Kejahatan Demokrasi
Kasus Hasyim Asy'ari menjadi contoh nyata bagaimana “Detik Lengah” Allah bekerja, membongkar praktik KKN yang tersembunyi di balik topeng demokrasi. Janji Allah adalah pasti, "Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat balasannya." (Az-Zalzalah [99]:8)
Oleh: Guntur Surya Alam, Dokter SpB, Sp BA (K) Dig, MPH, FICS
ALLAH Maha Adil. Dalam keadilan-Nya, Allah sering menyertakan "kunci rahasia" yang membuka aib kejahatan yang disebut "Detik Lengah". Detik Lengah ini adalah momen ketika pelaku kejahatan melakukan keteledoran yang berujung pada akibat fatal.
Sejarah mencatat bagaimana Detik Lengah membongkar kejahatan besar, seperti dalam tragedi nasional penculikan para jenderal TNI-AD pada peristiwa malam G30S-PKI. Polisi Sukitman, yang secara kebetulan ikut ditangkap penculik, menjadi kunci rahasia yang mengungkap kejahatan ini. Sehingga, dalam dua hari, tempat eksekusi rahasia berhasil diketahui dan skenarionya terbongkar.
Sejarah ini kembali berulang dalam kejahatan demokrasi pada Pilpres 2024, yang dilakukan oleh "komplotan" penjahat demokrasi. Terdiri dari dalang, eksekutor, dan penadah, mereka mulai menuai keburukan yang disemai.
Pada Rabu, 3 Juli 2024, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Hasyim Asy'ari, diberhentikan Dewan Kehormatan Peserta Pemilu (DKPP) terkait kasus dugaan asusila, buntut dari Detik Lengah yang dilakukan terhadap seorang perempuan berinisial CAT di Amsterdam pada 3 Oktober 2023. Momen "kenikmatan sesaat" tersebut berakibat fatal pada karier dan nama baik keluarga Hasyim Asy'ari.
Demikian tulisan Pengamat Kemunculan Pratanda Hamka Suyana berjudul "Detik Lengah", Kunci Rahasia Pembuka Aib Kejahatan dalam Freedom News (OPINI SOSIAL BUDAYA 09 JUL 2024). https://freedomnews.id/freedomnews/opini/sosial-budaya/detik-lengah-kunci-rahasia-pembuka-aib-kejahatan.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dalam Demokrasi
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) menjadi aspek utama yang mencederai demokrasi. Dalam kasus ini, ketiga unsur tersebut tampak jelas:
Pertama; Korupsi: Kejahatan demokrasi ini tidak lepas dari praktik korupsi yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat tinggi untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Korupsi ini mencakup manipulasi dalam proses pemilihan dan penggunaan dana yang tidak sah.
Kedua; Kolusi: Kolusi terjadi ketika ada kerjasama ilegal antara pihak-pihak yang terlibat, seperti dalang, eksekutor, dan penadah kejahatan demokrasi. Mereka bekerjasama untuk menciptakan skenario yang tampak legal dan sah, namun sebenarnya penuh kecurangan.
Ketiga; Nepotisme: Nepotisme muncul ketika posisi dan kekuasaan diberikan kepada keluarga atau teman dekat tanpa mempertimbangkan kompetensi dan integritas. Dalam kasus ini, kekuasaan dipegang oleh individu-individu yang saling terkait melalui hubungan pribadi, bukan berdasarkan meritokrasi.
Kasus Hasyim Asy'ari menjadi contoh nyata bagaimana “Detik Lengah” Allah bekerja, membongkar praktik KKN yang tersembunyi di balik topeng demokrasi. Janji Allah adalah pasti, "Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat balasannya." (Az-Zalzalah [99]:8).
Sejarah dan hukum Allah mengingatkan kita bahwa keadilan akan terwujud, dan kejahatan, sekecil apapun, tidak akan terlepas dari balasannya. Kekuatan Detik Lengah Allah terus bekerja, membuka aib dan membawa keadilan pada waktunya. (*)