“Detik Lengah” Pembuka Aib Kejahatan Pilpres

Allah membuka aib Gibran melalui "Detik Lengah", jejak digital yang tersimpan pada akun Kaskus Fufufafa yang meledak dahsyat bagaikan bom atom yang meluluh-lantakkan sendi-sendi dinasti yang sedang dipaksakan dibangun oleh Joko Widodo.

Oleh: Hamka Suyana, Pengamat Kemunculan Pratanda

ARTIKEL dengan tema "Detik Lengah" sudah 2 kali saya kupas dan saya bagikan. Yang pertama, ketika Pilpres curang diskenariokan secara terstruktur, sistematis, masif (TSM) dipaksakan harus menjadi pemenang.

Dalam artikel tersebut, saya sampaikan bahwa berdasarkan sejarah, aksi komplotan kejahatan, meskipun dilakukan dengan sangat rapi, pada akhirnya selalu dibongkar Allah melalui sandi "Detik Lengah".

Yang kedua, sebagai catatan pembuktian teori "Detik Lengah" itu, atas dipecatnya Hasyim Asy'ari sebagai Ketua KPU. Pada artikel tersebut, saya sampaikan bahwa "komplotan" penjahat demokrasi Pilpres curang terdiri atas 3 unsur pelaku yaitu: dalang atau otak, eksekutor, dan penadah hasil kejahatan Pilpres 2024 lalu.

Sang dalang atau otak kejahatan demokrasi Pilpres 2024 curang adalah Presiden Joko Widodo, eksekutornya KPU yang dinakhodai Hasyim Asy'ari, dan sebagai penadahnya Capres – Cawapres Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka.

Kini, menjelang akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo, "Detik Lengah" sebagai pembuka aib kejahatan, semakin gamblang dimunculkan oleh Allah.

Apa sih Detik Lengah itu?

Ungkapan "Detik Lengah" saya temukan setelah membaca sejarah tragedi nasional Pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965.

Aksi penculikan para jenderal TNI AD oleh gerombolan PKI itu, sudah direncanakan dengan matang dan dieksekusi dengan rapi. Mereka perkiraan, di tempat eksekusi para jenderal yang diculik, tidak akan bisa ditemukan dalam jangka waktu lama atau bahkan selama-lamanya.

Tapi berkat Allah pasang alarm "Detik Lengah", maka hanya berselang 2 hari pasca aksi penculikan, tempat eksekusi keji berhasil ditemukan.

Allah Maha Adil. Salah satu Kemaha-adilan Allah, antara lain apabila terjadi aksi kejahatan besar yang dilakukan oleh sebuah "komplotan" yang direncanakan dengan rapi agar aman menikmati hasil kejahatan tanpa meninggalkan jejak, maka Allah menyertakan "kunci rahasia" pembuka aib pada aksi kejahatan yang disebut "Detik Lengah".

Momentum terjadinya "Detik Lengah", yakni pada saat pelaku kejahatan melakukan keteledoran tindakan yang akan berujung pada akibat yang fatal.

Kunci rahasia terbongkarnya tragedi nasional atas penculikan para jenderal TNI-AD pada peristiwa malam G30S-PKI, karena Allah sudah memasang "Detik Lengah" melalui perantara Polisi Sukitman yang ikut ditangkap penculik ketika menculik DI Panjaitan.

Sejarah kelam pemberontakan PKI Tahun 1965 diawali dengan melakukan penculikan terhadap 7 jenderal TNI AD. Tempat untuk eksekusi sudah disusun sangat rapi dan super rahasia yang dalam perhitungan mereka, tidak akan diketahui dalam jangka lama atau selama-lamanya.

Tapi fakta sejarah telah berbicara. Hanya dalam kurun waktu 2 hari, tempat eksekusi yang mereka yakini super rahasia itu, terbukti berhasil diketahui dan terbongkar skenarionya.

Kebiadaban G30S PKI cepat terbongkar karena Allah memasang "alarm" pembuka rahasia dengan sandi "Detik Lengah" dengan perantara Polisi Sukitman.

Malam terjadinya penculikan, Polisi Sukitman berdinas jaga di rumah dinas duta besar Korea yang satu kompleks dengan rumah kediaman Jenderal Donald Isaacus (DI) Panjaitan.

Ketika terjadi bunyi tembakan dari arah rumah DI Panjaitan, Polisi Sukitman bergegas lari dengan mendatanginya. Ternyata rumah tersebut sudah dikepung tentara bersenjata lengkap.

Polisi Sukitman yang masih bingung, ditangkap tentara dan dinaikkan ke mobil dengan kedua mata tertutup, kemudian ikut dibawa ke suatu tempat yang belum ia kenal. Di sanalah Polisi Sukitman menyaksikan penyiksaan terhadap 7 orang yang kemudian dilempar ke dalam sebuah sumur.

Melalui perantara Polisi Sukitman, akhirnya tragedi nasional tersebut terbongkar hanya dalam hitungan hari pasca penculikan.

Sejarah akan terulang. Demikian juga dengan kejahatan demokrasi Pilpres curang tahun 2024. Sebagai orang beriman harus yakin seyakin-yakinnya, bahwa komplotan penjahat demokrasi, Pilpres curang pasti digagalkan Allah melalui alarm rahasia "Detik Lengah".

Setelah "Detik Lengah" ditimpakan Allah kepada Ketua KPU, Hasyim Asy'ari, sebagai eksekutor sindikat penjahat pilpres, kini giliran penadah hasil kejahatan pilpres, yaitu Wapres terpilih, yang sedang dalam proses menerima giliran dibukanya aib yang selama ini tersembunyi dengan rapi.

"Detik Lengah" pembuka aib kejahatan, mutlak menjadi rahasia Allah. Sebelum terjadi detik lengah, tidak ada manusia yang mampu menduga aib yang mana yang akan terbuka dan menghancurkan hasil kejahatan yang dilakukan.

Seperti halnya dengan Gibran Rakabuming Raka. Pada saat ia "dikarbit" oleh Mahkamah Konstitusi (MK), sehingga lolos menjadi Cawapres mendampingi Capres Prabowo Subianto, para pendukung dan pengagum Joko Widodo, mengelu-elukan bagaikan putra mahkota yang akan menggantikan tahta bapaknya.

Dalam pandangan mereka, Gibran adalah tokoh muda yang dianggap paling layak untuk menduduki jabatan Wakil Presiden

Tapi, Allah tidak membiarkan negara ini hancur akibat dipimpin oleh pemimpin yang bukan ahlinya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang artinya, "Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya". (HR Abu Hurairah)

Allah membuka aib Gibran melalui "Detik Lengah", jejak digital yang tersimpan pada akun Kaskus Fufufafa yang meledak dahsyat bagaikan bom atom yang meluluh-lantakkan sendi-sendi dinasti yang sedang dipaksakan dibangun oleh Joko Widodo.

Jejak digital yang tersimpan pada akun Fufufafa yang berisi hinaan terhadap keluarga dari Prabowo Subianto dan sejumlah tokoh penting, partai, dan bahkan menghina Nabi Muhammad SAW tersebut merupakan skenario Allah untuk "menelanjangi" kapasitas kepemimpinan Gibran yang sangat tidak layak menjadi wakil presiden.

"Detik Lengah" terbongkarnya akun Fufufafa adalah sinyal dari langit bahwa Gibran Rakabuming Raka berpratanda kuat, akan gagal menjadi wakil presiden. (*)