali. Kidung Sunda sebagai karya sastra berbentuk tembang (syair), naskahnya tersebar di Bali. Ubud (ubut) artinya obat; istilah yang diperkenalkan tabib Sunda di Bali. Makanya, ada nama daerah Ubud di Bali.
Belum lagi kalau kita bicara relasi geografis antara Sunda Besar dan Sunda Kecil. (*)