Ulama Pemburu
Oleh: Yudi Latif, Cendekiawan Muslim
SAUDARAKU, alkisah, tampak sepasang merpati yang sedang bertengger di cabang pohon melihat seorang berpenampilan alim datang dengan sebuah buku yang dikepit di satu tangan dan tongkat di tangan yang lain.
Seekor merpati berkata pada yang lain, "Mari terbang, orang itu bisa membunuh kita." Pasangannya menyahut, "Dia bukan pemburu. Dia seorang ulama, tidak akan membahayakan kita." Sang ulama melihat keberadaannya dan seketika memukulkan tongkatnya ke merpati betina, lantas ia sembelih untuk dimakan. Merasa dizalimi, pasangannya mengadu kepada Nabi Sulaiman.
Ulama itu pun dipanggil ke Istana. "Kejahatan mana yang saya lakukan?" sanggahnya. "Bukannya daging merpati itu halal," lanjutnya. Merpati jantan menimpal, "Saya tahu bahwa hal itu halal bagimu. Tetapi, jika datang untuk berburu, engkau semestinya mengenakan pakaian seorang pemburu. Engkau curang, datang berlaga sebagai ulama."
Ulama atau ilmuwan itu memang sering telanjur dinisbatkan sebagai sosok pelindung kemaslahatan umum. Nalarnya memberi lentera di kegelapan; nuraninya memberi oasis di tengah krisis keyakinan. Namun, dalam realitas kekinian, banyak orang berpredikat ulama/ilmuwan dengan kapasitas dan integritas yang telah ditanggalkan.
Banyak orang berpenampilan/berpredikat pandita-cendekia untuk "menjual" ayat dan justifikasi ilmiah dengan harga murah; membenarkan manipulasi politik dengan rekayasa statistika; bertablig dengan disinformasi dan caci-maki. Merajalelanya pandita-cendekia palsu membawa bencana dan kemarau keteladanan.
Situasi demikian seakan menggemakan kembali ratapan pujangga agung Keraton Surakarta R. Ng. Ranggawarsita. Menjelang kematiannya pada 1873, ia menulis Serat Kalatidha (Puisi Jaman Keraguan).
Bait pertama puisi tersebut bersaksi, “Kilau derajat neraga lenyap dari pandangan. Dalam puing-puing ajaran kebajikan dan ketidaan teladan. Para cerdik pandai terbawa arus jaman keraguan. Segala hal makin gelap. Dunia tenggelam dalam kesuraman.”
Pantaslah bila Imam al-Ghazali mengingatkan, “Sesungguhnya, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan penguasa, dan kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama, sedangkan kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan."
Dalam kesempatan ini, saya sampaikan kepada rekan-rekan yang budiman, perlu saya beritahukan bahwa beberapa akun saya sebagai berikut sudah jatuh ke tangan hacker (peretas); Facebook: yudi.latif.3 dan akun FB saya lainnya; Instagram dengan username: yudi.latif; Email: yudi.latif@yahoo.co.id.
Untuk mencegah hal-hal tak diinginkan, mohon rekan-rekan yang follow akun-akun saya tersebut untuk segera keluar (unfollow). Juga harap waspada bila mendapat email dari akun Yahoo tersebut.
Demikian saya beritahukan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Harap temen-temen lebih berhati-hati dalan bermedia sosial agar musibah seperti saya bisa dihindari.
Jakarta, 17 April 2023. (*)