Wahai Para Shahabat yang Mulia
Oleh: KH Abdul Malik Said, Pengasuh Ponpes Haq An Nahdliyah Sukodono Sidoarjo
KITA semua sudah menyaksikan dan mendengar Video ungkap bukti kecurangan/kejahatan pemilu banyak sekali, mulai dari putusan MK, cawe-cawe presiden, dan ASN juga semua lembaga penegak hukum, melibatkan aparatur Desa, Lembaga KPU dan Bawaslu berpihak 1 Paslon, Penyalahgunaan Bansos dan BLT untuk kemenangan 1 Paslon.
Penggelembungan suara 1 Paslon oleh SIREKAP KPU dan pengurangan jumlah angka Paslon lain, adanya intimidasi dan pengancaman bahkan black list/penutupan hak usaha pendukung Paslon lain, pencopotan tugas abdi negara di pemerintahan dan lembaga-lembaga sipil negara.
Gerakan yang terstruktur, sistematis dan masif (TSM) ini dirancang hanya memenangkan salah satu Paslon yang digadang-gadangnya sebagai penerus rencananya yang berkelanjutan dengan China komunis dan menyelamatkan hirarki dan keluarganya dari jeratan hukum yang menantinya.
Wahai.... Masyayikh.... habaib yang alim.... para kiai yang alim allamah.... gawaghis yang mursyid.... asatidz yang zu'ama' dan sahabat-sahabat yang awam sepadan dengan saya.
Asahobiyah (fanatisme) boleh kita pegang, ungkapkan dan dijalankan selagi dalam garis norma kebenaran syariah agama dan etika. Kita telah disuguhi fenomena peristiwa pilpres dan pileg yang notabene banyak yang bersuara kecurangan, kejahatan, dan kedloliman TSM.
Kita semua bukan orang partai dan bukan bagian dari calon yang dipilih tapi kita ini adalah partisan dan pengamat dalam gelanggang pesta Demokrasi di negeri ini.
Ketika sebelumnya dan saat atau sesudah permainan tentu kita mendengar dan melihat tentang proses permainan itu adakah ditemukan hal-hal yang bertentangan dengan norma dan etika? Dan ketika bermain pun kita akan melihat adakah pemain nakal, curang, atau ada ordal dan orlu ikutan bermain curang demi pemain pujaannya?
Dan paska permainan yang menunggu hasil akhir keputusan adakah perangkat yang digunakan itu jujur, adil, netral dan obyektif atau keberpihakan?
Berangkat dari temuan-temuan tersebut di atas kita semua menyadari bahwa Pesta demokrasi dalam suksesi kepemimpinan suatu bangsa bukan kefanatikan personal yang kita kedepankan, bukan kalkulasi untung rugi yang diharapkan, melainkan menegakkan kedaulatan di tangan rakyat, menyelamatkan negara dan bangsa dan persatuan kesatuan anak bangsa ini lebih diprioritaskan dan diutamakan dari kepentingan individu, kelompok, partai, ormas dan dinasti.
Mengukur cara pandang orang berakal dan menakar grafik keimanan seseorang dengan melihat fenomena tersebut yang terkuak dan terbongkar yang kita dengar dan lihat, ke mana hati kita ini berbisik, bagaimana normalisasi ungkapan hati dan lisan kita, ke mana mata kita harus tertuju, kapankah telinga kita berfungsi dan kaki tangan ke mana arah yang dikehendaki untuk meniti antara Haq dan bathil.
Semoga kita selalu mendapat hidayah kebenaran dan mampu mengatakan dan melakukan, juga ditampakkan prilaku kebathilan dan mampu berkata itu kebathilan dan bisa menjauhinya.
هدانا الله وإياكم على سبيل الهدى والإرشاد. _Hadzaanallohu wa iyyakum alaa Sabilil hudaa Wal Irsyad___. Semoga Alloh memberi petunjuk kepada kita dan kalian semua pada jalan petunjuk dan bimbingan yang benar. (*)