Catatan M Nigara: Wasit Jepang Itu Rabun Ayam, Timnas Indonesia Tampil Pas-pasan

GREGETAN dan sebal. Begitu perasaan saya ketika menyaksilan Skuad Garuda yang menjamu Laos, Kamis (12/12) malam di Stadion Manahan, Solo. Meski bermain di rumah sendiri, Muhanmad Ferarri dan kawan-kawan hanya mampu bermain imbang 3-3.

Hasil Match Day 2 babak penyisihan Grup B Piala ASEAN ini membuat langkah kita menjadi lumayan berat, apa lagi Ahad (15/12) kita harus bertandang ke Markas Golden Star Warrior, Vietnam.

Secara faktual, selain Thailand, Vietnam adalah negara yang paling sulit kita taklukan. Apalagi saat ini, ada kecemburuan luar biasa terhadap timnas senior kita dari negeri yang masih tetap berhaluan komunis itu.

Wasit Hiroki Kasahara dari Jepang yang memimpin laga, menambah gregetan dan kesebalan saya saat menyaksikan laga itu. Meski lebelnya dari Jepang, saya menilai Kasahara jauh dari wasit bersertifikat FIFA. Maaf ini, saya melihat Kasahara sama sekali tak pantas memimpin event internasional.

Sejak awal, wasit Jepang itu sudah memperlihatkan berat sebelah. Berulang-ulang, sang wasit yang sering terlihat terengah-engah setelah berlari hilir-mudik. Puncaknya ketika ia secara gagah perkasa langsung mengesahkan gol ketiga Laos. Gol Peter Phanthavong di menit-77.

Kasat mata, bola sesungguhnya sudah melewati garis belakang. Alih-alih meniupkan peluit tanda out bahkan tanpa ragu justru mengesahkan gol itu untuk membuat skor 3-3. Anehnya lagi, wasit di ruang VAR pun tidak meminta sang wasit untuk melihat rekaman.

Kasus ini mengingatkan saya saat Indonesia menghadapi Bahrain di Prakulifikasi Piala Dunia. Wasit asal Oman, Ahmed Al Kaf saat Kamis (10/10), berulang-ulang merugikan timnas kita. Puncaknya, ia membiarkan pertarungan terus berlangsung meski 6 menit injury time telah lewat jauh.

Saat itu, wasit Al Kaf juga secara terang-terangan berpihak pada tuan rumah Bahrain. FIFA sendiri tidak melakukan apa pun, termasuk melakukan investigasi. Bahkan, FIFA belum secara tegas menolak permintaan Bahrain saat mengusulkan laga away melawan Indonesia di tempat netral.

Liga liga lokal, Persija mengalami hal serupa dengan saat kita bertemu Bahrain. Meski masa injury time sudah lebih dari tujuh menit sebagaimana diberikan perpanjangan, wasit tenang saja. Tapi, begitu Borneo berhasil menjebol gawang Andritani, 1-1, peluit panjang ditiupkan.

Ya, wasit yang 'rabun ayam' (melihat samar-samar di saat senja turun), ternyata sangat menyakitkan bagi mereka yang dirugikan. Timnas Garuda, senior dan U22, serta Persija, harus menanggung derita. Anehnya, Komisi Wasit FIFA dan PSSI, belum juga ingin melakukan apapun.

Pas-Pasan

Lepas dari Hiroki Kasahara, wasit dari Jepang yang ternyata menderita 'rabun ayam' itu, anak-anak asuhan STY itu ternyata jauh dari istimewa. Bahkan saya tak ragu untuk menyebut mereka bermain 'pas-pasan'.

Tidak bermaksud merendahkan, Ferrari dan kawan-kawan, malah sesungguhnya beruntung bisa bermain imbang. Laos yang dulu bisa dengan mudah dilumatkan dengan kemenangan lewat gol banyak, kini berbeda jauh.

Anak-anak asuhan rekan senegara STY, Ha Hyeok-jun, itu lebih tajam dan lebih terarah. Beruntungnya, mereka masih sering tergesa-gesa, akibatnya kemenangan mereka bisa ditahan.

Harmonisasi antarpemain dan antarlini di timnas kita, sama sekali tidak terbangun. Serangan yang dibangun, mudah dipatahkan pemain-pemain Laos, sebaliknya tusukan-tusukan tim Laos, bisa mudah tembus.

Jika situasi ini tidak segera diatasi, maka bersiap-siap saja kita kembali mengalami kekecewaan di Piala ASEAN atau AFF ini. Sekali lagi, jika cara komunikasi STY dengan pemain harus melalui pihak ketiga, maka kendala utama, masih tetap membentang.

Waktu untuk memperbaiki tim tidak banyak, kita berharap STY menemukan cara untuk meningkatkan kemampuan tim. Semoga saja kisah masa silam tidak terulang kembali....

Susunan pemain Timnas Indonesia (3-4-3): Daffa Fasya; Muhammad Ferarri, Kadek Arel, Kakang Rudianto; Pratama Arhan, Arkhan Fikri, Rayhan Hannan, Dony Tri Pamungkas; Marselino Ferdinan, Hokky Caraka, Rafael Struick Pelatih: Shin Tae Yong Timnas Laos: Keo Oudone Souvannasangso; Bounpachan Bounkong, Anantaza Siphongphan, Phetdavanh Somsanid, Anousone Xaypanya, Phutthasay Khochalem, Phathana Phommathep, Xayasiht Singsavang, Phousomboun Panyavong, Phouttgalak Thongsanith, Sonevilay Phetviengsy Pelatih: Ha Hyeok-jun