Judi Online dan Bengawan Solo Versi Do Re Mi Fa atau Fu Fu Fa Fa?
Mas Prabowo, kami hanya bisa mendoakan dan memberi kepercayaan. Bola di tangan Anda! Tapi kami tahu pasti ke gawang mana bola harus ditendang dan dimasukkan! Bukan ke gawangnya rakyat yang harus dijebol.
Oleh: Erros Djarot, Budayawan
SARANG operator judi online terjaring razia. Yang terjaring kali ini sangat luar biasa. Sebuah institusi negara. Bukan seperti biasa dan lazimnya, yang terciduk segerombol individu warga keturunan etnis tertentu.
Tapi kali ini yang diamankan dan langsung diborgol adalah para personel pegawai negeri, PNS kementerian. Sungguh gila luar biasa!
Peristiwa penggerebekan terjadi di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), dengan menteri barunya Meutya Hafid. Dulu kementerian ini dikenal dengan nama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Ketika kementerian masih dengan nama Kominfo ini, sempat sangat terkenal lewat heboh mega korupsi BTS. Menterinya saat itu Johny G Plate, dijebloskan ke penjara.
Joko Widodo pun menunjuk Budi Arie Setiadi sebagai menteri baru pengganti Johny Plate. Salah satu tugas penting Budi Arie sebagai menteri Kominfo baru adalah bersih-bersih kementerian yang dipimpinnya dari praktik korupsi dan segala bentuk tindak kejahatan terhadap negara.
Hasilnya? Bukan sukses berantas korupsi, melainkan malah kementerian Kominfo membiarkan para pegawainya melakukan tindak pidana judi online. Kejahatan ini sangat berdampak menghancurkan negara dengan merusak mental masyarakat, terutama generasi muda.
Para personil PNS yang baru-baru ini tertangkap tangan adalah para pelaku yang berperan sebagai akselerator/operator judi online. Wajar bila masyarakat geleng-geleng kepala, shock berat.
Bukannya kementerian bisa tambah bersih, malah institusi negara ini dibiarkan alih fungsi menjadi akselarator dan bahkan operatornya permainan haram judi online. Siapa yang mengira, Budi Arie, orang kepercayaan Jokowi, bisa membiarkan kementeriannya sebagai institusi negara dibiarkan menjadi sarang para akselerator dan operator judi online!
Dalam hal kasus penggerebekan para penjahat pelaku judi online ini, Meutya Hafid, menteri baru Komdigi, pasti malah lega dan bisa tidur nyenyak. Karena tidak mungkin alat negara bisa melakukan razia tanpa sepengetahuan menteri terkait.
Tentunya satu langkah cerdik membiarkan terjadinya penggerebekan ini karena Meutya tak mau menerima warisan kotor yang dilimpahkan oleh menteri Kominfo, kementerian sebelumnya, Budi Arie. Dengan demikian, sebagai menteri baru di tempat yang sempat sangat kotor pun, Meutya dapat bekerja dengan status bebas warisan kotor dan dapat tidur nyenyak.
Sebaliknya Budi Arie, mungkin sekali tidak dapat tidur nyenyak. Dipaksa sibuk putar otak bagaimana sebagai atasan dari para pelaku kejahatan yang ditangkap, dirinya bisa lepas dari jeratan kasus judi online.
Apalagi terbukti, ruang-ruang tertentu di kantor kementerian pada masa kepemimpinannya, menjadi sarang judi online itu yang dikelola dan dioperasikan secara rapi, silent, tertutup, tetapi joss dalam mengeruk dana publik.
Saat jutaan mata publik mengarah pada sosok Budi Arie, ia pun langsung bermanuver tampil defensif. Ilmu kapten kesebelasan Bayern Munchen, Jerman tahun 70-an, Franz Beckenbauer, sengaja dipakainya: Pertahanan yang terbaik adalah menyerang!
Maka tersebar di sosmed seakan Budi Arie 'menantang' petugas Kejaksaan dan Kepolisian akan membongkar rahasia negara bila dirinya ditangkap. Bila benar begitu, luar biasa.
