Erick Thohir Sia-siakan Hak Jawab di Podcast Tempo
Jakarta, FreedomNews – Judul Podcast Tempodotco cukup keren, “Hak Jawab Erick Thohir”. Tapi sayangnya ternyata tak ada Hak Jawab sama sekali dari Menteri BUMN yang juga Ketum PSSI ini. Video tayangan Bocor Alus Politik berdurasi 6:53 detik itupun terasa hambar tak ada nilai jurnalistiknya.
Erick Thohir malah promo sukses PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang terus melakukan perbaikan pelayanan dan harus dipublikasikan, agar masyarakat tahu. Netizen langsung menanggapinya.
Dari akun @dr.yohanesmeanduli6435, misalnya: Reformasi kereta bukan di masa Pak Erik, tapi di masa Pak Jonan. Iklan di ATM mohon disetop Pak Erik. Makasih. Jonan yang dimaksud netizen ini adalah Ignasius Jonan saat menjadi Dirut KAI semasa Menteri BUMN Dahlan Iskan maupun ketika Jonan menjadi Menteri Perhubungan.
Hingga tulisan ini dibuat, setidaknya sudah ada 627 netizen yang menulis di kolom komentar. Tapi meski sudah ada 26K views (Aug 8, 2023 Bocor Alus Politik) itu, ternyata Erick Thohir tak juga menggunakan kesempatan yang diberikan Tempo.
“TEMPO.CO - Sesuai kesepakatan antara Tempo dan tim Menteri BUMN Erick Thohir di Dewan Pers, kami memberikan hak jawab di program Bocor Alus Politik. Hak jawab itu terkait dengan tayangan BAP berjudul "Manuver Erick Thohir Lewat PSSI dan BUMN yang Tak Disukai PDIP" pada link • Manuver Erick Thohir Lewat PSSI dan B...” tulis Tempo dalam Podcast Hak Jawab ini.
Sebelumnya, atas laporan Tim Erick Thohir ke Dewan Pers terkait Podcast “Manuver Erick Thohir Lewat PSSI dan BUMN yang Tak Disukai PDIP” yang tayang di YouTube dari Tempodotco, Kamis (13/7/2023).
Menyusul penayangan tersebut, Menteri Erick Thohir langsung melaporkan salah satu konten siniar atau Podcast "Bocor Alus Politik" alias BAP Tempodotco ke Dewan Pers hari itu juga, Kamis, 13 Juli 2023. Dan, Senin (17/7/2023), kedua pihak diundang mediasi di Dewan Pers.
Staf Khusus Menteri BUMN (saat itu, kini Wamen Kominfo) Nezar Patria menyampaikan, Erick Thohir merasa konten itu sangat merugikan dirinya karena dianggap tidak memenuhi prinsip-prinsip kerja jurnalistik dan Kode Etik Jurnalistik. Karena, sebagian besar konten itu tidak melalui tahapan verifikasi dan konfirmasi sebagaimana diatur dalam Kode Etik Jurnalistik.
"Menurut Pak Erick Thohir, konten itu tidak berimbang dan tidak menghadirkan beliau sebagai narasumber sebagai pihak terkait untuk memberikan keterangan secara berimbang," kata Nezar seperti dilansir Tempo, 13 Juli 2023.
Dia menuturkan bahan ini mestinya diverifikasi oleh mekanisme jurnalistik profesional, sebelum bisa dihadirkan untuk publik. Alhasil, informasi yang tidak akurat dan belum terverifikasi itu menimbulkan kesan negatif kepada Erick Thohir dan juga Kementerian BUMN.
"Meskipun jalur hukum terbuka, tetapi jalur itu tidak ditempuh oleh Pak Erick karena menganggap konten di Tempodotco itu adalah produk jurnalistik di bawah bendera Tempo Media Grup," ujar Nezar.
Tempo pun “diadili” di Dewan Pers. Namun, ada yang disesalkan Pemimpin Redaksi Majalah TEMPO, Setri Yasra, atas tindakan Tim Erick Thohir yang membuat rilis terbuka mengenai penyelesaian sengketa di Dewan Pers yang diajukan Erick Thohir, Kamis, 13 Juli 2023.
Menurut Tempo, pada Selasa, 18 Juli 2023, tim Erick Thohir menyebarkan berita dengan judul “Podcast Tempo Melanggar Kode Etik”. Padahal, kata Setri, dalam kesepakatan penyelesaian di Dewan Pers hasilnya tidak boleh dipublikasikan.
“Kedua pihak sepakat yang memberikan keterangan hanya pihak Dewan Pers,” ujar Setri, seperti dilansir Tempo, Selasa (18 Juli 2023 12:33 WIB). Padahal, Tempo menyatakan siap menjalankan rekomendasi Dewan Pers dalam kasus pengaduan Erick Thohir tersebut.
Nah, ketika pada 8 Agustus 2023 itu pihak Tempo sudah memberikan kesempatan untuk memberi Hak Jawab kepada Erick Thohir, ternyata dia tidak mau menjawab Hak Jawab yang diberikan oleh Tempo sesuai rekomendasi Dewan Pers.
