Tidak Sudi Dijajah China (2)

Wajar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam pengarahan di depan petinggi TNI dan siswa Sesko TNI di Bandung pada 2 Mei 2017, "mewanti-wanti akan ancaman di depan mata yang sedang berlangsung".

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

CHINA memang sudah di semua lini kekusaan.

Terekam sebuah kejadian pada tahun 2015 saat Gubernur DKI "Ahok" datang ke Makostrad pada sebuah acara seremonial kecil saat "Kostrad" – menerima bantuan sejumlah uang, yang sebagian diwujudkan kendaraan dinas.

Kaskostrad saat itu dijabat Mayjen TNI Setyo Sularso. Upacara penyerahan bantuan dilaksanakan di Loby Makostrad tanggal 24 Juli 2015.

Ahok yang punya nama lengkap Basuki Tjahaja Purnama berdiri di mimbar kehormatan bersama Panglima Kostrad, pasukan dipimpim Kepala Staf Kostrad MayjenTNI Setyo Sularso.

Ahok dalam sambutannya seperti biasa diawali menyebut .. "yang terhomat Panglima Kostrad".

Hanya saat menyebut .. "yang terhormat Kaskostrad Mayjen TNI Setyo Sularso" ada tambahan kata "Pak Setyo Sularso yang mana", penanda sebelumnya tidak saling kenal dan bertemu.

Kaskostrad spontan mengangkat tangan "saya .. ada apa?". Ahok tampak terkejut, saat merespon dengan kata bukan pada tempatnya di luar kepatutan sopan santun sebagai pejabat negara, seraya mengucapkan, "Pak Setyo ... kita hidup di atas konstitusi!"

Mayjen TNI Setyo Sularso sebagai tuan rumah menahan diri dan tidak mengonfirmasi apa maksud ucapan Ahok itu.

Bagi seorang perwira tinggi selevel Kaskostrad pasti dia memiliki kepekaan tinggi, layak "sign-nya nyala", menyentuh koordinatnya. Hanya bantuan uang rakyat tidak seberapa Ahok menempatkan dirinya merasa di atas level Kaskostrad.

Ini sinyal perilaku "Barongsai": "betul kita hidup di atas konstitusi, lalu siapa yang bermain dengan konstitusi, untuk kepentingan siapa?" Belakangangan tercium Ahok sudah membuat buku "Merubah Indonesia".

Pantas "sign Jenderal Setyo Sularso menyala. Bagi Bangsa Indonesia (TNI) NKRI adalah harga mati. Pantang untuk diubah dan jangan sampai berubah".

Dari sinilah bagi seorang TNI sangat peka melihat, mengamati apa yang tersirat dari ucapan dan sorot mata seorang Ahok di depan pasukan Kostrad.

Gambaran di atas bagi TNI, apalagi selevel Kostrad merekam ada permainan dan skenario yang sedang dimainkan dan kompetisi yang dipaksakan untuk memudarkan peran Bumi Putra dalam kancah politik di Indonesia.

Simak saja mulai dari Jakarta, apa yang terjadi dengan Reklamasi Teluk Jakarta. Saat ini sudah melebar Proyek swasta Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 masuk daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) yang seolah merupakan proyek Pemerintah dengan biaya APBN. Ini proyek siapa untuk siapa?

Wajar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam pengarahan di depan petinggi TNI dan siswa Sesko TNI di Bandung pada 2 Mei 2017, "mewanti-wanti akan ancaman di depan mata yang sedang berlangsung".

Belajar dari sejarah tentang tamatnya riwayat peran melayu di Singapore, dulu sebagai pendiri negara tersingkirkan. Abogirin penduduk asli Australia tesinggkir dengan bangsa pendatang dari Inggris yang umumnya adalah para narapidana buangan.

Bangsa Indian Amerika terpinggirkan oleh bangsa Eropa. Tidak hati-hati dan waspada akan terjadi warga Pribumi dengan "Trilogi Pribumisme-nya": "Pribumi pendiri NKRI, Pribumi pemilik NKRI dan Pribumi Penguasa NKRI", tinggal nama tersingkir oleh warga China.

Cerita Ahok adalah simbol kekuasaan dan politik China, China telah berada di semua lini kekuasaan – "Tidak Sudi Dijajah China". (*)