Setiap Muslim Wajib Mengikuti Dalil
Oleh: Ferry Is Mirza DM, Wartawan Utama Sekwan Dewan Kehormatan Pengurus PWI Jatim
SEGALA puji hanya bagi Allah, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alayhi Wasallam dan keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan.
Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu”. (QS. Muhammad: 33)
Allah Ta'ala juga berfirman: “Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”. (Qs. At Taghabun: 12)
Allah Ta’ala juga berfirman: “Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59)
Ayat-ayat ini menegaskan wajibnya kita sebagai hamba Allah untuk mengikuti dalil, yaitu firman Allah dan sabda RasulNya.
Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan: “Allah Ta’ala memerintahkan kaum mu’minin dengan suatu perkara yang membuat iman menjadi sempurna, dan bisa mewujudkan kebahagiaan bagi mereka di dunia dan akhirat, yaitu: menaati Allah dan menaati RasulNya dalam perkara-perkara pokok agama maupun dalam perkara cabangnya. Taat artinya menjalankan setiap apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang sesuai dengan tuntunannya dengan penuh keikhlasan dan pengikutan yang sempurna”. (Taisir Karimirrahman, 789).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menyatakan, “sudah menjadi kewajiban bagi setiap hamba dalam agamanya untuk mengikuti firman Allah Ta’ala dan sabda RasulNya, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan mengiktuti para Khulafa Ar Rasyidin yaitu para sahabat sepeninggal beliau, dan juga mengikuti para tabi’in yang mengikuti mereka dengan ihsan”. (Fathu Rabbil Bariyyah, 7)
Karena itulah Allah Ta’ala mengutus Rasulallah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dengan membawa petunjuk dari Allah. Dan Allah telah mewajibkan seluruh manusia untuk beriman kepada beliau, secara lahir dan batin.
Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah (wahai Muhammad): “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat- kalimatNya (kitab- kitabNya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk“. (QS. Al A’raf: 158)
Maka barangsiapa yang tidak mau taat kepada dalil, seolah ia tak beriman bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah utusan Allah dan seolah ia tidak mengimani bahwa apa yang dibawa oleh beliau adalah petunjuk dari Allah Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda; “Wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin sepeninggalku. Peganglah ia erat- erat, gigitlah dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada- adakan karena setiap bid’ah adalah kesesatan”. (HR. At Tirmidzi 2676 hadits ini shahih)
Maka wajib bagi setiap hamba untuk taat dan patuh kepada sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang shahihah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sunnah ini, jika shahih, maka semua kaum Muslimin bersepakat bahwa wajib untuk mengikutinya”. (Majmu’ Al Fatawa, 19/85, dinukil dari Ushul Fiqh inda Ahlisunnah 120)
Seorang hamba yang enggan untuk taat kepada sabda RasulNya juga terancam untuk ditimpa fitnah (keburukan) dan adzab yang pedih.
Allah Ta’ala berfirman, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (QS. An Nuur: 63)
Wahai hamba Allah! Takutlah engkau akan fitnah dan adzab Allah, tundukkanlah jiwamu untuk patuh dan taat kepada Allah dan RasulNya.
Dan tidak halal bagi seorang Mukmin, ketika disampaikan kepadanya firman Allah dan sabda RasulNya, ia memiliki pilihan yang lain yang bukan berasal dari keduanya.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (Qs. Al Ahzab: 36)
Bahkan andaikan ‘pilihan yang lain‘ tersebut berasal dari para ulama, tidak halal diambil ketika berhadapan dengan firman Allah dan sabda RasulNya. Imam Asy Syafi’i rahimahullah juga berkata:
“Para ulama bersepakat bahwa jika seseorang sudah dijelaskan padanya sunnah Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam tidak boleh ia meninggalkan sunnah demi membela pendapat siapapun”. (Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al I’lam 2/361. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi, 28)
Wahai hamba Allah, ikutilah dalil, taatilah firman Allah dan sunnah RasulNya, sesuai dengan apa yang dipahami para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka. Niscaya anda berada dalam petunjuk yang benar.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk…” (QS. An Nuur: 54)
Segeralah Bertaubat
Setiap hamba pasti pernah terjerumus dalam dosa, ada yang dosa kecil maupun dosa besar.
Memang demikianlah manusia banyak berbuat kesalahan dan kadang mengulangi kesalahan tidak hanya sekali namun berkali-kali.
Tapi yang sebaik-baiknya adalah yang selalu bertaubat.
Rasulullah bersabda: “Setiap manusia pasti banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat”. (HR. Tirmidzi 2499)
Allah akan selalu menerima taubat hambaNya, tapi bukan berarti terus- menerus mengulangi kesalahan.
Berusahalah istiqamah dalam kebaikan lalu tidak mengulangi kesalahan lagi.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
Maka seharusnya kita sebagai manusia yang banyak melakukan dosa dan maksiat untuk selalu bertaubat kepada Allah dan jangan berputus asa dari rahmat Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, “Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa- dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Insya’ Allah, Allah memberi taufik dan hidayah agar kita menjadi hamba yang senantiasa bertaubat.
Demikian semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah untuk berbuat kebajikan. Yang selalu mengharap ampunan dari ROBBnya. Barokalloh fiikum. (*)