Sedih, Berpisah dengan Bulan 1.000 Sujud
Oleh: Mangarahon Dongoran, Pemimpin Redaksi FreedomNews
RAMADHAN segera berlalu. Kesedihan semakin bertambah. Kesedihan bukan karena tidak bisa pulang ke kampung alias mudik, kesedihan bukan karena tidak mendapat THR atau Tunjangan Hari Raya, kesedihan bukan karena tidak mampu membeli pakaian baru.
Akan tetapi, sedih karena apakah setelah Ramadhan ini kita bisa menambah bekal ke kampung akhirat. Sedih karena kita akan segera berhenti tarawih, satu-satunya shalat sunnah yang hanya bisa dilakukan selama Ramadhan. Berbeda dengan shalat sunnah lainnya yang bisa didirikan pada hari dan bulan lainnya.
Malam 1.000 bulan segera berlalu. Lebih dahsyat lagi bulan 1.000 sujud segera berpisah dan meninggalkan kita. Bulan penuh rahmat itu segera berpisah dengan kita. Suatu perpisahan yang membuat kesedihan dan tetesan air mata.
Ya, malam 1.000 sujud, karena selama Ramadhan ini orang-orang yang beramal saleh pasti juga mendirikan shalat tarawih secara penuh, kecuali uzur. Mereka akan berburu tarawih, baik berjamaah maupun sendiri. Tidak mau ketinggalan, karena shalat sunnah muakadah ini hanya ada pada bulan Ramadhan.
Bulan 1.000 sujud. Jika mendirikan Tarawih dan witir 23 rakaat, maka selama 30 malam, tambahan sujud sebanyak 1.380 kali dari sujud di bulan-bulan lainnya. Beruntung mereka yang Tarawih dan witir 43 rakaat atau tanpa batas. Shalat tarawih itu minimal dua rakaat dan tidak ada batasan maksimalnya. Yang kuat mengerjakannya sepanjang malam, dipersilakan.
Bersujud lebih dari 1.000 kali bukan semata-mata hitungan angka. Namun, diperlukan kesabaran, kekhusukan, dan keikhlasan. Yang paling utama, tidak ria dan semata-mata mengharapkan ridha-Nya.
Bersujud 1.380 kali dalam tarawih selama 30 malam adalah tambahan ibadah yang tidak bisa dilakukan pada bulan lainnya. Shalat tahajjud dan dhuha bisa dilakukan di luar Ramadhan. Jika istiqamah melakukan dhuha 12 rakaat tiap pagi dan tahajjud 12 rakaat dan witir 3 rakaat tiap malam, Anda hitung sendiri berapa kali bersujud kepada Allah yang Maha Lembut.
Belum ditambah sujud shalat wajib dan sunnah lainnya. Bisa bersujud 1.000 kali lebih. Selama Ramadhan, jika konsisten tarawih, tahajjud, dhuha, sunnah rawatib dan shalat sunnah lainnya, seorang hamba Allah bersujud lebih dari 2.000 kali. Itu amalan tambahan, di luar shalat wajib.
Bersujud 2.000 kali lebih hanya bisa dilakukan pada bulan Ramadhan. Pantaslah orang-orang soleh berlomba-lomba mendirikan shalat tarawih. Bahkan, bagi mereka yang mendirikan shalat tarawih tanpa batasan rakaat, seperti di Maroko, sujudnya bisa berlipat ganda dibanding yang melakukan 41, 21 rakaat, apalagi hanya 11 rakaat.
Bersujud di atas 1.000 kali bukan soal angka dan hitungan. Akan tetapi, lebih dari itu, yaitu bentuk ketaatan kepada Allah Azza wa jalla. Memperbanyak sujud itu adalah perintah Allah dan Rasul sebagaimana hadist riwayat Muslim. "Hendaklah Engkau memperbanyak sujud (perbanyak salat) kepada Allah. Karena tidaklah Engkau memperbanyak sujud karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu.”
Bulan penuh sujud segera berlalu. Pantaslah orang-orang saleh menangis karena harus berpisah dengannya. Menangis setidaknya karena tiga sebab.
Pertama, takut amalan selama Ramadhan tidak diterima oleh Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kedua, menangis karena khawatir Allah tidak menerima taubatnya. Taubat dari dosa-dosa kecil, taubat dari kelalaian karena tidak membaca Al-Qur'an, taubat karena masalah yang dianggap enteng atau sepele.
Ketiga, menangis karena khawatir tidak bisa bertemu lagi Ramadhan yang akan datang. Orang shaleh tidak akan gembira dengan berakhirnya Ramadhan. Karena umur adalah rahasia Ilahi.
Semoga kita masih berjumpa Ramadhan 1445 Hijrian yang akan datang. (*)