Dan, Menteri BUMN merangkap Ketua PSSI ini mendatangi Kantor Tempo dan bertemu dengan tiga “penjaga gawang” Bocor Alus Politik, Ryamindus Rikang, Stefanus Pramono, dan Hussein ABRI Dongoran, di Jakarta, Selasa, 8 Agustus 2023, tanpa menyampaikan Hak Jawab sebagaimana pengaduan yang disampaikannya kepada Dewan Pers.
Sebelumnya, Dewan Pers menyatakan “Bocor Alus Politik” wajib menampilkan Hak Jawab dan meminta maaf. Ternyata, dalam kesempatan tersebut, Erick Thohir, hanya menyampaikan hal-hal ringan tentang pentingnya memperhatikan media sosial.
Apalagi menyangkut korporasi BUMN. Sambil mencontohkan apa yang dilakukan PT KAI yang terus melakukan perbaikan pelayanan dan harus dipublikasikan, agar masyarakat tahu.
Ketika Hussein menawarkan untuk podcast kembali, Erick Thohir menolak dan mengatakan, ”Undang saya lagi pada pesempatan lain dengan topik yang berbeda.”
Seharusnya Erick Thohir yang gethol kampanye agar dipilih sebagai Bacawapres pada Pilpres 2024 itu berani memberikan Hak Jawab sesuai keputusan dan kesepakatan kedua pihak di Dewan Pers.
Sejumlah isu dalam podcast yang dipermasalahkan Erick Thohir, seperti dikutip Solopos.com dari kanal YouTube Tempodotco, Kamis (13/7/2023). Ada tujuh poin yang dibicarakannya oleh ketiga wartawan Tempo tersebut.
Pertama, Bukan Erick Thohir yang Lobi FIFA. Dalam podcast tersebut, tiga wartawan Tempo itu mengupas informasi yang mereka terima tentang batalnya Indonesia sebagai host Piala Dunia U-20. Menurutnya, batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 bukan semata karena ada penolakan terhadap Timnas Israel semata, melainkan disebabkan infrastruktur yang belum siap.
FIFA akhirnya membatalkan Piala Dunia U-20 yang digelar pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023 dan dialihkan ke Argentina. Sebagai gantinya, FIFA menawarkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 yang akan diselenggarakan pada 10 November hingga 2 Desember 2023.
“Dan yang melobi FIFA itu Ratu Tisha (Wakil Ketua PSSI), bukan Erick Thohir. Yang awalnya di Doha itu Ratu Tisha, Erick datang sudah jadi. Jadi, tanggal 23 Maret 2023 itu sudah pasti Indonesia ditawari tuan rumah U-17 tapi baru diumumkan FIFA akhir Juni 2023,” tutur Raymundus Rikang.
Pada poin ini sudah jelas, yang melobi FIFA itu Ratu Tisha, bukan Erick Thohir. Jadi, pada 23 Maret 2023 itu sudah pasti Indonesia ditawari tuan rumah U-17 tapi baru diumumkan FIFA akhir Juni 2023. Di sini Erick tampil bak “pahlawan”, padahal Ratu Tisha yang berhasil melobi FIFA.
Kedua, Posisi Erick di PSSI Tak Gembirakan PDIP. Dalam podcast tersebut juga diungkap informasi tentang tidak gembiranya PDIP dengan posisi Erick Thohir di PSSI.
Popularitas Erick Thohir dianggap menggerus elektabilitas Ganjar Pranowo yang ketika itu sudah ditetapkan sebagai bakal capres PDIP. “Karena buzzer-buzzer Erick ini juga menyerang Ganjar,” ujar Raymundus Rikang.
Fransisca Christy Rosana juga mengungkap saat Jokowi menyodorkan nama Erick Thohir kepada Megawati Soekarnoputri sebagai bakal cawapres Ganjar, Ketum PDIP itu hanya tersenyum kecut. “Pembicaraan soal Erick Thohir ini hanya 10 menit,” ujar Christy mengutip keterangan sumbernya.
Fakta ini juga jelas. Ditambah, buzzer-buzzernya juga menyerang Ganjar. Makanya, saat Jokowi menyodorkan nama Erick kepada Megawati sebagai bakal cawapres Ganjar, tawaran ini kurang direspon.
Ketiga, Soal JIS. Erick Thohir disebut mulai kesal ketika ditanya tentang Jakarta International Stadium (JIS) yang merupakan karya bakal capres Anies Baswedan saat menjabat Gubernur DKI Jakarta.
“Saya juga baca di beberapa berita Erick dah mulai kesel tuh. Ditanyain JAS JIS, ‘emang stadion di Indonesia hanya JIS?’,” ujar Raymundus. Klaim bahwa JIS tidak memenuhi standar FIFA berbuntut olok-olokan netizen dan mantan pemain bola nasional pun “membela” rumput JIS.
