Meski Dihambat, Silaturahmi Kebangsaan Tetap Tuntut Tangkap dan Adili Jokowi!

Jakarta, FreedomNews – Tampaknya peribahasa Jawa berikut patut disematkan pada para tokoh nasional yang menggelar Silaturahmi Kebangsaan. Demit ora ndulit, setan ora doyan. Dibong ora kobong, digrujug banyu ora teles.

Itu salah satu peribahasa dalam bahasa Jawa, yang menggambarkan sosok manusia yang babar blas tidak punya kamus takut pada diri mereka.

Seperti itulah, para tokoh nasional tetap akan berkumpul untuk menggelar Silaturahmi Kebangsaan, membahas berbagai bab menyangkut nasib bangsa dan negara hari ini pula ke depan.

Meskipun rencana kegiatan serupa dibatalkan secara sepihak oleh rezim ketika hendak digelar di Balai Sudirman, direncanakan kegiatan akan pindah lokasi digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (14/10/2024).

“Kalau dibatalkan lagi, ya pindah lagi ke tempat lain. Apa yang ditakuti?! Kami-kami ini juga bagian dari pemilik sah NKRI. Betah mana coba. Yang jelas, kami-kami ini ibarat Abimanyu, tokoh (dalam) pewayangan yang babar blas, gak punya kamus takut,” tegas Dr. KRMT Roy Suryo, MKes, salah seorang peserta silaturahmi.

Sebagaimana isi video yang dikirim Pemerhati Telematika, KRMT Roy Suryo, sejumlah tokoh nasional, baik akademisi, aktivis, pakar dan lainnya berkumpul melakukan persiapan untuk kegiatan Silaturahmi Kebangsaan Senin hari ini (14/10/2024).

Selain sejumlah jurnalis, para ‘Abimanyu’ yang tampak turut hadir diantaranya Faizal Assegaf, Prof. Anthony Budiawan, Relfy Harun, Marwan Batubara, Said Didu serta tokoh dan aktivis lainnya.

Sejumlah tokoh pada kesempatan tersebut menyampaikan pendapat, yang secara umum memiliki pandangan yang sama. Yakni setelah bukan presiden, Mulyono alias Jokowi tidak boleh lepas begitu saja tanpa pertanggung jawaban atas segala dosa-dosanya, yang berakibat rusaknya tatanan berbangsa dan bernegara.

“Selama dipimpin Jokowi selama 10 tahun, negara ini mengalami kehancuran. Kerusakan itu bukan tidak disengaja, melainkan disengaja secara sadar (oleh Jokowi),” ungkap Prof. Anthony Budiawan.

Sebab itu, lanjut Anthony, setelah 20 Oktober ini pihaknya mendesak agar Joko Widodo secepat-cepatnya segera ditangkap, diproses hukum atas berbagai macam kesalahannya, agar kehidupan berbangsa dan bernegara kembali normal.

Seusai pakar Hukum Tata Negara Relfy Harun yang pada kesempatan itu berteriak, pihaknya bersama tokoh lain menyatakan sebagai oposan terhadap pemerintahan 5 tahun mendatang, Marwan Batubara memekik lebih antagonik, “Takdili, tangkap dan adili Jokowi!,” pekik Marwan Batubara menggugah semangat juang.

Dilanjutkan Marwan yang juga anggota Petisi 100 itu, bahwa pihaknya sejak pertengahan tahun lalu sudah meminta pemakzulan terhadap Jokowi dan antek-anteknya. Pandangan itu, katanya, semakin ke sini kian mengkristal menjadi sebuah tuntutan ‘Takdili’, tangkap dan adili Jokowi.

Jadi, tegas Marwan, kelak saat pulang ke Solo gembar gembornya Jokowi akan disambut dengan sukacita, maka mimpi itu akan dibantah dengan gerakan mahasiswa yang membuat dengan rakyat dan tokoh masyarakat dengan teriakkan ‘Takdili, Takdili, Takdili’.

“Mulyono kita harapkan bersama akan ditangkap, diadili dan dipenjara sebelum Desember 2024,” harap Marwan.

Said Didu lebih nylekit pada kesempatan berbicara. Dia katakan, selama 10 tahun terakhir, 280 juta rakyat Indonesia disibukkan hanya dengan satu keluarga dari Solo, yakni Mulyono.

“Untuk itu rakyat akan mengurus keluarga Jokowi. Menyiapkan kamar dan makanan dari negara, atas pelanggaran yang dilakukan selama ini,” ujar Said Didu berinsinuasi, yang dimaksud adalah penjara buat Jokowi sekeluarga.

Pada akhir kesempatan itu, Faizal Assegaf sebagai penggagas dan panitia acara memastikan, Silaturahmi Kebangsaan pada Senin 14 Oktober 2024 siap digelar di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta. (Mth/*)