Tunggal Putra Cetak Sejarah di All England Setelah 30 Tahun Penantian

Jakarta, FreedomNews - Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting akhirnya menciptakan all Indonesian final di turnamen tertua bulu tangkis, yakni All England 2024. Jojo dan Ginting demikian mereka disapa telah mencetak sejarah setelah 30 tahun penantian. All Indonesian final terakhir kali terjadi pada turnamen All England 1994.

Seperti diketahui, berlaga di Utilita Arena, Birmingham, Jonatan butuh tiga gim untuk menaklukkan wakil asal India Lakshya Sen. Hingga pada akhirnya berhasil menang dengan skor 21-12, 10-21, dan 21-13. Sementara itu, Ginting berhasil melaju ke babak final BWF World Tour Super 1000 All England Open 2024 setelah sukses menundukkan wakil Prancis, Christo Popov melalui tiga gim dan menang dengan skor 19-21, 21-15, dan 21-11 dalam waktu 1 jam 15 menit.

Jonatan mengaku bahwa merapatkan pertahanan merupakan kunci dalam merebut tiket untuk ke babak final. Meski begitu, dia menyampaikan rasa syukurnya mengingat dalam beberapa waktu ke belakang prestasi dari olahraga tepuk bulu dari atlet Indonesia kian menurun. “Mungkin tidak ada yang mengira dengan beberapa hasil turnamen belakangan yang naik turun, tapi kita selalu berusaha semaksimal mungkin, kekurangan apa kami perbaiki, kami bangun kemistri dan kami coba lebih solid,” ucapnya, Minggu, 17 Maret 2024.

Jojo, sapaan akrab Jonatan, melanjutkan bahwa lawannya Sen bermain cukup baik di gim kedua. Wakil India itu bahkan sempat mengubah strateginya dengan bermain lebih cepat dan membuatnya kurang mengantisipasi itu. “Alhasil tertinggal jauh dan saya tidak mau memaksa habis-habisan dan langsung mempersiapkan diri untuk gim ketiga. Di gim penentuan saya sudah tahan-tahan saja dengan rally, tidak mau terpancing bermain cepat. Juga bagaimana merapatkan pertahanan,” tandas Jojo.

Sementara itu, Ginting mengaku bahwa kunci kemenangannya adalah upaya menjaga fokus dengan baik dari awal pertandingan sampai selesai. “Itu penting juga. Karena kalau bisa bermain dengan baik dan bisa menuntaskan segala permasalahan, kemungkinan berhasil lebih besar,” katanya.

Dia mengatakan bahwa kejar-mengejar skor terjadi di gim pertama. Meskipun sempat di atas angin karena sempat unggul 17-13, Ginting lengah sehingga Popov berhasil terus menambah poin dan berbalik unggul 18-17 dan memenangkan gim pertama 21-19. “Memang cukup disayangkan di gim pertama sudah unggul 2-3 poin, tapi Christo berhasil menyusul. Di gim kedua saya coba untuk tidak memikirkan apa yang terjadi di gim pertama, tetap fokus pada strategi, tetap fokus cara bermainnya harus bagaimana untuk dapat poin demi poin,” pungkas Ginting.

All Indonesian final antara Ginting dan Jonatan akan menjadi kesembilan kalinya dua tunggal putra Indonesia berhasil bertemu dalam babak final turnamen BWF World Tour Super 1000 itu. Adapun, kali pertama final antara wakil Indonesia terjadi pada 1976 dengan laga yang mempertemukan Rudy Hartono dengan Liem Swie King.

Kemudian, terakhir kali dalam 30 tahun, tunggal putra All England Open mempertemukan dua pemain Indonesia terjadi pada All England 1994 saat Hariyanto Arbi berhadapan dengan Ardy Bernardus Wiranata. Saat itu, Hariyanto Arbi berhasil menang atas Ardy Wiranata melalui dua gim langsung dengan skor 15-12, 17-14. Ginting dan Jonatan juga berhasil memecah telur dari akhir penantian 22 tahun tunggal putra Indonesia melaju ke final All England. Terakhir kali tunggal putra Indonesia menembus final adalah Budi Santoso pada 2002.(dtf/olah)