Potensi Bencana di Kawasan IKN Semakin Nyata Adanya
Catatan Mochamad Toha, Wartawan Freedom News
KEINGINAN Presiden Joko Widodo untuk memimpin Rapat Kabinet Paripurna Perdana di Istana Garuda, Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, sudah kesampaian. Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan para menteri juga hadir.
Seperti dilansir dari Detikcom di Istana Garuda, Senin (12/8/2024), Jokowi memimpin sidang kabinet di ruang lantai 1 Istana Garuda. Jokowi dan Ma'ruf Amin duduk berdampingan. Para menteri Kabinet Indonesia Maju juga hadir dan menepati kursi. Dari 41 menteri, 2 diantaranya tidak bisa hadir. Para menteri duduk di kursi kanan dan kiri dengan meja memanjang.
Sebelum sidang dimulai, Ma'ruf Amin memimpin doa bersama. Doa itu pun kemudian diaminkan para menteri.
Selanjutnya, Jokowi menyampaikan arahan. Sebelum memulai menyampaikan arahan, Jokowi juga menyapa Ma'ruf Amin hingga Presiden terpilih sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
"Yang saya hormati Bapak Wakil Presiden, yang saya hormati presiden terpilih Bapak Prabowo para Menko, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, Ka BIN," kata Jokowi.
Jokowi menyebut sidang kali ini sangat istimewa. Sebab, pertama kali digelar di IKN. "Padi hari ini kita bisa melakukan sidang paripurna yang istimewa karena dilaksanakan pertama kali di Ibu Kota Negara Nusantara," sebut Jokowi.
Menteri Sekretaris Negara Pratikno sebelumnya mengatakan bahwa sidang kabinet paripurna akan membahas hal-hal yang sifatnya umum, layaknya sidang kabinet paripurna pada umumnya.
Pembahasan dalam sidang kabinet meliputi evaluasi pemerintahan pada tahun ini, terutama tahun terakhir Pemerintahan Presiden Joko Widodo – Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Selain itu, sidang juga membahas perencanaan tahun depan (2025) termasuk transisi pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka.
Sesuai rencana, Selasa (13/8/2024), Presiden Jokowi juga mengundang para Bupati-Walikota dan Gubernur ke IKN untuk mendengar pengarahan terkait Pilkada Serentak 2024 mendatang.
Presiden Jokowi dan para menteri dalam Kabinet Indonesia Maju (KIM) itu seolah tidak khawatirkan terhadap potensi bencana yang bakal terjadi di kawasan IKN tersebut. Sampai perlu mendatangkan “pawang hujan” dari Banyuwangi segala hanya untuk menghalau potensi hujan di sana.
Akibat dari pengalihan potensi hujan dari kawasan IKN ke arah Balikpapan, selama 2 hari berturut-turut terjadi hujan di wilayah Balikpapan. Hingga Jum’at (9/8/2024) sempat terjadi banjir dan tanah longsor serta kemacetan parah di Balikpapan.
Alhamdulillah, sejak Sabtu (10/8/2024), Balikpapan cerah tanpa hujan. “Semoga kesedihan rakyat yang terkena musibah dalam beberapa hari ke depan hingga tanggal 17 Agustus 2024 digeser Allah ke para penguasa,” kata seorang warga di Kalimantan.
Karena, hingga 17 Agustus 2024 nanti – kecuali pada 16 Agustus 2024, Jokowi akan pidato di MPR RI kemudian kembali lagi ke IKN – setidaknya Presiden Jokowi dan para menteri KIM berada di IKN.
Potensi Bencana
Peringatan adanya potensi bencana di kawasan IKN sebenarnya sudah pernah dibicarakan dalam Focus Group Discussion (FGD) terkait Kebencanaan di wilayah IKN dilaksanakan secara online melalui Zoom Cloud Meeting pada Jumat, 14 Agustus 2020.
Diskusi yang dipimpin oleh Irfan D Yananto (Fungsional Perencana Direktorat Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas) tersebut dihadiri oleh 30 peserta, salah satunya Kepala Sub Bidang Kehutanan dan Lingkungan Bappeda Kaltim (Rina Juliati, SSi, MSi).
Jalannya FGD diawali dengan Penyampaian Analisis Awal terkait kebencanaan di wilayah IKN. Kemudian pembahasan berlanjut pada Penyampaian Kajian Kebencanaan di wilayah IKN dari Badan Geologi Kementerian ESDM, BMKG.
Diskusi terkait Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Masteplan IKN telah dilaksanakan oleh Kementerian PPN/Bappenas pada bulan Februari 2020. Diskusi yang dilaksanakan membahas lahan, air, energi, pengelolaan lingkungan, keanekaragaman hayati, kebencanaan, lubang tambang, dan sosial budaya. Analisis terkait potensi bencana sebagai berikut :
Pertama; Kondisi Gas Dangkal Calon Ibu Kota Negara
Keterdapatan gas diidentifikasi menggunakan data sumur Tengin-1, Semoi-1, Belonak-1, dan Loa Haur-1.
