Pandangan Saya "Jansen Sitindoan" Soal Kasus Rocky Gerung
Saya berharap teman-teman yang sekarang mendukung Pak Jokowi teriak-teriak paling kencang ini, akan terus setia menemani beliau ketika sudah turun nanti, bahkan sampai akhir hayatnya. Itulah baru disebut pendukung sejati. Loyalis sejati.
Oleh: Jansen Sitindaon, Politisi Partai Demokrat
PERTAMA, Pendukung Presiden Joko Widodo ingin Rocky Gerung ditangkap-dipenjara, dan bahkan sampai ngancam akan lakukan persekusi dll. Tapi, Pak @jokowi sendiri, tidak mau buat pengaduan/laporan. Truss, bagaimana kasus ini bisa berjalan?
Kedua, Melihat perkembangan kasus ini sejak beberapa hari ini, sebaiknya Pak Jokowi adukan/ laporkan saja Rocky Gerung. Karena pendukung bapak terlihat sangat ingin RG dipenjara. Biar saja nanti di pengadilan diuji – jika Aparat Penegak Hukum (APH) menganggap perkara ini cukup bukti dibawa ke persidangan dan mediasi di penyidikan gagal – apakah bapak yang benar atau RG?
Ketiga, Jika Pak Jokowi tidak mau buat Laporan Polisi (LP), sebaiknya kasus terkait Rocky ini segera ditutup/dihentikan saja semua. Termasuk berbagai polemiknya. Karena tidak ada satupun perkara itu yang layak dilanjutkan karena prosedurnya yang tidak benar.
Termasuk pihak-pihak yang koar-koar: “RG telah berhasil kami laporkan”. Padahal itu LP yang dipaksakan dan dilarikan ke pasal: berita bohong, menghasut dll saja, agar LP-nya diterima. Karena yang jadi persoalan di perkara ini adalah kata-kata: “bajingan, tolol” sebagaimana dalam video yang diviralkan. Inilah yang mau diuji dan dibuktikan: itu masuk pencemaran, nyerang kehormatan atau tidak? Termasuk RG dan kuasanya akan membela sebaliknya.
Keempat, Dengan fakta ini, para pendukung Pak Jokowi menurut saya baiknya diam dulu. Karena yang punya “legal standing” di sini satu-satunya Hanya individu bernama Pak Jokowi saja. Jika kalian ingin bersuara, lebih baik kalian dorong Pak Jokowi buat LP. Ketimbang kalian ribut, demo, ancam lakukan persekusi dll. Padahal secara hukum itu tidak bermakna apa-apa, jika prosedurnya tidak benar dan dibenarkan dulu.
Kita ini masih Negara hukum, “rechstaat”. Bukan negara otot, “ototstaat”. Tidak bisa karena tekanan otot kalian, prosedur hukum tertulis yang jadi pegangan bersama, jadi diabaikan.
Kelima, Kita ini tidak hidup di Thailand di mana hukum “Lese Majeste” masih berlaku. Di mana Raja tidak boleh disentuh sedikitpun. Sejak putusan MK beberapa tahun lalu, politik hukum kita sudah berubah. Khususnya terkait pasal-pasal yang dulu eksis di KUHP terkait penghinaan Presiden.
Sekarang, tanpa ada pengaduan dari yang dicemarkan atau kuasanya, penegak hukum tidak boleh bertindak. Dalam delik pencemaran ini sekarang, tidak ada bedanya lagi seorang Presiden sedang berkuasa dengan rakyatnya yang biasa.
Hukum kita sudah sangat jelas mengatur itu. Jadi silakan saja bagi yang merasa dirinya dicemarkan kehormatannya diserang – termasuk jika dia Presiden sekalipun – gunakan haknya untuk membuat laporan/pengaduan.
Jika itu tidak dilakukan bagaimana kasus ini bisa diproses dan berjalan seperti diharapkan oleh pendukung? Karena, bahkan kadang, itu dilakukan pun belum tentu kasus itu bisa dibuktikan. Apalagi tidak dilakukan. Tapi minimal jika telah dilakukan, APH bisa bekerja. Dan kegundahan para pendukung bisa tersalurkan.
Keenam, Penutup. Yang hari ini Presiden esok hari bisa kembali jadi rakyat biasa. Sebaliknya yang sekarang jelata bisa jadi Presiden berikutnya, itulah Demokrasi. Dengan sistem kita sekarang, paling lama hanya 10 tahun saja seseorang bisa jadi Presiden, sekuat dan se-dicintai apapun dia.
Akhir Kata
Yang perlu kita jaga dan temani itu bukan ketika seseorang jadi Presiden, tapi ketika dia sudah tidak lagi jadi Presiden. Di situlah dia serentan-rentannya dari segala hal. Rentan dari serangan, berbagai tuduhan termasuk kesepian. Kalau saat jadi Presiden, sudah dialah manusia paling kuat dan paling ramai didatangi orang dengan segala otoritas, proteksi, fasilitas dan kewenangan yang dimiliki. Itu maka muncul banyak para pencari muka.
Saya berharap teman-teman yang sekarang mendukung Pak Jokowi teriak-teriak paling kencang ini, akan terus setia menemani beliau ketika sudah turun nanti, bahkan sampai akhir hayatnya. Itulah baru disebut pendukung sejati. Loyalis sejati.
Jangan sampai kita yang oposisi sepanjang sejarah pemerintahan beliau ini malah nanti yang akan jaga Pak Jokowi.
Jadi ujian bagi para loyalis Pak Jokowi, ini bukan ketika beliau berkuasa sekarang, namun nanti ketika beliau sudah turun. Sehat untuk kita semua. (*)