Sabar Saat Diuji Sakit

Oleh: Luthfi Bashori, Pengasuh Pondok Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islam Singosari, Malang

YANG namanya sakit itu adalah peristiwa sangat manusiawi terjadi pada setiap orang, bahkan di kalangan para nabi pun mengalami peristiwa ujian sakit dalam kehidupuan mereka.

Kecuali Firaun, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Tafsir Muqati, bahwa Firaun selama hidup 446 tahun tidak pernah sakit. Hal itu atas ijin Allah sebagai istidraj (peristiwa super) yang diberikan kepada orang fasik dan orang kafir.

Sedangkan setiap orang yang hidup di dunia ini, tentu suatu saat akan mengalami sakit, minimal di saat ia akan meninggal dunia, maka rata-rata peristiwa sakit itu akan menghampiri dirinya.

Orang yang ditimpa sakit, lantas ia sabar dan tidak mengeluh atas rasa sakitnya itu, namun ia tetap berikhtiyar untuk sembuh dari sakitnya, dengan usaha berobat, namun sekira tata-cara berobatnya itu tidak bertentangan dengan aturan syariat, maka ia akan diberi pahala yang besar oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa sakit di suatu malam, lalu ia bersabar, dan rela menanggung sakit tersebut karena Allah, niscaya ia dibebaskan dari dosa-dosanya seperti ketika ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Imam Hakim melalui Sayyidina Abu Hurairah RA).

Beruntunglah menjadi seorang mukmin, karena hampir dalam segala hal akan diberi pahala, apabila ia tahu cara untuk meraihnya.

Seperti jika ia sakit, lalu bersabar dan rela dengan takdir Allah, sekalipun tetap diperintahkan untuk berobat, maka kesabaran terhadap sakit itu menjadi pencuci bagi dosa-dosanya, sehingga dirinya akan dibersihkan dari dosa-dosanya, bahkan ia bagaikan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya, hingga tidak menanggung beban dosa sedikitpun. (*)