Keempat, Erick Gencar Dekati Partai Demi Pilpres 2024. Erick Thohir disebut gencar mendekati partai-partai parlemen demi bisa berkompetisi pada Pilpres 2024. Sejumlah partai yang disebut adalah PAN, PKB dan PPP.
“Belakangan PPP dilepas, katanya sudah tidak ada harapan karena ada rivalnya, Sandiaga Uno,” ujar Christy.
Fakta ini tak bisa dibantah. Bahwa Erick Thohir gencar mendekati partai-partai parlemen demi bisa berkompetisi pada Pilpres 2024. Apa lagi yang perlu diklarifikasi? Sejumlah partai yang didekati itu adalah PAN, PKB dan PPP. PPP dilepas, karena ada Sandiaga Uno.
Kelima, Erick dan Sandiaga Uno adalah Rival. Erick Thohir juga disebut sebagai rival dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.
Karenanya saat Sandiaga Uno resmi menjadi anggota PPP, Erick Thohir lantas menjauh dari partai berlambang Kakbah tersebut. “Dari dulu kan Sandi dan Erick itu rival,” kata Christy. “Kawan yang pengin jadi rival,” sambut Stefanus Pramono.
Fakta ini juga tak terbantahkan. Erick Thohir itu rival dari Sandiaga Uno. Jelas terlihat langkahnya setelah tahu Sandiaga resmi menjadi anggota PPP, Erick kemudian menjauhi PPP.
Keenam, PAN Sudah Dikunci oleh Erick Thohir. Berdasarkan informasi dari sumbernya, Christy menyebut Erick Thohir sudah “mengunci” PAN. Menurutnya, ketika bertemu Megawati beberapa waktu lalu Ketum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) membawa tiga agenda.
Tiga agenda tersebut masing-masing soal Erick Thohir sebagai cawapres, tentang kebutuhan logistik jika PAN dan PDIP berkoalisi serta tentang porto folio kabinet. Zulhas, kata dia, meminta jatah empat menteri kepada Megawati jika dua partai berkoalisi.
Saat membicarakan soal Erick Thohir cawapres, kata Christy, Megawati tidak terlalu responsif karena dirinya banyak mendapat tawaran nama. “Setelah rombongan ini pulang, PAN bete. ‘Wah suram nih’,” kata Christy.
Apa yang dimaksud dengan Erick Thohir sudah “mengunci” PAN. Inilah yang seharusnya disimak lebih dalam. Apakah artinya mengunci itu sama dengan “beresin” harga tiketnya?
Ketujuh, Koalisi dengan Gerindra. Setelah tidak mendapat respons baik dari PDIP, PAN lantas berkomunikasi dengan Partai Gerindra. Menurut Christy, tanggapan Gerindra lebih bagus dibandingkan dengan PDIP.
Gerindra disebut bisa menerima Erick Thohir sebagai bakal cawapres dengan syarat Erick bisa “memberesi” Muhaimin Iskandar (Cak Imin). “Erick Thohir bilang ke PAN bahwa dia siap memberesi Cak Imin asalkan dukungan Pak Lurah (Jokowi) sudah 100%,” kata Christy.
Fakta ketujuh ini sudah jelas, betapa Zulhas terus berupaya agar Erick Thohir bisa jadi bacawapres. Ini menunjukkan bahwa PAN benar-benar sudah “dikunci” oleh Erick sehingga PAN tetap berjuang agar Partai Gerindra bisa menerima Erick Thohir sebagai bacawapres Prabowo Subianto.
Di sini Erick justru memberi syarat balik. “Erick Thohir bilang ke PAN bahwa dia siap memberesi Cak Imin asalkan dukungan Pak Lurah (Jokowi) sudah 100%,” kata Christy. Kata “memberesi” yang ada selama ini adalah “menebus” harga tiketnya Cak Imin.
Yang perlu dicatat, ketiga wartawan Tempo tersebut tentu saja tidak mungkin mengungkap apa yang mereka sampaikan itu jika informasinya tidak akurat. Mereka justru mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang sangat tahu “jeroan” BUMN yang dipimpin Erick Thohir tersebut.
Jadi, informasi yang disampaikan dalam Podcast itu adalah fakta yang mereka lihat dan dengar. Fakta itu jelas jejak digitalnya, tanggal berapa, jam berapa, kapan peristiwanya, dan sebagainya. Kalau sudah berupa fakta seperti itu, rasanya, tidak ada kewajiban untuk klarifikasi.
Jadi, ketujuh fakta yang disampaikan tiga wartawan Tempo itu rasanya sulit terbantahkan. Apalagi, sumbernya dari lingkaran Erick Thohir di PSSI dan BUMN maupun “orang” Megawati.
Keengganan Erick Thohir menjawab “Hak Jawab” dalam Podcast “Bocor Alus Politik” Tempodotco itu mengindikasikan bahwa semua yang disampaikan Tempo itu adalah suatu kebenaran yang Erick Thohir sendiri tak bisa menjawabnya. (*)
Mochamad Toha, Iriani Pinontoan