Presiden Berkarakter Penghianat

Semua terjadi karena presiden bukan hanya sebagai penghianat dan berperilaku selingkuh dalam mengendalikan dan mengelola negara, status jabatannya sebagai penghianat boneka oligarki dan RRC (Presiden Xi Jinping).

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

TIDAK lagi berpikir dan bertindak untuk kesejahteraan dan melindungi hak-hak rakyat, semua telah dirusak, hak rakyat diambil paksa dengan ancaman Keppres, Perpres, dan perangkat hukum yang lain dibuat seenaknya.

Tersisa dalam otaknya memalak rakyat dengan kenaikan pajak, Tapera, iuran pariwisata, dengan berbagai cara dan alasan seorang penghianat yang culas, tidak peduli melanggar UU atau tidak, semua diterabas.

Para pengkhianat selalu bermental munafik yang bertumpu pada karakter selingkuh. Ini jenis gejala gangguan mental kepribadian ambang atau borderline personality disorder (BPD).

Ucapan dan perilakunya bertolak belakang, dan berubah-ubah, tidak bisa dipercaya, pembohong, penipu dan hanya akal-akalan belaka.

Sebagai pengkhianatan perilakunya merusak akan selalu melanggar norma, etika bahkan menabrak dan melanggar konstitusi akan menjadi tabiatnya.

Sangat berbahaya serta menjijikkan dari khianat, munafik dan selingkuh adalah apabila dilakukan terhadap negara dan rakyatnya.

Berkhianat terhadap negara bisa diartikan sebagai suatu pertentangan terhadap konstitusi negara. Maka, pelakunya disebut penjahat negara, makar, dan musuh negara.

Bagi siapapun warga negara, apalagi presiden melekat sebagai penjahat, musuh, dan makar pada bangsa dan negara hukumanannya yaitu dieksekusi mati.

Indonesia dalam situasi krisis konstitusi ketika UUD 1945 sudah diganti dengan UUD 2002 – Pancasila sudah dicampakan, merebak penghianat, perusak dan musuh negara muncul saling melindungi dalam satu kolam sehidup semati seperti sudah sepakat mati bersama-sama.

Keadaan sangat menyedihkan rakyat sebagai pemilik sah kekuasaan sedang dimiskinkan, setiap hari harus berjuang menyelamatkan perutnya. Adalah cara mereka untuk mengendalikan rakyat sekalipun kelaparan bisa diredam dengan remah-remah bansos dan bentuk lain, sekedar meredam, kemarahan jangan melawan penguasa.

Jangankan rakyat kecil, para pejabat dan elit politik saat ini ketika sudah dibeli oleh para bandar, bandit pemilik modal, semua luluh lantak tak berdaya selain harus mengikuti remot majikannya.

Jika melawan siap-siap masuk perangkap Presiden, perangkapnya sudah paten karena status jabatannya sudah dibeli lengkap dengan segala resikonya.

Sementara rakyat terus diadu-domba, dibelah, dipecah-belah, direkayasa agar warganya terus bertengkar satu sama lain.

Semua terjadi karena Presiden Joko Widodo bukan hanya sebagai penghianat dan berperilaku selingkuh dalam mengendalikan dan mengelola negara, status jabatannya sebagai pengkhianat boneka oligarki dan RRC (Presiden Xi Jinping).

Indonesia dalam kondisi darurat untuk diselamatkan. Semoga segera lahir dan datang tokoh negarawan penyelamat bangsa dan negara. (*)