Nasib Nestapa Akan Dialami Anak Sebatang Kara

Dalam penggalan pidatonya setelah dilantik, Presiden Prabowo, yang merupakan kemunculan pratanda dari alam bawah sadarnya adalah bahwa masih menyimpan dendam karena kecewa kepada rakyat yang tidak memilihnya. "Termasuk mereka yang tidak memilih kami."

Oleh: Hamka Suyana, Pengamat Kemunculan Pratanda

MOMENTUM pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, tentunya akan membanggakan dan membahagiakan bagi pejabat yang dilantik. Tapi berdasarkan kemunculan pratanda, suasana kebatinan demikian, tidak dirasakan oleh Gibran Rakabuming Raka yang "dipaksakan" oleh kekuasaan, untuk merebut posisi sebagai Wakil Presiden.

Berdasarkan kemunculan pratanda. Lagi-lagi pedoman berasumsi adalah kemunculan pratanda. Suasana kebatinan Gibran berpratanda sebaliknya. Sepertinya, ada beban mental sangat berat, yang mendominasi sikap dan pembawaannya.

Mengapa demikian? Karena jabatan yang didapatkan, diperoleh dengan cara tidak wajar. Bahkan lebih ekstrim lagi, bisa dikatakan, bahwa jabatan yang didapatkan tersebut berstatus sebagai hasil "perampokan" proses demokrasi.

Diawali dari hulu berupa manipulasi penetapan persyaratan usia pencalonan, hingga penetapan status kemenangan oleh lembaga yang berwenang, sangat gamblang manipulasi yang dilakukan kekuasaan dalam melakukan kecurangan secara blak-blakan.

Pada masa kampanye, "pamor" Gibran di-framing sedemikian rupa, sehingga muncullah asumsi menakjubkan bahwa Gibran adalah tokoh muda yang sangat layak memegang jabatan wakil presiden.

Persekongkolan aksi kejahatan demokrasi yang dikomandani Sang Bapak yang sedang memegang kekuasaan, berjalan mulus sesuai target politik yang direncanakan. Prabowo Subianto – Gibran RakabumingRaka ditetapkan sebagai Presiden dan Wapres Terpilih pada Pilpres 2024.

Status legalitas politik tersebut dijaga ketat oleh kekuasaan Sang Bapak, yang harus selamat sampai hari pelantikan. Oleh karenanya, segala penolakan, apapun bentuknya, dengan mudah direndam oleh kekuasaan Sang Bapak.

Namun, Allah Maha Kuasa menunjukkan siapa sebenarnya Gibran yang digadang menduduki jabatan terhormat sebagai wakil presiden. Allah membuka aib Gibran melalui "Detik Lengah" yang tersimpan rahasia dalam perjalanan hidupnya.

Satu; "Detik Lengah", viralnya video Gibran di ruang kerja Walikota Solo yang dipenuhi mainan anak-anak. Kejadian tersebut merupakan petunjuk Allah bahwa Gibran yang berjiwa kekanak-kanakan tidak punya kompetensi menjadi wakil presiden.

Dua; "Detik Lengah" penampilan fisik Gibran dengan kelopak mata seperti mengantuk berat dan tatapan kosong, dibuka rahasianya oleh Pakar Kesehatan, Dokter Tifauzia, diduga kuat ciri-ciri yang disebutkan, sebagai pecandu salah satu jenis narkoba.

Tiga; "Detik Lengah" viralnya jejak digital akun Fufufafa yang berisi penghinaan kepada Prabowo Subianto dan keluarganya, penghinaan terhadap tokoh politik lainnya, serta seabrek komentar tidak berakhlak yang tersimpan pada akun tersebut, menunjukkan bahwa pemiliknya mengidap kelainan jiwa cukup parah.

Pakar Telematika Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Roy Suryo, memastikan bahwa akun Fufufafa 99,9% milik Gibran Rakabuming Raka.

"Detik Lengah" yang dibuka oleh Allah, menunjukkan bahwa Gibran minus kompetensinya untuk menduduki jabatan prestisius sebagai wakil presiden.

Bahkan, melalui terbukanya Detik Lengah, telah "menelanjangi" sang Wakil Presiden Terpilih yang mengidap berbagai kelainan kejiwaan, jika dipaksakan memegang tampuk pimpinan nasional, akan membahayakan keselamatan bangsa dan negara.

Kini, tanggal pelantikan Si Anak yang diharapkan oleh Sang Bapak akan menjadi penerus dinasti keluarga, sudah tiba waktunya. Namun berdasarkan kemunculan pratanda, ambisius Sang Bapak akan segera pupus.

Berdasarkan kemunculan pratanda, hari-hari pasca pelantikan, akan diwarnai "penolakan alam" terhadap Wapres Gibran. Padahal, kekuasaan Sang Bapak telah berakhir, sehingga tidak ada lagi tempat berlindung.

Ia sudah menjelma menjadi anak sebatang kara tanpa pelindung, yang sangat rentan terhadap "guncangan" yang akan mengakibatkan bernasib nestapa.

Dalam penggalan pidatonya setelah dilantik, Presiden Prabowo, yang merupakan kemunculan pratanda dari alam bawah sadarnya adalah bahwa dia masih menyimpan dendam karena kecewa kepada rakyat yang tidak memilihnya. "Termasuk mereka yang tidak memilih kami."

Ini jelas ternyata Prabowo masih ada dendam kepada rakyat. Kata Kami itu merupakan pratanda alam bawah sadar Prabowo. Ironinya, dia tidak ada dendam sama sekali pada Fufufafa yang telah menghinanya bertahun-tahun.

Ucapan ini kelihatannya sepele, tapi sesungguhnya akan menjelma menjadi energi vibrasi dendam yang bisa jadi mewarnai kepemimpinan Prabowo. (*)