Mau Lari Kemana, Pak Jokowi?
Episode Petruk Dadi Ratu sudah hampir selesai. Si Petruk kembali ke asalnya yang bukan siapa-siapa. Tanpa penghormatan dan puja-puji lagi. Bahkan jeruji besi sudah menanti. Itupun masih bisa untung, jika kemarahan rakyat tak terkendali Jokowi potensi untuk dihukum mati.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
FASE paling sulit bagi seorang Joko Widodo adalah memasuki masa hitung hari kekuasaan. Satu persatu pegangan kuat komando sebagai Presiden mulai terlepas. Semua elemen yang kemarin menempel, takut, bahkan menyembahnya kini bertahap mulai menjauh.
Borok keluarga dibongkar "mahluk gaib", artinya ada sang pembocor. Meski itu sebenarnya adalah orang-orang dalam juga. Jokowi sudah tidak berguna bagi bangsa, negara, teman sejawat, bahkan kerabat. Konglomerat juga mencari jagoan baru untuk melindungi gurita usahanya.
Andalan IKN tempat pelarian pasca lengser tidak menjanjikan. Rencana semedi 40 hari di IKN pun gagal, tampaknya hantu enggan menemaninya. Jokowi tidak berani untuk menandatangani Keppres pindah Ibu Kota padahal itu perintah Undang-Undang.
Gejala kuat soal IKN ini ialah bahwa Jokowi akan menyerah. Tuntutan rakyat atas triliunan dana IKN yang amblas bakal mendera hebat. Jokowi stress berat.
Lari ke luar negeri kecil peluangnya. Sebab mau ke AS atau Inggris mesti bisa bahasa Inggris. Ke Arab bakal diusir karena dukun ikut dalam rombongan, apalagi ada nebeng Abu Janda pemuja zionis, tambah parah bisa ditembak pasukan berani mati Hamas.
Lari pagi sudah terlalu siang, lari maraton sesak nafas fufu dan fafa. Lari ke Solo bakal dikepung oleh pasukan anti Jokowi Solo Raya. Ada Dewan Syariah Kota Surakarta dan kelompok kritis lainnya.
Lari ke pelukan partai politik? Baru PSI saja yang menggaungkan Jokowisme, maklum partai itu ber-Ketum anak Jokowi sendiri, Kaesang Pangarep. Ke PDIP gagal sejak Pilpres lalu, sementara Golkar pun belum jelas. Hanya mampu menempatkan Bahlil Lahadalia saja yang ternyata canggung berada di partai lama. Bahlil tanpa kekuasaan Jokowi bakal jadi orang bahlul dan babak belur dihajar kader atau anggota.
TNI dan Polri sudah ancang-ancang pindah majikan. Senjata yang dipinjamkan kepada Jokowi itu sudah ditarik kembali. Gigi Jokowi mulai ompong, bebek lumpuh itu sekarat. Harapan hanya tinggal pemuja-pemuji utama Jokowi, tetapi masihkah bisa dipegang atau dipercaya?
Kasus Fufufafa yang mengait anaknya, Gibran Rakabuming Raka, bakal menjadi pelepas kendali. Ada alasan Prabowo Subianto untuk memukul Jokowi dan keluarganya.
Fufufafa sulit memaknai artinya hanya merenung adakah itu plesetan dari Pupupapa? Pupu dalam bahasa Jawa ngoko artinya paha. Paha Papa? Entahlah, mau tanya sama Gibran takut ngeles lagi. Maklum anak sama papa keduanya spesialis ilmu ngelesisme.
Kok tanya saya?
Mau lari kemana, Pak Jokowi? Ke Mulyono nama sakit-sakitan waktu kecil atau mencatut nama Hary Mulyono adik ipar yang meninggal?
Foto ijazah Jokowi tersebut mirip Hary Mulyono, lho. Bu Idayati bisakah anda bersaksi tentang foto mantan suami? Jangan takut, Pak Anwar Usman sudah tidak menjadi Ketua MK lagi ini. Bila tidak bersaksi nanti bu Idayati kena "obstruction of justice". Bakal ikut rombongan tahanan keluarga besar Surakarta.
Lari ikut ke gorong-gorong, nyebur ke kolam penuh kodok atau menyamar menjadi tukang plitur meubel?
Membangun rumah besar di Boyolali tempat istirahat justru ramai dikunjungi wisatawan yang menganggap itu adalah museum planga plongo, museum kebohongan atau museum kepura-puraan. Pura-pura sederhana padahal kaya, pura-pura orang biasa padahal ambisi jadi raja.
Episode Petruk Dadi Ratu sudah hampir selesai. Si Petruk kembali ke asalnya yang bukan siapa-siapa. Tanpa penghormatan dan puja-puji lagi. Bahkan jeruji besi sudah menanti. Itupun masih bisa untung, jika kemarahan rakyat tak terkendali Jokowi potensi untuk dihukum mati.
Masih untung pula jika hanya ditembak mati. Perampok dan penghianat negeri baiknya dihukum gantung sesuai Pasal 11 KUHP.
Mau lari ke mana kau vampir?! Jawaban game Brain Test 2 "geser tong ke depan vampir, lalu tembak". Mau lari kemana, Pak Jokowi? Tangkap, adili, dan hukum mati. Jangan lupa, sita juga hartanya untuk bayar utang Negara. (*)