Prabowo Subianto Dalam Beban dan Jerat Politik Balas Budi

Untuk apa, kita bangun gedung-gedung, untuk apa kita bangun pelabuhan, bandara untuk apa kita bangun kereta api, untuk apa kita bangun jalan raya, untuk apa kita bangun waduk kalau negara ini tidak utuh, tidak aman, tidak terlindungi.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

SEJARAH jejak taipan memiliki kisah yang kejam, keji, dan menakjubkan tentang pembunuhan, penyiksaan, penghianatan, politik balas budi, main kongsi, sindikat, dalang politik, pembajak, preman, dan macam-macam tabiat kelicikannya.

Penaklukan oleh taipan selalu di lakukan dengan rapi, senyap tabu cuap cuap di media sosial tapi mematikan

Para taipan sangat disiplin mengamati dan mengantisipasi reaksi perlawanan dari korbannya yang marah karena kemiskinan, kelaparan, tekanan politik dan ekonomi dari para budak penguasa yang jadi piaraannya

Kekacauan saat ini membuncah kajian, analisa dari para ilmuwan/intelektual, politisi, rohaniawan, aktivis.Eksistensinya masih hanya beradu orgumen (teori-teori sakti) di ruang hampa, kosong tanpa dampak.

Paska UUD 1945 diganti dengan UUD 2002 dan Pancasila kemudian digilas dengan perilaku liberal, perjuangan moral yang muncul belum sebagai jalan tindakan taktis yang bisa keluar dari kebiadaban taipan oligarki.

Sesak napas rakyat Indonesia, merintih dalam penderitaan diakui atau tidak, pasti ada aura Prabowo Subianto yang menangkap sinyalnya.

Prabowo Subianto menilai bahwa pembangunan infrastruktur di berbagai sektor itu akan sia-sia jika pemerintah tidak mampu menjamin perlindungan rakyat Indonesia. Itu disampaikan Prabowo ketika memberikan pembekalan kepada 906 calon perwira remaja TNI-Polri 2024 di Jakarta, Jumat (12/7).

Untuk apa, kita bangun gedung-gedung, untuk apa kita bangun pelabuhan, bandara untuk apa kita bangun kereta api, untuk apa kita bangun jalan raya, untuk apa kita bangun waduk kalau negara ini tidak utuh, tidak aman, tidak terlindungi.

Wajar sebagian rakyat menaruh harapan kepada Prabowo Subianto, dengan kelebihan dan juga keterbatasanya dengan bercak-bercak beban politiknya yang sangat besar.

Boleh berharap tetapi jangan berlebihan, jangan sampai terulang-ulang keluar dari mulut buaya masuk ke mulut singa. "Waktulah yang akan membuktikan".

Sebagai pariot bangsa harus waspada kerusakan negara oleh Jokowi sudah menyalakan lampu merah, negara sudah di tepi jurang kehancurannya.

Kejahatan kerah putih – ala – mafioso para bandit politik yang berlindung di jantung kekuasan harus dilawan dengan rencana dan tindakan taktis yang realistis:

Satu; Pelaku kunci penghianat negara dan jaringanya tidak boleh lolos dari resiko hukum. Dua; Bongkar semua pelaku penghianat negara yang bersifat mutualisme harus di hadapkan pada penyelidikan tuntutan hukum.

Tiga; Cegat terjadinya jejak kejahatan menjadi sumir, dilindungi karena politik balas budi. Empat; Tidak boleh ada lagi rezim dengan struktur kekuasaan rahasia saling melindungi kejahatan. Lima; Hancurkan adanya kekuatan negara bayangan (shadow state) dalam negara.

Rezim Prabowo Subianto mendatang harus dalam pengawasan ketat dari persengkongkolan politik dan bisnis Taipan Oligarki. Prabowo Subianto harus dibebaskan dari beban dan jerat bandar politik oligarki yang selama ini dimainkan Jokowi. (*)