Tidak Sudi Dijajah China (1)
Politik perang Barongsai dengan "Ternak Penguasa" kekuatan politik dan ekonomi Indonesia luluh- lantak. Bukan saja mampu membeli semua peraturan dan UU yang mengatur negara. Negara pun dibeli dengan mengubah UUD 1945.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
SEJARAH panjang membentantangkan lembaran putih menorehkan tulisan bercak sejarah terbaca dengan jelas sejak abad ke-13 China sudah memiliki nafsu birahi ingin menguasai Indonesia (Jawa).
Pada abad ke-13 di Jawa telah berdiri kerajaan Singosari dengan Raja Sri Maharaja Kertanegara. Pada masa itulah Raja Khubilai Khan dari daratan China mengutus "Mengki (Meng Chi") untuk datang ke Jawa menundudukan Singosari.
Pada tahun 1289 pasukan "Meng Chi" mendarat di Tuban, Jawa Timur, merasa kuat, sombong, dan angkuh meminta Raja Sri Maharaja Kertanegara takluk dan tunduk kepada Raja Khubilai Khan.
Sri Maharaja Kertanegara tersinggung merasa kehormatan dan harga dirinya terhina dan dihinakan "Tidak Sudi Dijajah China". Mengki (Meng Chi) langsung dipotong telinganya dan diminta segera pulang ke negaranya.
"Khubilai Khan" sangat marah dan dendam, maka pada tahun 1293, empat (4) tahun kemudian di bawah panglima "Ike Mese" dengan seribu kapal perang kembali datang dengan pendaratan yang sama di pelabuhan Tuban untuk menundukkan Singosari.
Sayang Kertanegara sudah tidak ada setelah diserang Raja Kediri Jaya Katwang, digantikan oleh menantunya Raden Wijaya.
Terjadilah siasat cerdik Raden Wijaya, memanfaatkan tentara "Ike Mese" untuk menumbangkan "Jaya Katwang". Setelah tumbang tak terduga Raden Wijaya memiliki tekad yang sama dengan mertuanya "Tidak Sudi Dijajah China".
Tentara "Ike Mese" sebagian kapalnya dilumpuhkan (dibakar), sebagian pasukannnya dibunuh dalam peperangan, sisanya diusir untuk kembali ke negaranya.
Inilah kegagalan pertama sang penakluk menundukkan sasarannya. Sejarah penaklukan tidak pernah berhenti, tanpa putus asa pada akhirnya di kemudian hari China mampu menguasai Indonesia tanpa perang fisik.
China mengubah strategi politiknya dengan "Barongsai dan Angpaonya". Dengan mudah penguasa Indonesia di alam kemerdekaan sudah diserang perutnya. Lahirlah oligarki menjadi kekuatan lebih dahsyat perang tanpa fisik.
Politik perang Barongsai dengan "Ternak Penguasa" kekuatan politik dan ekonomi Indonesia luluh- lantak. Bukan saja mampu membeli semua peraturan dan UU yang mengatur negara. Negara pun dibeli dengan mengubah UUD 1945.
Setelah pasal 6 (1) syarat menjadi Presiden "Orang Indonesia Asli" diubah, maka tinggal selangkah lagi secara fisik dan psychis etnis China sebagai Presiden RI.
Sangat terasa NKRI telah masuk dalam jaring liputan perangkap negara China. Mereka jelas ingin menguasai Nusantara sejak "Jaman Sriwijaya".
Indonesia berhasil runtuh total saat Nusantara dalam genggaman kekuasaan "Raja Joko Widodo" (Bersambung)