Ketawalah Saat Menunggu Masa Tangismu
Jokowi sudah pada posisi sangat lemah. Tinggal berharap bisa berlindung pada kekuasaan dan penggantinya. Prabowo Subianto belum tentu akan memberikan konsesi politik balas budi yang beresiko karena saham potitik Jokowi yang membabi-buta.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
"STRATEGI besar dan benar dalam mengelola dan mengendalikan negara ini akan membawakan imbalan hakiki, menjadi yang terahir tertawa – strategi yang buruk dan asal asalan imbalan terakhir tangis yang memilukan".
Joko Widodo sekarang sedang dalam proses menentukan nasib akhirnya, akan terjerat akibat dari perilaku dan praktik politiknya sendiri yang licik dan penuh tipuan dari kepemimpinannya bersekutu dengan para bandit, badut dan bandar politik.
Sebagai presiden yang akan berakhir masa jabatannya Jokowi berada pada posisi bebek lumpuh (lame duck). Kekuatan pengaruh jauh berkurang bahkan terus menurun, secara alami akan menghilang.
Jokowi masih mimpi agar penggantinya bisa meneruskan kekuasaan dan melindungi dirinya, tidak merasa bersalah, negara telah porak poranda bahkan dirusak di era kekuasaanya.
Agaknya Jokowi berusaha menafikan kondisi ini. Ia merasa seolah-olah berada pada jalan yang benar. Masih ingin terus membangun kekuatan dan kekuasaanya.
Bagaimanapun, hukum alam kekuasaan berlaku untuknya, ia tengah berada dalam situasi lemah. Tiba saatnya kekuasaannya akan hilang dan musnah.
Jokowi bukannya tidak sadar akan hal itu. Ia tahu hanya bisa selamat dan aman, selama masih memiliki kekuasaan. Tidak menentu apa nasib yang akan menimpanya setelah lengser dari kekuasaannya.
Berimajinasi bahwa keselamatan dan keamanannya akan bersandar pada Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden. Gibran sendiri sebenarnya dalam kondisi limbung karena posisinya yang dipaksakan hanya sebagai tumbal politiknya.
Dalam gelap pikir membangun dinasti politik diatas pondasi yang rapuh dan asal asalan. Dinasti politiknya tidak akan mampu dan cukup kekuatan melindunginya. Mereka sendiri akan rontok ketika proteksi payung kekuasaan kepresidenan berakhir.
Jokowi pernah meminta agar Pilkada 2024 diajukan dengan maksud dirinya masih berkuasa, untuk memproteksi yang dibutuhkan oleh anak-anak dan menantunya dalam bertarung di Pilkada. Setelah ditolak maka pilkada dilaksanakan setelah Jokowi lengser, peta politik dinastinya dipertaruhkan.
Jokowi sudah pada posisi sangat lemah. Tinggal berharap bisa berlindung pada kekuasaan dan penggantinya. Prabowo Subianto belum tentu akan memberikan konsesi politik balas budi yang beresiko karena saham potitik Jokowi yang membabi-buta.
Politik Jokowi akan rontok dan berakhir berantakan "ketawalah selagi masih bisa ketawa sembari menunggu masa tangisnya. Akan datang perlawanan hukum dari rakyat, Jokowi harus di adili atas pelanggaran hukum yang selama ini diterabas dan di terjang seenaknya”. (*)