Saatnya “Raja Jawa” Tumbang
Bahlil ketakutan apakah Raja ini memang berteman dengan hantu dan dedemit? Seperti halnya Amangkurat I Raja Jawa begini harus diburu dan dilawan rakyat. Buat Amangkurat "ngeri-ngeri sedap" ini kabur dan tidak kembali alias mati.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
AMANGKURAT I penerus Sultan Agung adalah Raja Mataram. Ia memerintah tahun 1646 hingga wafatnya 1677. Amangkurat I dikenal sebagai Raja Jawa yang zalim. Kebengisan pada rakyatnya luar biasa, ia tega membantai 5.000 hingga 6.000 orang, baik wanita maupun anak anak.
Benci pada pemuka agama dan santri. Raja Jawa ini tumbang oleh perlawanan rakyat di berbagai daerah yang dipimpin oleh Trunojoyo. Amangkurat I mati tragis dalam pelarian akibat pemberontakan.
Kini Joko Widodo digelari Raja Jawa oleh para pengikutnya. Meski tidak eksplisit Bahlil Lahadalia saat pidato perdana sebagai Ketum Partai Golkar di JCC Senayan mengarah pada Jokowi Raja Jawa yang "seram" itu. Ia menyatakan ancaman:
"Jadi kita harus lebih paten lagi, soalnya Raja Jawa kalau kita main-main celaka kita, saya mau kasih tahu saja, jangan coba-coba main-main barang ini, waduh ini ngeri-ngeri sedap barang ini saya kasih tahu".
Meskpun Jokowi hampir mengakhiri masa jabatannya, tapi ia masih ingin memperpanjang masa kekuasaannya melalui Partai Golkar.
Ketum yang baru Bahlil Lahadalia adalah kepanjangan tangannya. Sebagaimana ungkapan dalam pidatonya, maka Bahlil seolah-olah telah menempatkan diri sebagai punakawan Jokowi sang Raja Jawa.
Seperti Jokowi, Amangkurat I juga memindahkan Ibu Kota dari Kotagede ke Plered. Istana di Plered jauh lebih mewah dibanding sebelumnya. Mungkin ia menyebut istana yang dipakai Sultan Agung berbau agama dan Istana Plered hasil karya asli dirinya berbau dupa-dupa.
Makanya ia kemudian bunuh banyak ulama. Konon baju adat yang dikenakan Jokowi saat upacara 17 Agustus 2023 mirip dengan pakaian Raja Jawa Amangkurat I.
Partai Golkar dapat musibah punya Ketum punakawan Raja Jawa Jokowi. Seperti orang sedang mabuk Whisky Hibiki berbicara sana sini. Ada lebih paten lagi, celaka main-main dengan Raja Jawa, ngeri-ngeri sedap barang ini, dan ada juga "saya kasih tahu".
Bahlil ngelindur tapi menerangkan fakta bahwa perilaku Raja Jawa memang mengerikan tapi menyedapkan.
Jika memang bukan Jokowi yang dimaksud, maka Bahlil harus menjelaskan ulang atau Jokowi segera membantah bahkan memecat Bahlil sebagai Menteri ESDM, "Enak Saja Dia Mengoceh". Baru jadi raja sehari di Golkar sudah bikin gerah nih partai.
Sebagai bukan orang Jawa, Bahlil memang bahlul mengenai kultur Jawa. Ia mewanti-wanti seperti ketakutan dirinya menghadapi Raja Jawa.
Raja Jawa Jokowi harus ditumbangkan jika berkarakter "ngeri-ngeri sedap" dan membuat "celaka kita".
Bahlil ketakutan apakah Raja ini memang berteman dengan hantu dan dedemit? Seperti halnya Amangkurat I Raja Jawa begini harus diburu dan dilawan rakyat. Buat Amangkurat "ngeri-ngeri sedap" ini kabur dan tidak kembali alias mati.
Raja Jawa dan Raja Bahlul tak pantas memimpin negeri.
Saatnya kini Raja Jawa tumbang. Nah, pasukan Trunojoyo jangan menjadi budak belian, tapi bersama rakyatnya bergerak memakzulkan, menangkap, dan mengadili Jokowi. Trunojoyo adalah Pahlawan dalam melawan kezaliman, bukan mendukung dan membersamai Raja Jawa yang zalim. (*)