Tidak Sudi Dijajah China (8)

Masako Kuranichi dari Universitas Tsurumi dan Universitas Seigakuin, merasa heran Indonesia mau menerima pinjaman besar sekali dari China dengan bunga 2%, padahal Jepang itu bisa memberikan pinjaman dengan bunga 1% per tahun.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

JOKOWI adalah sumber petaka, makanya kini Naga melilit Garuda. Petaka yang bakal terjadi di Indonesia itu sebelumnya sudah diingatkan oleh seorang peneliti Jepang Masako Kuranichi dari Universitas Tsurumi dan Universitas Seigakuin Jepang yang mengingatkan:

Indonesia supaya sangat hati-hati terhadap gerakan China di Asia, terutama di Indonesia. Jangan sampai salah langkah, jika tak mau negeri Nusantara ini berantakan nantinya gara-gara China itu. China punya rencana atau konsep besar sejak tahun 2013 terhadap Asia, yaitu Maritime Silk Road atau dijuluki One Belt One Road, sebuah ide yang dilemparkan oleh Xi Jinping. Secara kasar bisa dikatakan munculnya hegemoni China terhadap negara-negara di Asia.

Saran tersebut sama sekali tidak diperhatikan oleh Joko Widodo dan para pemangku kepentingan politik dan ekonomi di Indonesia.

Jokowi sesungguhnya tidak memiliki konsep pembangunan mandiri untuk proses pembangunan di Indonesia. Sejak menjadi presiden, langsung fokus mencari pinjaman (utang), dibungkus rapi agar keren dengan nama investasi.

Maka setelah resmi jadi Presiden pada KTT APEC di Beijing tanggal 8-12 November 2014 dengan percaya diri dalam pidatonya meminta supaya negara negara Pasifik datang dan menanamkan modalnya di Indonesia.

Sang Naga mendapatkan santapanya, langsung direspon antusias oleh China akan membuat rencana investasi besar-besaran di Indonesia.

Presiden Jokowi tampak berbunga-bunga tidak menyadari dari sinilah awal petaka Naga akan melilit Garuda. Perjanjian investasi dikonkritkan lewat kembali melakukan kunjungan ke Beijing tanggal 25-27 Maret 2015.

Saat itulah ditanda-tangani delapan (8) nota kesepahaman Indonesia – China, yakni:

Satu; Kerja sama ekonomi (Kemenko Perekonomian RI dan Komisi Reformasi dan Pembangunan RRC). Dua; Kerjasama proyek pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta – Bandung (Kementrian BUMN dan Komisi Reformasi dan Pembangunan RRC).

Tiga; Kerjasama maritim dan SAR (Basarnas dan Kementrian Transportasi RRC). Empat; Protokol persetujuan (Pemerintah RRC dan RI) dalam pencegahan pengenaan pajak ganda kedua negara. Lima; Kerjasama antariksa 2015-2020 (LAPAN dan lembaga antariksa RRC).

Enam; Kerjasama saling dukung (Kementerian BUMN dan Bank Pembangunan China). Tujuh; Kerjasama dalam pencegahan pengenaan pajak ganda. Delapan; Kerjasama bidang industri dan infrastruktur (Kementerian BUMN dan Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional RRC).

Sebagai tindak lanjut nota kesepahaman tersebut, Wakil Perdana Menteri China "Liu Yandong" datang ke Indonesia pada tanggal 27 Mei 2015 dalam sambutannya di Auditorium FISIP UI menyatakan:

Bahwa akan mengirimkan banyak warganya ke Indonesia demi tercapainya kerjasama yang ideal Indonesia dan Cina di berbagai bidang;

Bahwa akan mempererat kerjasama bidang keamanan, politik, ekonomi, perdagangan, dan humaniora;

Dari nota kesepahaman tersebut langsung kelihatan implikasi issue strategis yang membawakan kedaulatan negara.

Dari penguasaan kereta api cepat yang dilewati harus dikuasai China. Biaya patungannya 60% Indonesia dan 40% China. China sudah yakin Indonesia akan kesulitan membayar, sehingga penguasaan mayoritas saham akan beralih ke pihaknya.

Indonesia akan dibanjiri tenaga kerja China sekalian mengurangi penduduk China yang saat ini adalah 1.425.140.904 jiwa per Ahad, 28 Juli 2024.

Fakta terjadi tenaga kerja lokal hanya sebagai tenaga kerja kasar diberlakukan sama seperti jaman kolonial. Masyarakat lokal diusir, dipaksa, dan harus melepaskan tanah dengan dalih keamanan dan Proyek Strategis Nasional (PSN).

Bentrok dan gesekan antara warga pribumi yang mempertahankan tanah adat dan sudah menghuni bertahun-tahun terjadi di berbagai wilayah dengan warga pendatang China tidak akan bisa dihindari.

Rakusnya RRC dan sergapan Oligarki melebar, menerjang, memangsa, dan menerkam ke mana-mana, akibat kebodohan dan kebodohan Jokowi.

Bukan saja etnis China menguasai sumber daya alam, reklamasi pantai bahkan boleh membeli pulau-pulau kecilnya dengan dalih disewakan.

Uang hutang dari China untuk pembangunan 24 pelabuhan, 15 bandar udara, jalan sepanjang 1000 km, pembangunan kereta api 8.700 km, pembangkit listrik berkapasitas 35.000 mega watt. Kebocoran dan korupsi di semua level penyelenggaraan pemerintahan.

RRC sangat paham atas kebodohan Presiden Jokowi yang membuat kemanisan kepada Indonesia, karena China tahu Indonesia akan kesulitan mengembalikan hutangnya, maka Indonesia akan lebih mudah untuk dikendalikan dan dikuasai.

Masako Kuranichi dari Universitas Tsurumi dan Universitas Seigakuin, merasa heran Indonesia mau menerima pinjaman besar sekali dari China dengan bunga 2%, padahal Jepang itu bisa memberikan pinjaman dengan bunga 1% per tahun.

Peringatan Masako Kuranichi benar, kecebohan Jokowi berimbas pada kerawanan dan mengancam kedaulatan negara.

Saat ini etnis China sudah bisa mendirikan partai politik, bahkan menguasai partai politik dan sukses ternak pejabat sebagai budak, jongos, dan bonekanya.

Petaka sangat besar Naga sudah melilit Garuda, atau dengan kata lain, Indonesia ini benar-benar sudah jadi jajahan etnis China dan RRC.

Jokowi akan menyandang sebagai penghianat dan sumber petaka, kekacauan, dan kehancuran negara. Wajar jika tiba saatnya, Jokowi bisa saja akan dicincang oleh rakyatnya sendiri. (*)