Pasalnya, trik sejenis ini pernah ia lakukan dan berhasil. Terjadi pada awal pemerintahan Jokowi, 2014. Setelah mengancam bahwa organisasi PROJO yang dipimpinnya akan keluar dan mencabut dukungan pada Jokowi (bila dirinya tak mendapat apa), Jokowi langsung mengangkatnya menjadi Wakil Menteri.
Dan, karena loyalitasnya yang luar biasa Jokowi pun mengangkatnya sebagai full menteri dalam Kabinet Kerja hingga akhir Jokowi berkuasa, 20 Oktober 2024, sebagai menteri Kominfo.
Baru-baru ini, Budi Arie diangkat Prabowo sebagai menteri Koperasi dalam kabinet Merah putih. Menteri satu ini agaknya banyak tahu ruang-ruang gelap permainan di seputar penyelenggaraan negara semasa menjabat sebagai menteri pembantu Presiden Jokowi tentunya.
Mungkin karena hal ini pula ia dalam satu tayangan di medsos berani melontarkan ancaman; tangkap saya, saya akan bongkar rahasia negara!
Nah, pertanyaannya, rahasia negara yang mana? Mungkin lebih pas bila yang dimaksud rahasia negara oleh Budi Arie adalah rahasia seseorang atau sekelompok pejabat tinggi negara yang ia ketahui telah melakukan kejahatan serius pada negara.
Kalau itu, maka kalau ada seorang atau sejumlah pejabat tinggi negara yang gemetar mendengar ancaman ini dan langsung bergerak menutup kasus ini rapat-rapat, dipastikan dia atau merekalah penjahat dimaksud.
Sementara pejabat tinggi negara yang berkemampuan mempeti-es-kan kasus-skandal politik sebesar ini, hanyalah pejabat tinggi berkedudukan selevel Presiden/Kepala Negara.
Apa iya seorang Prabowo pernah mencatatkan sejumlah kejahatan negara yang bisa ketakutan mendengar ancaman Budi Arie ini? Rasanya kok belum ada catatan, sulit ditemukan. Setidaknya sepanjang kurun waktu semasa Budi Arie menjadi pejabat negara sebagai menteri pada era kepemimpinan Presiden Jokowi.
Bila ternyata yang dikatakan Budi Arie sebagai rahasia adalah rahasia negara sangat penting yang berkaitan dengan kebijakan menyangkut keamanan negara, rasanya Budi Arie bukan orang bodoh.
Bila ia telah lakukan hal ini, langsung bakal ditangkap, diborgol, dijebloskan ke penjara dengan dalih penghianat negara yang sangat layak dikenakan hukuman sangat berat. Dan bahkan, hingga tahap capital punishment, atau penjara seumur hidup.
Jadi yang paling masuk akal, ancaman Budi Arie lebih tertuju pada individu atau sekelompok dari pejabat tinggi negara yang kartu dosanya ada dalam kantong saku Budi Arie. Nah, tinggal mencari siapa yang paling berpotensi menjadi sasaran tembak Budi Arie?
Dalam kerja sebagai pejabat negara, Budi Arie tentu mengetahui banyak rahasia negara. Termasuk penyalahgunaan kewenangan dalam penyelenggaraan negara yang dilakukan para petinggi negara di masa tugasnya sebagai menteri yang berkutat di lingkar satu kekuasaan (istana).
Dalam hal ini, hanya ada tiga nama potensial yang bisa menjadi targetnya Budi Arie. Menyinggung tiga nama inilah yang memungkinkan kasus judi online hanya berhenti di sebelas pegawai bawahan yang sudah ditangkap.
Nama-nama tersebut adalah Pratikno, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Jokowi sendiri. Bila hanya sebatas menteri biasa dan eselon satu lainnya, tidak efektif untuk dijadikan bargaining kelas kakap yang bisa menghentikan kasus judi online hingga tak menyentuh Budi Arie sedikit pun.
Kasus rahasia lain yang seram dan mampu menghentikan kasus judi online menjadi senyap dan tak menyentuh Budi Arie hanyalah ketika ancaman terkait dengan kejahatan pada Pemilu-Pilpres 2024 lalu yang merupakan kejahatan negara sangat serius.
Kalau tidak dengan call sangat tinggi dan ampuh bobotnya, tidak mungkin Budi Arie berani dengan penuh kepercayaan diri menantang para petugas penegak hukum di wilayah Kejaksaan maupun Kepolisian RI.