Efek negatifnya yaitu bila pada suatu saat beban di permukaan bertambah dengan bertambahnya bangunan, dikhawatirkan terjadi keretakan yang dapat menyebabkan munculnya gas ke permukaan dengan tekanan yang tinggi. Efek positifnya adalah keterdapatan gas ini dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan energi lokal.
Pada sumur Tengin-1 (lokasi IKN) kemunculan gas tergolong (cukup) tinggi, dengan kandungan antara 3.000 hingga 5.000 unit. Kandungan gas digolongkan sebagai gas dangkal jika kemudian muncul di kedalaman 0-1000 meter.
Dilihat dari posisi keberadaan gas dangkal di kedalaman pada sumur Tengin 1 bisa dikatakan masih aman untuk pembangunan kota dengan high density. Kondisinya akan seperti Balikpapan yang juga merupakan kota besar yang berada di atas reservoir gas dengan akumulasi yang besar.
Namun, akumulasi gas yang cukup besar sebaiknya tetap diwaspadai, terutama di area-area yang memiliki zona lemah yang bisa menjadi jalur migrasi gas ke permukaan.
Kedua; Kajian Kawasan Rawan Bencana Geologi di Kawasan Kandidat IKN
Secara umum Kawasan IKN jauh dari jalur sumber gempa bumi dan tsunami. Daerah Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN berpotensi terlanda guncangan PGA sekitar 0.15 g, atau juga berpotensi mengalami guncangan gempa bumi dengan intensitas VI MMI.
Kawasan Inti Pusat Pemerintahan tersusun oleh batuan permukaan tanah keras (Kelas C), kawasan di sekitarnya tersusun oleh batuan lunak (Kelas D).
Pemodelan bahaya tsunami dengan sumber gempa bumi dari Sesar Naik Selat Makassar (M7,3) yang dilakukan PVMBG tidak menghasilkan nilai ketinggian tsunami dan jarak landaan di wilayah pesisir timur Kalimantan.
Berdasarkan analisis PTHA digabung dengan menggunakan persamaan empiris landaan tsunami, wilayah inti IKN aman terhadap tsunami dan sebagian wilayah pendukung IKN yang berdekatan dengan sungai besar yang bermuara ke Teluk Balikpapan mempunyai kerawanan tsunami rendah hingga menengah.
Ketiga; Kerentanan Gerakan Tanah/Tanah Longsor Pada IKN Bagian Wilayah Perkotaan (BWP1 Dan 2)
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa faktor pengontrol gerakan tanah yang dominan adalah kelerengan. Sementara faktor tata guna lahan, geologi, patahan/sesar dan ground acceleration memiliki kontribusi yang hampir sama.
Gerakan tanah/longsor skala kecil banyak terjadi pada formasi Pamaluan hal ini karena terdapat litologi batu lempung, batu gamping serpihan dan batulanau. Saat ini yang baru dikerjakan adalah IKN BWP I dan II sementara pada IKN BWP III belum dilakukan pemetaan.
Keempat; Gempa, Tsunami, Cuaca dan Iklim
Hasil skenario model guncangan gempa yang bersumber dari sesar Meratus M7,0 berdampak di IKN dengan skala intensitas V-VI MMI yang artinya getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar rumah, terjadi kerusakan ringan.
Hasil skenario model tsunami akibat gempa M=8,5 yang bersumber di zona megathrust Sulawesi Utara dan akibat gempa M=7,7 bersumber di zona Sesar Naik Selat Makasar menunjukkan bahwa pantai Kaltim berpotensi terjadi tsunami dengan status SIAGA dengan estimasi ketinggian 0,5-3,0 meter.
Frekuensi hujan lebat di wilayah IKN PPU (Penajam Paser Utara) tersebut cenderung lebih rendah dibandingkan sekitarnya.
Kejadian cuaca ekstrim di wilayah bandara sekitar IKN (bandara Balikpapan, Samarinda) didominasi oleh kejadian hujan lebat disertai kilat petir.
Kejadian crosswind di bandara sekitar IKN (Balikpapan dan Samarinda) terjadi hampir setiap bulan dan berpotensi membahayakan penerbangan karena posisi landas pacu relatif sejajar dengan garis pantai.
Dan yang perlu dicatat pula, ada potensi terjadinya bencana di kawasan IKN, selain banjir dan tanah longsor. Konon, dari pantauan satelit, di bawah kawasan IKN ini terdapat banyak aliran gas, sekitar 6 meter di bawah permukaan tanah.
Karena itulah, ada peringatan agar jika mau ngebor pondasi untuk paku bumi tidak boleh lebih dari 6 meter dalamnya. Aliran ini bersumber dari kawah atau cekungan gas berjarak sekitar 30 km arah Barat Laut dengan kedalaman sekitar 2 km.
Makanya seharusnya di kawasan IKN tersebut tidak boleh ada beban berlebihan di atas permukaan tanahnya. Potensi gas bawah tanah inilah yang bisa jadi bencana alam dahsyat. (*)