Jokowi Murah, Sebentar Lagi Seperti Sampah

Dari semua bergantung pada Jokowi, sekarang Jokowi tergantung semua. Besok bergaung teriakan "Ganyang Jokowi" dan "Gantung Jokowi". Sebaiknya, Jokowi dan keluarga bersiap saja untuk kabur dari Indonesia. Semoga masih selamat.

Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan

KETIKA pedagang kaki lima (PKL) membanjiri jalan area Ajyad Mekkah, para pedagang menjajakan barang seperti kerudung, baju, jam tangan, sajadah dan lainnya. Ada berbagai teriakan di samping 'asyroh riyal untuk harga 10 reyal atau 'isyrin riyal untuk 20 reyal juga ada "Jokowi murah, Jokowi murah" maksudnya barang murah bisa pakai rupiah "uang Jokowi".

Lebih tegas dan jelas "Jokowi seratus ribu" katanya. Ada teman coba bertanya "yang ini Jokowi berapa? Dijawab "lima puluh ribu". Nah hal biasa itu jadi lucu juga "Jokowi murah, Jokowi seratus ribu". Yang lebih murah juga ternyata ada "Jokowi seratus ribu tiga"!

Di Indonesia ternyata hari-hari ini Joko Widodo memang sedang murah. Rakyat marah. Demo masyarakat dan aktivis terjadi di mana-mana baik Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Bogor, Cirebon, Solo, Semarang, Makassar, dan kota-kota lain.

Bertema "Kawal MK" sasaran ke arah DPR/DPRD dan Jokowi. Urusan Pilkada dibaca rakyat menjadi ajang kepentingan Jokowi dan rezimnya yang "menghalalkan segala cara" demi untuk kelanggengan dan keamanan kekuasaan.

Habiburakhman anggota DPR Fraksi Gerindra yang coba "cari muka" membawa kabar gembira bahwa DPR tidak jadi membahas RUU Revisi UU Pilkada, malah "hilang muka" diteriaki anjing dan lain-lain, bahkan ia dilempari botol minuman. Sulit untuk menjadi pahlawan di tengah perilaku yang dinilai sering mengkhianati aspirasi rakyat. Kelakuan para bedebah sudah tercatat dalam memori peserta aksi.

Jokowi tetap menjadi sasaran kemarahan, apalagi di tengah keprihatinan seperti ini justru keluarga Jokowi mempertontonkan kemewahan. Kaesang Pangarep tidak bisa diharepkan. Piknik pakai jet pribadi. Jokowi baru saja berhura-hura di IKN dengan influencer dan 9 naga. Berwajah Garuda berhati Naga.

Unjuk kekuasaan dan kekayaan. Pantas jika baliho Jokowi dan Kaesang dirusak dan dihinakan di Solo.

Dua belas (12) partai politik yang awal membeli mahal Jokowi dengan memurahkan harga aspirasi rakyat kini mulai ketar-ketir ketika rakyat justru memurahkan harga Jokowi. Kata Bahlil Lahadalia, "ngeri-ngeri sedap ini barang" dan "jangan coba main-main ini barang", yang terjadi justru barang ini akan jadi mainan. Dibanting-banting dan berwajah ketakutan oleh ngerinya amuk rakyat.

Kini Jokowi murah, sebentar lagi akan menjadi sampah. Dibuang ke tempat yang menjijikkan dan orang-orang akan menutup hidung karena baunya yang menyengat. Sudah ada aroma bau bangkai dari kejatuhan Jokowi lalu ia akan ditangkap dan menjadi pesakitan di ruang pengadilan. Ini adalah buah dari sebuah arogansi yang mendahulukan kroni dan dinasti. Jokowi bunuh diri karena frustrasi.

Dari semua bergantung pada Jokowi, sekarang Jokowi tergantung semua. Besok bergaung teriakan "Ganyang Jokowi" dan "Gantung Jokowi". Sebaiknya, Jokowi dan keluarga bersiap saja untuk kabur dari Indonesia. Semoga masih selamat.

Atau secara ksatria hadapi segala yang terjadi di Nusantara dengan status sebagai Raja Jawa. Raja yang mendekam di penjara. (*)