Taubat Nasuha

Oleh: Ferry Is Mirza DM, Wartawan Utama Sekwan Dewan Kehormatan Pengurus PWI Jatim

SELAMA 365 Hari Tahun 2023 sudah kita lalui dengan suka-duka. Dan, tentu ada yang kita sadari atau tidak, diantara waktu pada hari-hari itu kita berbuat dosa.

Nah, senyampang kita masih diberi Allah Ta'ala usia barokah, dan sehat wal afiyaa hingga bisa menapaki awal bulan Januari pada tahun baru 2024 Masehi ini, sungguh patut kita bersyukur Alhamdulillah....

Selain itu, kita juga perlu bertaubat atas dosa-dosa yang kita buat selama setahun lalu, dan berdoa untuk tak berbuat dosa lagi.

Manusia adalah makhluk yang seringkali berbuat dosa. Namun, ada yang segera memperbaikinya dan ada yang tenggelam dalam kubangan kehinaan. Sebagai seorang mukmin sudah selayaknya kita menjaga perasaan takut kepada Allah dan yakin bahwa Allah Azza Wa Jalla Maha Mengampuni dosa hamba-hambaNya, kemudian bertaubat atas segala dosa.

Allah Azza Wa Jalla berfirman, "Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Dengan banyaknya kezaliman manusia kepada diri mereka sendiri berupa perbuatan maksiat, Allah membuka selebar-lebarnya pintu rahmatNya, yakni pengampunan bagi mereka yang bertaubat dengan sungguh-sungguh kepadaNya.

Allah Azza Wa Jalla berfirman, "Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Ali Imran: 135)

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangiku dengan kesalahan seluas bumi dalam keadaan tidak berbuat kesyirikan, Aku (Allah) akan membalasmu dengan seluas bumi ampunan.” (HR. At-Tirmidzi)

Syarat Taubat Nasuha

Para ulama menetapkan syarat sebuah taubat dikatakan sebagai taubat nasuha, yakni:

Pertama, Bersegera meninggalkan dosa.

Kedua, Menyesal atas apa yang telah dikerjakan.

Ketiga, Bertekad untuk tidak mengulangi kembali kemaksiatan tersebut.

Keempat, Jika dosanya berkaitan dengan hak manusia, maka ia harus segera mengembalikannya.

Langkah Taubat Nasuha

Dan, jalan untuk taubat nasuha adalah jalan yang tidak mudah dan butuh kesungguhan. Berikut adalah langkah-langkah agar taubat kita benar-benar terhitung sebagai taubat nasuha:

Pertama, Senantiasa merasa diawasi oleh Allah Azza Wa Jalla, baik ketika bersendiri maupun ketika bersama manusia yang lain.

Allah ‘Azza Wajalla berfirman, "Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian, Dia bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 4)

Kedua, Memahami bahaya perbuatan maksiat. Karena setiap dosa akan memberikan efek negatif untuk pelakunya. Seperti perasaan tidak tenang, tidak adanya keberkahan dalam setiap hal yang dikerjakan, selalu was was, dan lain-lain.

Ketiga, Senantiasa mengingat-ingat kematian.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’i, disahihkan oleh Ibnu Hibban)

Keempat, Menjauh dari tempat- tempat dan teman- teman yang mengajak kepada kemaksiatan.

Kelima, Banyak mengingat surga dan neraka. Terlebih ketika menguat dorongan kembali kepada kemaksiatan. Ingatlah bahwa bahan bakar neraka adalah manusia dan bebatuan.

Allah Azza Wa Jalla berfirman, "Jika kamu tidak (mampu) membuat(nya) dan (pasti) kamu tidak akan (mampu) membuat(nya), takutlah pada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 24)

Keenam, Mencari teman-teman yang baik, sebagaimana kita dianjurkan untuk menjauhi teman yang bisa kembali mengajak kepada maksiat, maka memiliki teman yang baik akan membantu kita menjaga taubat kita.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Agama seseorang dilihat dari agama teman dekatnya. Maka, berhati-hatilah ketika memilih teman.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Ketujuh, Memperbaiki semangat dalam mengerjakan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.

Insya' Allah dengan langkah dan tujuh poin singkat ini bisa menjadikan taubat kita terjaga. Aamiin. (*)