Syarat Menang Pilpres Harus Jadi Budak dan Boneka Oligarki
Sudah merupakan "operasi intelijen China". Pertama, tujuan jangka pendek Prabowo menang itu untuk meng-backup melindungi Jokowi, keluarganya, dan kroni-kroninya dari sidang pengadilan rakyat. Dan Kedua, tujuan jangka panjang "renstra politik" China Komunis untuk kuasai Indonesia.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
MOMEN dramatis berlangsung di Gedung KPU Jakarta, Rabu (24/4/2024). Saat pengumuman penetapan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wapres terpilih dari hasil Pilpres 2024.
Usai pidato Prabowo langsung menghampiri Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) bersalaman, Prabowo sempat menggoyang tubuh Anies ingin memberi pesan keakraban keduanya.
Munculah spekulasi bahwa Anies bakal bergabung dengan Prabowo dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang menjadi rivalnya selama kontestasi pada Pilpres 2024, yakni Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) yang dimotori Partai NasDem, PKS, dan PKB.
Kedatangan Anies dan Cak Imin apakah hanya ingin menunjukkan sikap kesatria, legowo atas kecurangan yang telah menerpanya.
Prabowo dan Anies melepas tawa beradu wajah pelaku dan korban pembantaian demokrasi. Pada saat yang sama Prabowo mengungkap perasaan yang juga pernah dialaminya. "Mas Anies, Mas Muhaimin, saya pernah berada di posisi Anda,” tutur Prabowo sambil menatap ke arah Anies dan Cak Imin. “Saya tahu senyuman Anda berat sekali itu,” ucap Prabowo.
Apa makna dari kalimat dan pengakuan Prabowo tersebut, kebanggaan atas kemenangannya di atas limbah kecurangan. Apa Prabowo ini ingin mengatakan hati-hati "kalau ingin menang dalam Pilpres harus curang dan harus menjadi budak dan boneka para bandar dan bandit pemilik modal sebagai tuan dan pengendalinya".
Prabowo pernah “dicurangi” dalam kontestasi Pilpres 2014 dan 2019 oleh Joko Widodo yang pada akhirnya oleh KPU dan MK dinyatakan sebagai pemenangnya. Kejadian yang sama diulangi pada Pilpres 2024.
"Kecurangan Pemilu 2024 terjadi secara terstruktur, sistematis, dan massif (TSM) di setiap tahapan Pemilu, secara transparan telah diketahui publik dan akan tercatat dalam sejarah hitam Pilpres di Indonesia."
Apakah Prabowo tidak mengetahui dan tidak merasakan Presiden hasil curang tidak mempunyai basis moral secara etika, politik maupun legitimasi akan membawa bencana bagi negara ini?
Prabowo memiliki karakter pemimpin yang berjiwa negarawan, apa harus mengorbankan diri, hanya karena ambisi kekuasaan, harus bertekuk lutut dengan dengan begundal para bandar dan bandit politik di Indonesia. Prabowo juga punya moral, harus jujur kepada dirinya sendiri dan jujur kepada rakyat.
Kecurangan pemilu yang dilakukan secara terbuka dan terang-terangan, dengan cara apapun tidak akan bisa dihapus dan dilupakan oleh waktu.
Setiap penyelenggaraan Pemilu itu selalu ada kecurangan, tapi tidak pernah ada yang berlangsung secara terstruktur, sistematis, dan masif bahkan dilakukan secara terang-terangan justru dikawal oleh penyelenggara, pengawas pemilu dan eksekusi di Mahkamah Konstitusi.
Prabowo sebenarnya adalah korban dari konspirasi kecurangan Pemilu 2024 yang didalangi oleh Presiden Joko Widodo hanya untuk meloloskan putranya, yakni Gibran Rakabuming Raka, supaya menjadi wakil presiden.
Wajah politik Indonesia ke depan akan ditentukan oleh Prabowo. Apakah bisa keluar dari pengaruh Jokowi, lepas dari cengkeraman bandar dan bandit oligarki dan genggaman bahaya Presiden China Xi Jinping.
Kendali Jinping
Tampak sekali, pada 1 April 2024 lalu Xi Jinping seakan memberikan mandat kepada Prabowo agar untuk meneruskan dan berkomitmen melanjutkan kebijakan Jokowi. Saat itu Prabowo berjanji akan komitmen melanjutkan program-program trouble maker-nya Jokowi.
Saat Prabowo dipaksa harus menerima mandat tersebut dari Xi Jinping, suasana kebatinannya tampak pada raut wajahnya suram, lemah, tertunduk, mengangguk-angguk seperti menerima beban yang mustahil bisa diembannya.
Napak tilas dari kilas balik ketika kampanyenya pada Pilpres 2014 dan 2019 Prabowo total akan melawan dominasi Oligarki dan pengaruh RRC yang telah menjelma menjadi penjajah gaya baru merusak bangsa ini. Rekam jejak yang tidak mungkin bisa dilupakan atau dihapus.
Hampir semua pengamat politik menengarai dukungan Xi Jinping untuk memenangkan Prabowo pada Pilpres 2024 dengan segala rekayasa kotor, sadis dan kejam hanya untuk kesempatan waktu tertentu saja (insidental) dan kondisi tertentu (kondisional).
Resiko politik yang harus ditanggung dan dihadapi Prabowo ada pada dua posisi: taat dan patuh dengan Xi Jinping dipastikan akan dapat perlindungan dan jaminan bantuan lainnya dari RRC dan sebaliknya apabila melawan akan dihabisi sesuai watak komunis "melawan, dibunuh".
Komunis Xi Jinping sudah menunjukkan sikapnya terhadap Indonesia seluruh political economic policy harus di bawah kekuasaannya dan Xi Jinping menunjukkan sikap bahwa Indonesia sudah tidak berdaulat secara "diplomatic dan substansial".
Sudah merupakan "operasi intelijen China". Pertama, tujuan jangka pendek Prabowo menang itu untuk meng-backup melindungi Jokowi, keluarganya, dan kroni-kroninya dari sidang pengadilan rakyat. Dan Kedua, tujuan jangka panjang "renstra politik" China Komunis untuk kuasai Indonesia.
Analisa di atas diprediksi Prabowo menjabat presiden tidak akan sampai 5 tahun. Karena di tengah perjalanan kesehatan Prabowo dibuat tidak kondusif karena disinyalir Prabowo akan "memberontak" kepada Xi Jinping, Prabowo akan "diselesaikan oleh China”.
Xi Jinping sudah lama menyiapkan pengganti Jokowi harus tetap berhaluan komunis supaya bisa menguasai Indonesia tanpa perang fisik. Salah satu misi dan tujuan terbesar RRC Komunis melalui Prabowo tidak lepas dari program Belt and Road Initiative (BRI) yang dulu bernama proyek OBOR (One Belt One Road). (*)