Peradaban Rempah dan Jalur Herbal
Impian besar dari Banrehi adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban rempah dunia. Dengan standar dan kualitas yang dikembangkan, rempah Indonesia akan menjadi bagian penting dalam budaya global, mulai dari kuliner, pengobatan, hingga gaya hidup sehat.
Oleh: Irma Syuryani Harahap, Dosen di Pondok Pesantren Cendekia Mandiri, Lebak Banten
PADA Selasa, 29 Oktober 2024, Komisi IX DPR RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) perdana dengan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Gedung DPR, Jakarta. Dalam rapat ini, Kepala BPOM memberikan penjelasan mengenai visi dan misi Presiden RI dalam pengawasan obat dan makanan, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam bidang herbal tradisional.
Salah satu poin penting yaitu implementasi “Astacita Presiden”, sebuah visi besar guna mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia melalui potensi besar rempah dan herbal yang kita miliki.
Merespons visi tersebut, akademisi Prof. Yudhie Haryono menggagas pembentukan "Badan Nasional Rempah dan Herbal Indonesia (Banrehi)”. Lembaga ini diharapkan menjadi pusat pengelolaan, regulasi, dan promosi industri rempah dan herbal yang berkelanjutan, memperkuat peran Indonesia dalam pasar global, serta memastikan kesejahteraan petani lokal.
Potensi dan Keunggulan Rempah Nusantara
Indonesia dikenal dengan kekayaan rempah dan herbalnya sejak zaman dahulu. Mulai dari jahe, kunyit, hingga cengkeh dan pala, semuanya bukan hanya menjadi komoditas lokal, tetapi telah menembus pasar internasional. Negara-negara seperti Tiongkok, Amerika Serikat, India, hingga Belanda, merupakan konsumen utama rempah-rempah kita.
Diperkirakan bahwa sektor ini memiliki potensi ekonomi hingga Rp 750 triliun per tahun dan dapat menyerap lebih dari 7 juta tenaga kerja baru.
Namun, manfaat rempah dan herbal tidak terbatas pada aspek ekonomi. Rempah-rempah ini juga memiliki peran vital dalam gaya hidup sehat, pengobatan alami, hingga menjadi bagian penting dalam budaya dan tradisi Nusantara. Dengan kemampuan berdikari melalui bahan-bahan alami, masyarakat Indonesia dapat menikmati kesehatan tanpa efek samping kimiawi yang seringkali menyertai obat-obatan sintetis.
Menjadi Pengatur dan Pemain Kunci di Pasar Global
Banrehi memiliki visi besar, tidak hanya sebagai lembaga pengatur (regulatory board) tetapi juga sebagai pelaku utama (trading house) yang menetapkan standar mutu dan harga rempah serta herbal di pasar lokal, nasional, dan internasional.
Dengan adanya standar ini, diharapkan kualitas dan kuantitas produk rempah Indonesia terjaga serta mendukung posisi Indonesia sebagai penguasa pasar global.
Beberapa tujuan spesifik Banrehi antara lain: 1) Melestarikan Sejarah Rempah Nusantara: Mendokumentasikan kembali sejarah rempah dan herbal di Indonesia, yang memiliki peran signifikan sejak masa lampau hingga kini;
2)Mendorong Ekspansi Pasar Internasional: Memperluas pasar ekspor rempah dan herbal Indonesia dan mempromosikan keunggulannya di dunia internasional;
3)Memajukan Industri dalam Negeri: Mengembangkan industri rempah dan herbal sebagai sumber devisa utama dan membuka lapangan pekerjaan baru;
4)Mengembangkan SDM dan Infrastruktur: Membangun pusat data, gudang, dan fasilitas industri untuk mendukung produksi dan ekspor;
5)Menguatkan Mata Uang Rupiah: Menggunakan pendapatan devisa dari sektor ini sebagai penguat ekonomi nasional.
Kolaborasi dengan BPOM dan DPR untuk Mewujudkan Kedaulatan Rempah!
Agar seluruh potensi ini dapat dioptimalkan, Banrehi berencana untuk bekerja sama erat dengan BPOM RI, yang bertugas memastikan standar kualitas dan keamanan produk herbal untuk konsumsi publik.
Dengan BPOM sebagai pengawas, kualitas produk rempah dan herbal akan dijamin sesuai dengan standar nasional dan internasional. Selain itu, Banrehi membutuhkan dukungan penuh dari DPR RI sebagai lembaga legislatif untuk menetapkan regulasi yang mendukung visi presiden ini, termasuk pembentukan Banrehi sebagai lembaga resmi.
Kemandirian Ekonomi dan Peradaban Rempah Nusantara
Banrehi juga menargetkan pelaksanaan pendataan ulang (big data) dan standarisasi bagi seluruh komoditas rempah-herbal di pasar nasional maupun global. Dengan demikian, Banrehi dapat menjadi lembaga yang menetapkan standar kualitas dan kuantitas produk rempah Indonesia, yang kelak membuat kita tidak hanya menjadi produsen tetapi juga pengendali pasar.
Banrehi akan membentuk jaringan kerja sama dengan asosiasi-asosiasi komoditas yang sudah ada, mengajak perguruan tinggi dan komunitas intelektual untuk berperan aktif dalam pengembangan industri ini.
Impian besar dari Banrehi adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban rempah dunia. Dengan standar dan kualitas yang dikembangkan, rempah Indonesia akan menjadi bagian penting dalam budaya global, mulai dari kuliner, pengobatan, hingga gaya hidup sehat.
Jika visi ini terwujud, Banrehi akan menjadi lembaga utama yang mengembalikan kejayaan Indonesia di mata dunia sebagai penguasa rempah, persis seperti masa kejayaan Nusantara.
Penutup
Banrehi bukan sekadar lembaga pengatur, tetapi motor penggerak menuju kedaulatan rempah dan herbal Nusantara. Dengan kolaborasi antara BPOM, DPR, dan masyarakat luas, Indonesia akan mampu memanfaatkan potensi besar rempah dan herbalnya untuk kesejahteraan rakyat dan kejayaan bangsa.
Melalui Banrehi, cita-cita founding fathers untuk menjadikan Indonesia sejahtera dari kekayaan alamnya bisa terwujud dalam wujud nyata. (*)