Celakanya, bila Presiden Prabowo tidak melanjutkan penuntasan kasus judi online ini sampai ke akar-akarnya. Dikaitkan dengan pidatonya yang berapi-api menyuarakan tekad memberantas tuntas korupsi dan kejahatan lainnya yang dapat merusak negara serta masa depan rakyat dan bangsa Indonesia.
Dengan demikian, rakyat sangat menunggu penuntasan judi online, membongkar sampai ke akar-akarnya. Dari mulai bandar kecil hingga kelas kakap, bandar-boss-nya, backing-nya, penikmat dari penerima aliran dana judi online siapa saja, hingga para pejabat tinggi negara setara tingkat menteri dan bila perlu lebih atas lagi.
Langkah penuntasan ini menjadi ujian pertama bagi Prabowo untuk membuktikan dirinya sebagai Presiden anti korupsi dan kejahatan sejenis, termasuk judi online tentunya! Bila kasus judi online ini menguap begitu saja, menyublim hilang tak terdeteksi, berhenti adem-ayem, bisa dipastikan nama Prabowo pun akan tergradasi hingga ke titik nadir.
Jangan sampai bertebaran suara nyinyir: ternyata doi juga sami mawon, sahabat para garong! Hadirnya Presiden baru yang membawa dan menyuarakan harapan, dipastikan akan berubah menjadi nama yang menebar tekanan batin buat rakyat.
Rakyat pun semakin menyimpan amarah dan kekecewaan massal yang pasti akan menimbulkan suasana bara dalam sekam. Sehingga sedikit saja muncul sepercik bara, kebakaran dengan kobaran api besar di tengah amok massa, sangat mungkin akan terjadi! Seperti yang terjadi pada kasus amok massa di PIK 2.
Sebaliknya, bila Prabowo tegas melakukan bersih-bersih secara tuntas, perang melawan korupsi, kolusi, dan berbagai kejahatan ekonomi negara, pastilah akan terlahir kembali seorang pemimpin rakyat yang terpercaya dan dipuja rakyat.
Matahari Prabowo Subianto Djoyohadikusumo pun akan bersinar terang benderang. Sekaligus akan memupuskan matahari palsu-buatan yang selama 10 tahun terakhir ini telah membutakan mata, pikiran, dan kesadaran rakyat akan hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara di sebuah negara merdeka, negara pejuang yang berbudaya, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sampai hari ini masih banyak sekali bahkan hampir seluruh rakyat Indonesia yang berdoa, agar Prabowo mampu mengemban amanat penderitaan rakyat. Sanggup tegar berjalan menjauh dari sinar matahari palsu yang dapat membius dirinya menjadi boneka politik kerajaan dinasti yang bersinar jumawa di tengahnya pulau Jawa.
Harapan rakyat, Prabowo bisa dengan fasih menyanyikan lagu Bengawan Solo yang mengalirkan air sejuk pembawa berkah hingga ke laut, ke samudera kesejahteraan bagi rakyat sepenuhnya. Bengawan Solo yang dinyanyikan sesuai notasi do-re-mi-fa-nya, raja keroncong, maestro Gesang.
Bukan tembang Bengawan Solo yang dinyanyikan sang ‘Raja’ dengan notasi fu fu fa fa, yang hanya membawa sejuk dan kesejahteraan tak terbatas bagi keluarga ‘Raja’ dan para kroninya.
Mas Prabowo, kami hanya bisa mendoakan dan memberi kepercayaan. Bola di tangan Anda! Tapi kami tahu pasti ke gawang mana bola harus ditendang dan dimasukkan! Bukan ke gawangnya rakyat yang harus dijebol.
Tendang dan jebol gawang milik sang ‘Raja’ dan para Oligarki, supaya rakyat bisa keluar sebagai pemenang! Sehingga tidak perlu lagi terlontar pertanyaan, “Di sini rakyat, di sana musuh rakyat. Anda berada di mana?”
Selamat menjalankan tugas mengemban amanat penderitaan rakyat.
Nyanyikan Do Re Mi Fa nya notasi asli lagu Bengawan Solo. Bukan versi yang lain. Itu versi sang 'Raja' dari kerajaan Oligarki! (*)